Senin, 18 Agustus 2014

Petani Harus Dicerdaskan

bisa dijadikan sebagai laboratorium alam
..
Pendampingan merawat tanaman
Memasuki usianya yang ke 69 tahun , sepertinya tidak banyak berubah dalam skala ekonomi,justru yang menonjol adalah tingkat kejahatan korupsi semakin merajalela,ini mungkin salah satu sebab hingga ekonomi negara ini tidak maju.Padahal tindakan untuk mencegah korupsi sangatlah dahsyiat

dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi,KPK.
Dalan tatanan kemajuan ekonomi berdasarkan data dan laporan pidato presiden Susilo Bambang Yodoyono pada tanggal 16 Agustus 2014,Indonesia masuk urutan ke 16 besar di dunia. sungguh ironis pernyataan tersebut jika kita melihat pernyataan Bapak Presiden,bila melihat kenyataan di Desa-desa terpencil,dimana masyarakat masih merindukan dan ketergantungan terhadap beras raskin. di mana letak pendidikan kita masih tertinggal jauh dengan negara lain.
Pendampingan langsung di lapangan
Bisa sebagai terafi jiwa
Kita semua mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara "Agraris" di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang menghasilkan pangan bagi bangsanya, Namun ini juga lebih ironis nasibnya .Posisi petani selalu dijadikan obyek,alasannya meski sebagian besar petani dan tinggal di Desa,sebagian besar kebutuhan pangan masih mengandalkan kiriman dari negara luar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nasional,terhitung dari bulan januari -Nopember 2013 ada 29 bahan pangan yang dikirim dari negara luar dengan nialai total Rp. 100,4 triliun..
Sesungguhnya lautan kita sangat luas bisa menghasilkan garam ,sayang memang garam pun masih diimpor.Tanah kita sangat subur,iklim sangat mendukung,penduduknya sebagai pekerja keras. namun urusan pangan saja masih mengandalkan negara luar.
Anggaran untuk bidang pertanian tidaklah sedikit setiap tahun mengalir dari pusat ke daerah. mengingat selalu salah sasaran maka tidak mengherankan kurang berhasil dalam meningkatkan pangan.Keberadaan Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian pun tak mampu berbuat banyak  terhadap kinerja para petani di Desa,hanya menghabiskan anggaran saja.
Tempat idaman petani
Inilah kenyataan yang harus segera dirubah sistemnya,bila tidak negara kita akan semakin tergantung dalam pangan, nasib petani semakin terpuruk keberadaannya.

Solusinya
Sejak Indonesia merdeka yang namanya swasembada pangan baru satu kali  pada tahun 1986,itupun didorong dengan pemakaian pupuk kimia yang berdampak buruk terhadap lingklungan,setelah itu harapan ingin swasembada pangan tinggalah harapan..
tujuan ahir bertani; Panen
Seharusnya jangan bicara atau menargetkan Swasembada pangan terlebih dahulu jika para petaninya tidak dibekali dengan Sumber Daya Manusianya,SDM. atau sistem yang ada belum dibenahi sehingga akan merugikan rakyat termasuk posisi petani lokal.
Sebaikanya pemerintah merubah sisitem dengan memberikan pendampingan langsung kepada para petani di Desa desa,agar petani mampu mandiri dalam menghadapi masalah ,agar petani menjadi pemimpin di lahannya semdiri.
Sebab melalui pendampingan atau lebih kerennya Sekolah Lapang,SL Petani akan menggali dan belajar banyak di alam terbuka sebagai perpustakaan alam sekaligus sebagai laboratorium alamnya sendiri.
Swasembada pangan adalah target ahir,setelah petani dicerdaskan,setelah petani mandiri dalam bibit ,berdaulat dalam pupuk dan setelah para petani Indonesia mendapatkan hak-haknya sebagai petani sehingga menjadi tuan di rumahnya sendiri.
ya semoga.......Jayalah Petani Nusantara........hingga negri Adraris jadi nyata.....

(Rahmat Adinata,Waingapu 19/8/14)






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar