Jumat, 21 Desember 2012

Berbagi Pohon Cendana

Sinode GKS, pada hari rabu tanggal 19 -Desember - 2012
membagikan pohon Cendana kepada kelompok tani Panda Organik,Panda ,Kelurahan Wangga, Kecamatan Kambera, Sumba Timur






Jumat, 07 Desember 2012

"Pengantar Kata"

"

 "Jika menghadapi masyarakat petani,mungkin yang ada dalam benak dan pikiran kita adalah kekumuhan, keluguan dan kepolosannya. Sebaiknya pikiran dan benak demikian disingkirkan....

Sebab Para petani yang menyediakan pangan untuk kita.

Sebab para petani yang memberi makan dunia.


Marilah kita menghargai...

Marilah kita menghormati para petani..

 Karena pangan ada pada pundaknya...














'Bersama IPPHTI Membangun Kemandirian Dan Kemerdekaan Petani"

Kamis, 06 Desember 2012

"BIMBANG……."









 Saat kaki melangkah….

Ada rasa gontai, ada rasa bimbang

Antara kaki hati dan pikir kadang tak nyambung

 

Saat kaki melangkah masuk lahan kebun

Pikiran  ada di ruangan kelas

Namun kelas yang mana

Aku tak tahu


Saat kaki melangkah….

Seolah kabut menggumpal

Bimbang…..

 

 

 

 

 "kebimbangan pasti akan ditemukan jawabnya.....

   Rasa gundah gulana yang menghinggapi akan terang dengan   pantulan cahayaNya....(Radita)

 

 

 

 

Selasa, 04 Desember 2012

"SUMBA"


 Kegersangan alam yang menyelimuti tanah kelahiranku, adalah anugrah
 Setiap lekukan padang savana adalah irama bagi ternak
Kemarau panjang bagai untaian kehidupan yang harus dilalui
Peluh yang mengucur di siang hari
Jangan jadi alasan
Itulah Sumba Bumi tempatku berpijak

Jangan engkau menyerah masuk tanah sumba
Siramlah dengan semangatmu
Teteskan Doa-Doa kesuburan
Agar Sumba tempatku lahir bisa beranjak

Itulah tanah Sumba
Rindu dengan keihlasan yang dihiasi makam kuburnya
Itulah tanah Sumba....
berlari dengan kencang lewat kuda pacunya






Senin, 03 Desember 2012

Petani Dari Prailiu : "Butuh Keuletan"





Seleksi benih atau persiapan bibit yang akan ditanam di kebun merupakan syarat mutlak, agar nantinya tidak mengecewakan disaat panen.
Persemaian adalah hal pertama yang harus dilalui, sebelum melangkah jauh ke pola tanam pada lahan yang lebih luas. Itulah tahapan yang harus dilalui oleh para petani sayuran/ hortikultura.

Tahapan-tahapan tersebut di atas sedang dilaksanakan oleh sekelompok petani di daerah Kalu, Kelurahan Prailiu,Kecamatan Kambera ,Sumba Timur. Mereka pada sore hari sedang membuat persemaian dengan memanfaatkan daun pisang, serta model persemaian sistim panggung. Tinggi 70 cm panjang 2 m dengan lebar sekitar 60 cm , tujuannya agar terhindar dari hama pengganggu.
“Kami baru pertama kali belajar membuat persemaian sayur seperti ini.” Kata Martinus Ndawa lu.
“Karena baru belajar jadi harus hati-hati bijinya kecil-kecil takut tidak masuk ke bekong.” Katanya lagi.
Martinus Ndawa lu. sebagai petani pemula yang dibimbing oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Sedang belajar menyemai bibit kol dengan meletakan biji-biji kol ke atas bekong  bersama angota kelompok yang lainnya. Bekong atau polibag yang terbuat dari daun pisang dimanfaatkan sebagai tempat biji semai.

“Selama ini daun pisang tidak pernah dimanfaatkan, namun begitu diberitahu oleh IPPHTI, daun pisang yang tadinya tidak berharga jadi sangat bermanfaat.”jelas Martinus.
“Sebagai petani pemula saya harus belajar banyak tentang budidaya sayur, sebab harga sayur di sini punya prospek yang menjajikan.” Ujar Marselina teman satu  kelompok  dengan Martinus.
“Selain itu jika kita tekun bisa membantu pendapatan keluarga, soal cape itu sudah resiko sebagai petani.” Marselina menambahkan.

Martinus , Marselina merupakan anggota kelompokj tani “Kawara Pandulang” yang baru beberapa bulan ke belakang dibentuk di daerah Kalu. Sumba Timur.
Menurut Ketua kelompok “Kawara Pandulang”.  Noviati Dembi Tamar, bahwa dengan adanya kelompok semangat anggotanya semakin bertambah.
“Kerja bersama selalu dilakukan setiap pagi dan sore saat menyiram sayur. Ini kepuasan tersendiri bagi kami, apalagi ada yang membimbing, seperti dari IPPHTI.” Katanya





Sebagai petani hanya mengandalkan semangat dan kerja keras saja tidak cukup, apalagi berbudidaya sayuran. Sayuran tantangannya lebih berat karena berbagai jenis hama dan penyakit yang harus ditanggulangi. Namun jika kita hanya menyerah pada alam dan keadaan, otomatisasinya peluang usaha akan direbut oleh orang lain.Pilihannya apakah kita menjadi pemain atau jadi penonton saja?

Berdasarkan kenyataan di lapangan, bahwa harga –harga sayur di Pasar Waingapu bisa dikatakan mahal, mengingat hampir sebagaian kebutuhan bahan pangan dikirim dari luar. Orang sumba Timur saat ini hanyalah sebagai  pembeli/konsumen.
Menurut pembimbing dari IPPHTI, Rahmat." bahwa lahan -lahan di sekitar sumba timur banyak yang subur, dalam musim apapun bisa ditanami, tinggal bagaimana pola pendekatan terhadap masyarakat petani, cara yang disampaikan ya harus bahasa petani." katanya

Semoga dengan adanya pemberdayaan  masyarakat dibidang pertanian organic dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI untuk para petani di Kabupaten Sumba Timur, akan mampu menjawab segala kebutuhan masyarakatnya
.
Sayur sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemenuhan giji keluarga, dengan adanya langkah perubahan dari masyarakat lokal  Kabupaten Sumba Timur, akan mampu sejajar dengan daerah-daerah lain dalam bidang kemandirian pangan (Radita)











" Hama Lalat Buah Masuuukk…!






Menghadapi musim kemarau bagi petani seolah serba salah, mau tanam air sulit. Setelah tanam ketika mau panen diserang hama. Itulah perjuangan petani di Sumba Timur.

“Ada beberapa buah timun langsung busuk diserang hama, begitu dibuka ternyata ada ulat seperti belatung di dalamnya. “ Jelas Martinus Ndahawalu, seorang petani anggota Kelompok Kawara Pandulang, Kalu.

“Mulanya kami tidak tahu, namun begitu diperhatikan setiap masuk kebun lumayan banyak yang kena.” Tambahnya lagi

Dari pemaparan Martinus, bahwa hama yang menyerang tanaman timunnya yaitu hama lalat buah. Hal ini setelah diberitahu oleh pembimbingnya dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
“Setelah diberitahu caranya ternyata tak perlu disemprot cukup dengan menjebaknya dalam botol saja, tidak sama perlakuannya dengan hama yang lain. hanya dengan tetesan minyak yang diekstrak dari kemangi gunung pada kapas.” Kata Martinus.
“Datang dan perginya hama tersebut tidak diketahui, tahu-tahu buah timun sudah busuk.” Ujar Marselina teman Martinus.

“Awalnya kami tidak paham kenapa harus pakai botol dan kapas digantung, apa maksudnya. Namun setelah mengetahui banyak lalat buah yang masuk baru kami sadar, oh begini cara penanggulangannya.” Ujarnya lagi
“Lalat buah bisa masuk tapi tidak bisa keluar, ahirnya akan mati kecapaian karena dibawahnya disediakan air, banyak sekali yang masuk. Pola penanganan hama seperti ini baru pertama kali kami temukan setelah dibimbing oleh IPPHTI, caranya mudah dan murah mudah-mudahan panentimun ini bisa sukses.” Cerita Martinus.

Novianti Dembi Tamar, sebagai ketua kelompok Kawara Pandulang, Kalu. Menjelaskan “Sebagai petani pemula yang hanya memanfaatkan lahan sekitar rumahnya belum mengetahui sebelumnya, bahwa hama yang menyerang tanaman timunnya adalah  lalat buah, ini pengalaman yang tak akan terlupakan kami sebagai petani.” Jelasnya  (Radita)



Sabtu, 01 Desember 2012

Menunggu Hujan





                  Rambu….
Kemarau yang panjang hanya menyisakan harapan
Kapan turun hujan
                  Rambu…..
Angin tlah bertiup kencang , namun
Hanya  membawa debu dan daun kering
                  Rambu……
Disaat kemarau, ternak berlarian di padang savana
Ternyata angin tak membawa kabar
Kapan dan di mana akan turun hujan
                  Rambu……
Tanah-tanah retak akibat tingkat residu yang berlebihan
Rumput-rumput mengering
Hingga melahirkan global warming
                




  Rambu….
Angin kencang......



Tanah Retak.......
Rumput kering.......
Hujan tak muncul jua, bersabarlah kerna pundak masih bisa bertahan.  (Radita)
Waingapu, 1 desember 2012