Senin, 03 Desember 2012

Petani Dari Prailiu : "Butuh Keuletan"





Seleksi benih atau persiapan bibit yang akan ditanam di kebun merupakan syarat mutlak, agar nantinya tidak mengecewakan disaat panen.
Persemaian adalah hal pertama yang harus dilalui, sebelum melangkah jauh ke pola tanam pada lahan yang lebih luas. Itulah tahapan yang harus dilalui oleh para petani sayuran/ hortikultura.

Tahapan-tahapan tersebut di atas sedang dilaksanakan oleh sekelompok petani di daerah Kalu, Kelurahan Prailiu,Kecamatan Kambera ,Sumba Timur. Mereka pada sore hari sedang membuat persemaian dengan memanfaatkan daun pisang, serta model persemaian sistim panggung. Tinggi 70 cm panjang 2 m dengan lebar sekitar 60 cm , tujuannya agar terhindar dari hama pengganggu.
“Kami baru pertama kali belajar membuat persemaian sayur seperti ini.” Kata Martinus Ndawa lu.
“Karena baru belajar jadi harus hati-hati bijinya kecil-kecil takut tidak masuk ke bekong.” Katanya lagi.
Martinus Ndawa lu. sebagai petani pemula yang dibimbing oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Sedang belajar menyemai bibit kol dengan meletakan biji-biji kol ke atas bekong  bersama angota kelompok yang lainnya. Bekong atau polibag yang terbuat dari daun pisang dimanfaatkan sebagai tempat biji semai.

“Selama ini daun pisang tidak pernah dimanfaatkan, namun begitu diberitahu oleh IPPHTI, daun pisang yang tadinya tidak berharga jadi sangat bermanfaat.”jelas Martinus.
“Sebagai petani pemula saya harus belajar banyak tentang budidaya sayur, sebab harga sayur di sini punya prospek yang menjajikan.” Ujar Marselina teman satu  kelompok  dengan Martinus.
“Selain itu jika kita tekun bisa membantu pendapatan keluarga, soal cape itu sudah resiko sebagai petani.” Marselina menambahkan.

Martinus , Marselina merupakan anggota kelompokj tani “Kawara Pandulang” yang baru beberapa bulan ke belakang dibentuk di daerah Kalu. Sumba Timur.
Menurut Ketua kelompok “Kawara Pandulang”.  Noviati Dembi Tamar, bahwa dengan adanya kelompok semangat anggotanya semakin bertambah.
“Kerja bersama selalu dilakukan setiap pagi dan sore saat menyiram sayur. Ini kepuasan tersendiri bagi kami, apalagi ada yang membimbing, seperti dari IPPHTI.” Katanya





Sebagai petani hanya mengandalkan semangat dan kerja keras saja tidak cukup, apalagi berbudidaya sayuran. Sayuran tantangannya lebih berat karena berbagai jenis hama dan penyakit yang harus ditanggulangi. Namun jika kita hanya menyerah pada alam dan keadaan, otomatisasinya peluang usaha akan direbut oleh orang lain.Pilihannya apakah kita menjadi pemain atau jadi penonton saja?

Berdasarkan kenyataan di lapangan, bahwa harga –harga sayur di Pasar Waingapu bisa dikatakan mahal, mengingat hampir sebagaian kebutuhan bahan pangan dikirim dari luar. Orang sumba Timur saat ini hanyalah sebagai  pembeli/konsumen.
Menurut pembimbing dari IPPHTI, Rahmat." bahwa lahan -lahan di sekitar sumba timur banyak yang subur, dalam musim apapun bisa ditanami, tinggal bagaimana pola pendekatan terhadap masyarakat petani, cara yang disampaikan ya harus bahasa petani." katanya

Semoga dengan adanya pemberdayaan  masyarakat dibidang pertanian organic dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI untuk para petani di Kabupaten Sumba Timur, akan mampu menjawab segala kebutuhan masyarakatnya
.
Sayur sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemenuhan giji keluarga, dengan adanya langkah perubahan dari masyarakat lokal  Kabupaten Sumba Timur, akan mampu sejajar dengan daerah-daerah lain dalam bidang kemandirian pangan (Radita)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar