Seleksi
benih atau persiapan bibit yang akan ditanam di kebun merupakan syarat mutlak,
agar nantinya tidak mengecewakan disaat panen.
Persemaian
adalah hal pertama yang harus dilalui, sebelum melangkah jauh ke pola tanam
pada lahan yang lebih luas. Itulah tahapan yang harus dilalui oleh para petani
sayuran/ hortikultura.
Tahapan-tahapan
tersebut di atas sedang dilaksanakan oleh sekelompok petani di daerah Kalu,
Kelurahan Prailiu,Kecamatan Kambera ,Sumba Timur. Mereka pada sore hari sedang membuat persemaian dengan memanfaatkan daun pisang, serta model persemaian sistim panggung. Tinggi 70 cm panjang 2 m dengan lebar sekitar 60 cm , tujuannya agar terhindar dari hama pengganggu.
“Kami baru
pertama kali belajar membuat persemaian sayur seperti ini.” Kata Martinus Ndawa lu.
“Karena baru
belajar jadi harus hati-hati bijinya kecil-kecil takut tidak masuk ke bekong.”
Katanya lagi.
Martinus Ndawa lu. sebagai petani pemula yang
dibimbing oleh Ikatan Petani
Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
Sedang belajar menyemai bibit kol dengan meletakan biji-biji kol ke atas bekong
bersama angota kelompok yang lainnya.
Bekong atau polibag yang terbuat dari daun pisang dimanfaatkan sebagai tempat
biji semai.
“Selama ini
daun pisang tidak pernah dimanfaatkan, namun begitu diberitahu oleh IPPHTI, daun pisang yang tadinya tidak
berharga jadi sangat bermanfaat.”jelas Martinus.
“Sebagai
petani pemula saya harus belajar banyak tentang budidaya sayur, sebab harga
sayur di sini punya prospek yang menjajikan.” Ujar Marselina teman satu
kelompok dengan Martinus.
“Selain itu
jika kita tekun bisa membantu pendapatan keluarga, soal cape itu sudah resiko
sebagai petani.” Marselina menambahkan.
Martinus , Marselina merupakan anggota kelompokj tani “Kawara Pandulang” yang baru beberapa
bulan ke belakang dibentuk di daerah Kalu. Sumba Timur.
Menurut
Ketua kelompok “Kawara Pandulang”. Noviati
Dembi Tamar, bahwa dengan adanya kelompok semangat anggotanya semakin
bertambah.
“Kerja
bersama selalu dilakukan setiap pagi dan sore saat menyiram sayur. Ini kepuasan
tersendiri bagi kami, apalagi ada yang membimbing, seperti dari IPPHTI.” Katanya
Sebagai
petani hanya mengandalkan semangat dan kerja keras saja tidak cukup, apalagi
berbudidaya sayuran. Sayuran tantangannya lebih berat karena berbagai jenis
hama dan penyakit yang harus ditanggulangi. Namun jika kita hanya menyerah pada
alam dan keadaan, otomatisasinya peluang usaha akan direbut oleh orang lain.Pilihannya apakah kita menjadi pemain atau jadi penonton saja?
Berdasarkan
kenyataan di lapangan, bahwa harga –harga sayur di Pasar Waingapu bisa
dikatakan mahal, mengingat hampir sebagaian kebutuhan bahan pangan dikirim dari
luar. Orang sumba Timur saat ini hanyalah sebagai pembeli/konsumen.
Menurut pembimbing dari IPPHTI, Rahmat." bahwa lahan -lahan di sekitar sumba timur banyak yang subur, dalam musim apapun bisa ditanami, tinggal bagaimana pola pendekatan terhadap masyarakat petani, cara yang disampaikan ya harus bahasa petani." katanya
Semoga
dengan adanya pemberdayaan masyarakat
dibidang pertanian organic dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu
Indonesia,IPPHTI untuk para petani di Kabupaten Sumba Timur, akan mampu
menjawab segala kebutuhan masyarakatnya
.
Sayur sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemenuhan giji keluarga, dengan adanya langkah perubahan dari masyarakat lokal Kabupaten Sumba Timur, akan mampu sejajar dengan daerah-daerah lain dalam bidang kemandirian pangan (Radita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar