Bukan hal yang mustahil
bibit-bibit lokal yang ada di Sumba suatu saat akan musnah dan tidak
dikenal lagi oleh generasi kita.padahal keberadaan bibit tersebut sudah
sangat adaptif dengan kondisi iklim di sekitar alam Sumba.
.
Sebagai contoh ,seperti bibit jagung lokal Lamuru,pulut dan jemis
lainnya sekarang sudah mulai sulit dicari keberadaannya sebab petani
selalu dicekoki dengan bibit hibrida dengan alasan hasilnya bagus ,namun
tanpa dibekali cara pemeliharaannya . inilah yang harus kita sadari
sejak dini. Jika tidak pangan dan nasib petani kita akan selalu
ketergantungan pada pihak luar.
“Jika kita tanam bibit lokal bisa
disimpan beberapa tahun,berbeda dengan jagung jenis baru disimpan
bubuk.ujung-ujungnya cari bibit yang pernah nenek moyang kita tanam
sudah hilang ,susah dicari.” Begitu kata bapak Bara Kilimandu petani
dari Makamenggit.
Sebetulnya di Pulau Sumba sangat kaya dengan
jenis-jenis bibit lokal yang sudah adaptasi dengan iklimnya.seperti
terong,Lombok,jagung, dan tomat.namun terkadang kita selalu tidak
menyadarinya ada diambang kepunahan.
Ironis memang jika yang namnya negara "agraris " petaninya tidak merdeka dal;am hal kebutuhan bibit,tanah-tanah kita subur.Iklim kita mendukung,namun selalu merasa tidak berdaya.
Kiranya lewat tulisan ini tak
perlu saling menyalahkan sebab kebenaran itu hanya satu. Marilah kita
untuk bijak menyelamatkan kekayaan yang ada di Pulau Sumba
Apakah solusi yang harus dilakukan...?
Rahmat Adinata,Waingapu 31/8/14
…
Sabtu, 30 Agustus 2014
Jumat, 29 Agustus 2014
IPPHTI :“Jangan Katakan…..!”
Jangan katakan Tau Humba pemalas ,tetapi mereka lebih karena
belum tahu caranya. Mungkin kata-kata atau stigma –stigma negative yang selalu
melingkupi pikiran kita sebaiknya dibuang jauh-jauh.
Jangan katakan tanah
kelahiran kita gersang saat kemarau
panjang sebab belum disentuh dengan toknologi,padahal masih banyak potensi
seperti terabaikan.
Masih ingat sat mengajak sekelompok Ibu-ibu di Kalu bersama pak Heinrich Dengi ,tiga
bulan lalu. mengajak mengolah lahan yang kering padahal air mengalir deras di
sebelahnya yaitu Kali Payeti.
Tidak mudah memang ingin merubah paradigma masyarakat yang tadinya menjelang sore hanya
jadi kelompok pencari kutu (KPK)secara berantai. Butuh keuletan dan kebijakan
serta pendekatan dengan keihlasan.
Kini mereka berubah dari KPK (Kelompok Pencari Kutu)menjadi Kelompok Penanam Sayuran (KPS).
Ada sesuatu yang membanggakan apa yang
di ldengar dari pernyataan-pernyataan mereka sekarang. Dimana sekarang tidak
saja menjual untuk kebutuhan rumah tangga namun bisa mengkonsumsi sendiri.
Barangkali ini hanyalah langkah kecil dalam perubahan yang
terjadi di masyarakat Sumba Timur , namun jika langkah kecil ini ada “perhatian
jemput bola” dari pihak –pihak terkait otomatisasinya akan menjadi besar.
Tanah menurut pemahaman mereka kering,gersang kini sudah tabu untuk disebutkan lagi , sebab
telah berubah kondisinya.Ininlah barangkali yang dibutuhkan oleh masyarakat Sumba Timur,butuh sebuah pemahaman nyata bagi keberlangsungan hidup menuju petani sejahtera.
“Jangan berani memvonis jika belum mampu memberikan
solusi..itu tidak bijak..”
.
JOOOSSSS….! (Jangan Omong Saja…!)
Rahmat Adinata,Waingapu, 29/8/14
Rabu, 27 Agustus 2014
IPPHTI :“Secarik Untuk Pejuang Pangan Organik” Di Sumba Timur
Kunjungan Gubernur NTT,ke Waingapu 18 -Oktober 2014 |
Berawal dari keperdulian tergadap masyarakat sekitar yang
selalu mengalami kegagalan dalam setiap panen, kegagalan yang
diakibatkan oleh kemarau panjang,jauhnya
jarak tempuh dari lokasi air serta rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM)yang dimiliki,
Panen Kol Organik Di Kelompok Kawara Pandulang,Kalu Sumba Timur |
Sejak tahun 2012 sampai sekarang selalu menggelorakan
pentingnya pengetahuan untuk
meningkatkan tarap hidup masyarakat daerah kelahirannya. “ Untuk membangun daerah banyak cara yang
bisa dilakukan.” Ujarnya
Dari jerih payah
pengabdiannya ,Beliau pada tanggal 18 oktober 2013 mendapat penghargaan “Adhi
Kaya Pangan Nusantara” tingkat Propinsi NTT dari Gubernur Frans
Lebu Raya. Kebetulan perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) dirayakan di kota Wangapu Sumba Timur.
Namun ,Katanya yang
kebih penting adalah bagaimana melihat para petani maju dan sejahtera, jangan
sampai ada masyarakat sampai gagal panen
lagi atau kekurangan pangan hingga menjadi berita ke luar daerah.
Sungguh kita butuh orang-orang yang mampu mengispirasi
daerah kelahirannya…..
Salam Organik..untuk Sumba…
JOOOSSS….! (Jangan Omong Saja..!)
(Rahmat Adinata,Waingapu,27/8/14)
Selasa, 26 Agustus 2014
Menuju Sumba Pulau Organik
Beberapa hari ini ada yang menggembirakan. kawan -kawan dari Jawa Barat dan Menado sengaja datang berkunjung ke Pulau Sumba,NTT. mereka sengaja berkunjung ingin melihat secara langsung tentang kiprah dan pemberdayaan terhadap masyarakat petani di Simba Timur.
Alasannya sering melihat postingan di fb pada Group Sumba Pulau Organik, tentu saja postingan tersebut menjadikan mereka penasaran,sebab Sumba Timur yang dikenal kering dengan kemarau panjangnya bisa tumbuh subur sayurab organik.
Untuk menjawab alasan tersebut sengaja diajak ke beberapa kelompok agar lebih nyata jika melihat langsung di lapangan. setelah melihat langsung .Ada rasa kaget dan takjub apa yang dilihatnya. "Tahun 2007 ketika ke sini sangat berbeda dengan sekarang,ini merupakan sebuah kemajuan pesat menjadikan Sumba sebagai Pulau yang organik." kata Kang Said Abdulah,anggota IPPHTI perwakilan Jawa Barat.
Saat berkeliling ke kelompok binaan mereka seolah tak percaya bahwa jenis hortikultura bisa tumbuh bagus dan normal. "Jika melihat antusiame masyarakat sangat tinggi.mungkin karena sayuran cepat menghasilkan.lagi pula ada perubahan paradigma yang lebih penting." Ujar Teteh Dhila temannya Kang Said.
Inilah Sumba ,mungkin sekarang ini sebagian sayuran hanya di kirim dari luar Pulau,namun beberapa tahun ke depan sudah mandiri.sebab dengan adanya pemberdayaan para petaninya. senoga saja dengan keinginan meenjadikan pulau yang organik pertama di Nusantara akan segera terwujud.
Alasannya sudah jelas ,bahwa air,udara dan tanah yang dimiliki belum terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia sintetis ,tidak seperti dibelahan bumi Nusantara yang lain.
Namun tentu saja untuk menuju ke arah sana tidak mudah butuh keuletan dang pola kerja sama dengan semua pihak. Hingga detik ini pihak pemerintah setempat belum menanggapinya secara serius padahal pola inilah yang akan menjawab segala kebutuhan pangan bagi warganya,sayang dan ironis memang......
Semoga dengan semangatnya para petani setempat meski belum adanya dukungan langsung dari Pemda setyempat akan teru berkarya demi mewujudkan kesejateraan mereka sendiri.
Ya ..Semoga Pu;au Sumba bisa Menjadikan Pulau organik yang pertama di Nusantara.
Rahmat Adinata,Waingapu 24/8/14
Alasannya sering melihat postingan di fb pada Group Sumba Pulau Organik, tentu saja postingan tersebut menjadikan mereka penasaran,sebab Sumba Timur yang dikenal kering dengan kemarau panjangnya bisa tumbuh subur sayurab organik.
Untuk menjawab alasan tersebut sengaja diajak ke beberapa kelompok agar lebih nyata jika melihat langsung di lapangan. setelah melihat langsung .Ada rasa kaget dan takjub apa yang dilihatnya. "Tahun 2007 ketika ke sini sangat berbeda dengan sekarang,ini merupakan sebuah kemajuan pesat menjadikan Sumba sebagai Pulau yang organik." kata Kang Said Abdulah,anggota IPPHTI perwakilan Jawa Barat.
Saat berkeliling ke kelompok binaan mereka seolah tak percaya bahwa jenis hortikultura bisa tumbuh bagus dan normal. "Jika melihat antusiame masyarakat sangat tinggi.mungkin karena sayuran cepat menghasilkan.lagi pula ada perubahan paradigma yang lebih penting." Ujar Teteh Dhila temannya Kang Said.
Inilah Sumba ,mungkin sekarang ini sebagian sayuran hanya di kirim dari luar Pulau,namun beberapa tahun ke depan sudah mandiri.sebab dengan adanya pemberdayaan para petaninya. senoga saja dengan keinginan meenjadikan pulau yang organik pertama di Nusantara akan segera terwujud.
Alasannya sudah jelas ,bahwa air,udara dan tanah yang dimiliki belum terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia sintetis ,tidak seperti dibelahan bumi Nusantara yang lain.
Namun tentu saja untuk menuju ke arah sana tidak mudah butuh keuletan dang pola kerja sama dengan semua pihak. Hingga detik ini pihak pemerintah setempat belum menanggapinya secara serius padahal pola inilah yang akan menjawab segala kebutuhan pangan bagi warganya,sayang dan ironis memang......
Semoga dengan semangatnya para petani setempat meski belum adanya dukungan langsung dari Pemda setyempat akan teru berkarya demi mewujudkan kesejateraan mereka sendiri.
Ya ..Semoga Pu;au Sumba bisa Menjadikan Pulau organik yang pertama di Nusantara.
Rahmat Adinata,Waingapu 24/8/14
Sabtu, 23 Agustus 2014
DALAM BERBAGAI POSISI HIDUP 2012/2014
Pantai Londalima,Kanatang 2014 |
Pameran Pembangunan Waingapu 2012 |
Pantai Londalima Kanatang 2014 |
Safari Organik SMKN 1 Waingapu, 2012 |
Makamenggit 2012 |
Woka ,Kalu Waingapu 2014 |
Makamenggit 2012 |
Lahan belajar Kawara Pandulang 2014 |
Ndikira dg Pater Mike Keraf 2013 |
Pantai Louwotung Haharu, 2014 |
Bersama Beldha 2014 |
Di Pangalengan 1435 H/2014 |
Berkunjung Ke Ubud dan Kintamani Bali
Jeruk di Kintamani Bali siap panen |
Dengan pemupukan organik sangat dahsyiat |
Tempat diskusi petani |
Sebuah hamparan yang dibatasi dengan bebukitan dalam lingkungan Resort Kamandalu adalah ciri khasnya,maka tidak mengherankan kebanyakan tamu yang datang pun sebagian berasal dari Eropa.
Di samping Hotel nampak sawah menghijau bertebing-tebing lalu di atasnya berdiri beberapa saung yang asri ditengah sawah terbuat dari bambu dengat atap alang-alang.sangat eksotis dan menyejukan.
Petani sayuran di Kintamani Bali |
Satu hari keliling di Hotel Kamandalu dengan luasan sekitar 7 hektar yang dipenuhi dengan vila -vila beratap alang-alang yang eksotis.besoknya langsung meluncur ke daerah Kintamani,Kabupaten Bangli propinsi Bali.Jarak tempuh dari Nagi Ubud ke Kintamani sekitar 35 km . di tengan perjalanan sesekali terlihat ada yang menyiapkan untuk persiapan Ngaben atau upacara pembakaran mayat sebagai acara ritual khas budaya Bali.
Udara dingin yang sejuk begitu menyentuh kulit saat sampai di Kintamani,desiran angin sore seolah menyapaku ketika tiba.
"Sebagian besar warga di sini sebgai petani jeruk." begitu keterangan pak Mangku warga Kintamani.
"Tapi ada juga yang berbudidaya sayuran ." ujar pak Wayan kawannya pak Mangku
Ubud dan Kintamani memang menakjubkan saat dikunjungi.
(Rahmat Adinata,Ubud 5-Agustus 2014)
IPPHTI :Heinrich Dengi ,Sumur Dan Petani Sumba Timur
Hasil panen sayuran organik di lahan gersang Wunga Timur,Haharu |
Masih ingat ketika ada keluhan air di desa wunga timur,di
mana masyarakat setempat hanya untuk mendapatkan air minum harus berjalan
dengan cukup jauh sekitar 3 kilo meter,dengan ketinggian tebing cukup dalam 120 m,dan tingkat kemiringan
hampir 90 dearajat.air yang didapatpun hanya lima liter saja.pagi dan sore
menjdi kegiatan rutin bagi masyarakat Wunga Timur untuk ngambil air ke Lindi.
Petani dengan sumur di Wunga Timur |
Pada bulan juni 2012 situasinya sedang kemarau terik Heinrich Dengi dan Iskandar saher mencari titik air agar kesulitan yang dialami warga
Wunga Timur ,Kecamatan Haharu bisa berkurang.
Singkat cerita Tim menemukan titik air dengan kedalaman
sekitar 23 meter. Di lahan kebunnya Matius
Turanjanji ,setelah ada kesepakatan dengan pemilik lahan barulah dimulail
penggalian agar air segera menolong kesulitan warga.
petabi Wumga Timur belajar merawat tomat |
Waktu itu kondisi cuaca sedang kemarau sebab beberapa bulan
tidak ada hujan. penggalianpun hanya dengan alat yang sederhana,bermodalkan
pahat,palu dan cangkul. “ kita melakukan penggalian dengan mata hati bukan
dengan mata bor atau alat-alat moderen semoga alam mendukung atas kerja keras
ini.” Heinrich Dengi berujar waktu
itu.
Selama proses penggalian ada harap-harap cemas takut air
tidak keluar sesuai dengan harapan,sebab selama proses penggalian masyarakat setempatpun
merasa pesimistis akan adanya air. Alasan masyarakat waktu itu sangatlah
wajar,sebab tidak jauh dari lokasi sumur yang digali suda pernah dilakukan
penggalian oleh tim lain dengan menggunakan alat canggih hingga kedalaman
80 meter air tidak keluar juga. mungkin ucapan -ucapan dari warga inilah yang kian menggelayuti
dalam kecamuknya perasaan Henrich Dengi
dan kawan-kawan.
Setelah hampir tiga bulan penggalian tepatnya pada awal
agustus 2012 ada kabar dari wunga ,air sudah keluar,maka di situlah kecemasan
yang selama ini menggelayuti sirna dengan sendirinyaInilah kebesaran Tuhan
penguasa alam semesta menunjukan kebesarannya asal kita mau berusaha.berita
keluarnya air di wunga menyeruak ke seantero negri Sumba.
Rasa suka cita yang dialami warga Wunga Timur dengan adanya
air menghiasi keseharian mereka,sebab kini warga tak perlu lagi harus menempuh
jarak jauh dan ada di sekitar pemukiman penduduk.
Proses penggalian sumur |
Tanam Sayur
Air yang dibutuhkan warga sekitar sudah tersedia bahkan
melebihi dari cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Ternyata air lebih masyarakat memiliki keinginan lain yaitu
dimanfaatkan untuk tanam sayuran organik..Setelah ada pembicaraan antara Heinrich Dengi dan Isakandar Saher,maka
diputuskan untuk memohon bantuan pada Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia.IPPHTI demi membimbing warga
cara berbudidaya sayuran organik.
Gaya mengangkut air warga Sumba Timur |
Air digerakan dengan enegi matahari,Wunga Timur |
Maka dibentuklah kelompok tani organik Wunga Timur pada
bulan Pebruari 2013. Warga pun mulai belajar cara bercocok tanam sayuran. “
Baru pertama kami tanam sayuran seluas ini,biasanya hanya tanam ubi kayu dan
labu.jadi ini sebuah perubahan besar bagi warga Wunga Timur.” begitu Matius
Turanjanji sebagai ketua kelompok
organik Wunga Timur bercerita waktu itu.
“Kebutuhan air sudah tersedia,tinggal kebutuhan pangannya
yang bergizi warga harus mendapat bimbingan. Cara yang baik dan benar” Jelas
Heinrich Dengi
Dengan Ibu-ibu tani |
Kalau mengingat perjuangan awal yang membutuhkan kesabaran
,keuletan hingga bisa berdampak positif bagi warga sekitar tak bisa dinilai
dengan nilai nominal rupiah.
Pada puncaknya April 2013 sumur diresmikan dengan mengundang
para pejabat Kabupaten Sumba Timur, selain pengucapan ibadah syukur atas
keberhasilan sumur ,sekaligus panen raya sayuran organik yang di tanam di areal
sekitar sumur.
“Sebuah karya nyata yang hebat bagi sesama warga yang
kesulitan seperti di Wunga Timur ini.” Ujar Bapak Lapoe Moekoe,mantan bupati
Sumba Timur.saat berkunjung pada acara pengucapan ibadah syukur
“Sekarang terbalik orang waingapu belanja sayur dari
Wunga,biasanya orang Wunga belanja sayuran dari Waingapu.” Ujar pak Iskandar
Saher teman Heinrich Dengi.
hijau di lahan gersang |
Sumur Yang Lain
“Disaat kemarau air adalah vital bagi masyarakat Sumba Timur
sangat berharga sekali.” Ujar Heinrich Dengi
Ternyata perjuangan demi menuju sebuah perubahan bagi
sesamanya di Sumba Timur, Heinrich Dengi Dkk,tidak hanya di Wunga Timur saja.
Sumur –sumur yang dibangunnya seperti di
Prailanginang,Napu,Mbatapuhu,wairinding,La padang dan masih banyak lagi.Kini
masyarakat sekitar sumur yang dibangunnya sangat merasakan betul
keperduliannya.
“Biasanya saya satu bulan harus mengeluarkan Rp 150.000
untuk satu tangki air,sekarang sudah tidak lagi bahkan masyarakat pun sangat
tertolong.” Kata Bapak Delvi salah seorang warga Wairinding bercerita tentang
manfaat yang dirasakannya.
Begitupun dengan para petani hortikultura yang sekarang
sudah merasakan hasilnya merupakan perhatian sevcara langsung dari Beliau.
Hingga tarap hidup mrereka sedikit terangkat.
Kiranya lewat tulisan ini mampu mengispirasi kalangan muda Sumba
Timur untuk membangun tanah kelahirannya.
Terima kasih untuk pak Iskandar
Saher(Semarang) dan Pak Nick
Amstromg (Amerika)
Salam Organik………..
(Rahmat Adinata,Waingapu,23/8/14)
Langganan:
Postingan (Atom)