Hasil panen sayuran organik di lahan gersang Wunga Timur,Haharu |
Masih ingat ketika ada keluhan air di desa wunga timur,di
mana masyarakat setempat hanya untuk mendapatkan air minum harus berjalan
dengan cukup jauh sekitar 3 kilo meter,dengan ketinggian tebing cukup dalam 120 m,dan tingkat kemiringan
hampir 90 dearajat.air yang didapatpun hanya lima liter saja.pagi dan sore
menjdi kegiatan rutin bagi masyarakat Wunga Timur untuk ngambil air ke Lindi.
Petani dengan sumur di Wunga Timur |
Pada bulan juni 2012 situasinya sedang kemarau terik Heinrich Dengi dan Iskandar saher mencari titik air agar kesulitan yang dialami warga
Wunga Timur ,Kecamatan Haharu bisa berkurang.
Singkat cerita Tim menemukan titik air dengan kedalaman
sekitar 23 meter. Di lahan kebunnya Matius
Turanjanji ,setelah ada kesepakatan dengan pemilik lahan barulah dimulail
penggalian agar air segera menolong kesulitan warga.
petabi Wumga Timur belajar merawat tomat |
Waktu itu kondisi cuaca sedang kemarau sebab beberapa bulan
tidak ada hujan. penggalianpun hanya dengan alat yang sederhana,bermodalkan
pahat,palu dan cangkul. “ kita melakukan penggalian dengan mata hati bukan
dengan mata bor atau alat-alat moderen semoga alam mendukung atas kerja keras
ini.” Heinrich Dengi berujar waktu
itu.
Selama proses penggalian ada harap-harap cemas takut air
tidak keluar sesuai dengan harapan,sebab selama proses penggalian masyarakat setempatpun
merasa pesimistis akan adanya air. Alasan masyarakat waktu itu sangatlah
wajar,sebab tidak jauh dari lokasi sumur yang digali suda pernah dilakukan
penggalian oleh tim lain dengan menggunakan alat canggih hingga kedalaman
80 meter air tidak keluar juga. mungkin ucapan -ucapan dari warga inilah yang kian menggelayuti
dalam kecamuknya perasaan Henrich Dengi
dan kawan-kawan.
Setelah hampir tiga bulan penggalian tepatnya pada awal
agustus 2012 ada kabar dari wunga ,air sudah keluar,maka di situlah kecemasan
yang selama ini menggelayuti sirna dengan sendirinyaInilah kebesaran Tuhan
penguasa alam semesta menunjukan kebesarannya asal kita mau berusaha.berita
keluarnya air di wunga menyeruak ke seantero negri Sumba.
Rasa suka cita yang dialami warga Wunga Timur dengan adanya
air menghiasi keseharian mereka,sebab kini warga tak perlu lagi harus menempuh
jarak jauh dan ada di sekitar pemukiman penduduk.
Proses penggalian sumur |
Tanam Sayur
Air yang dibutuhkan warga sekitar sudah tersedia bahkan
melebihi dari cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Ternyata air lebih masyarakat memiliki keinginan lain yaitu
dimanfaatkan untuk tanam sayuran organik..Setelah ada pembicaraan antara Heinrich Dengi dan Isakandar Saher,maka
diputuskan untuk memohon bantuan pada Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia.IPPHTI demi membimbing warga
cara berbudidaya sayuran organik.
Gaya mengangkut air warga Sumba Timur |
Air digerakan dengan enegi matahari,Wunga Timur |
Maka dibentuklah kelompok tani organik Wunga Timur pada
bulan Pebruari 2013. Warga pun mulai belajar cara bercocok tanam sayuran. “
Baru pertama kami tanam sayuran seluas ini,biasanya hanya tanam ubi kayu dan
labu.jadi ini sebuah perubahan besar bagi warga Wunga Timur.” begitu Matius
Turanjanji sebagai ketua kelompok
organik Wunga Timur bercerita waktu itu.
“Kebutuhan air sudah tersedia,tinggal kebutuhan pangannya
yang bergizi warga harus mendapat bimbingan. Cara yang baik dan benar” Jelas
Heinrich Dengi
Dengan Ibu-ibu tani |
Kalau mengingat perjuangan awal yang membutuhkan kesabaran
,keuletan hingga bisa berdampak positif bagi warga sekitar tak bisa dinilai
dengan nilai nominal rupiah.
Pada puncaknya April 2013 sumur diresmikan dengan mengundang
para pejabat Kabupaten Sumba Timur, selain pengucapan ibadah syukur atas
keberhasilan sumur ,sekaligus panen raya sayuran organik yang di tanam di areal
sekitar sumur.
“Sebuah karya nyata yang hebat bagi sesama warga yang
kesulitan seperti di Wunga Timur ini.” Ujar Bapak Lapoe Moekoe,mantan bupati
Sumba Timur.saat berkunjung pada acara pengucapan ibadah syukur
“Sekarang terbalik orang waingapu belanja sayur dari
Wunga,biasanya orang Wunga belanja sayuran dari Waingapu.” Ujar pak Iskandar
Saher teman Heinrich Dengi.
hijau di lahan gersang |
Sumur Yang Lain
“Disaat kemarau air adalah vital bagi masyarakat Sumba Timur
sangat berharga sekali.” Ujar Heinrich Dengi
Ternyata perjuangan demi menuju sebuah perubahan bagi
sesamanya di Sumba Timur, Heinrich Dengi Dkk,tidak hanya di Wunga Timur saja.
Sumur –sumur yang dibangunnya seperti di
Prailanginang,Napu,Mbatapuhu,wairinding,La padang dan masih banyak lagi.Kini
masyarakat sekitar sumur yang dibangunnya sangat merasakan betul
keperduliannya.
“Biasanya saya satu bulan harus mengeluarkan Rp 150.000
untuk satu tangki air,sekarang sudah tidak lagi bahkan masyarakat pun sangat
tertolong.” Kata Bapak Delvi salah seorang warga Wairinding bercerita tentang
manfaat yang dirasakannya.
Begitupun dengan para petani hortikultura yang sekarang
sudah merasakan hasilnya merupakan perhatian sevcara langsung dari Beliau.
Hingga tarap hidup mrereka sedikit terangkat.
Kiranya lewat tulisan ini mampu mengispirasi kalangan muda Sumba
Timur untuk membangun tanah kelahirannya.
Terima kasih untuk pak Iskandar
Saher(Semarang) dan Pak Nick
Amstromg (Amerika)
Salam Organik………..
(Rahmat Adinata,Waingapu,23/8/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar