Persemaian padi pola SRI model panggung/bale bambu |
Barangkali sudah umum kita
melihat atau melakukan jika ingin tanam padi tebar benih tidak diperhitungkan
bahkan bisa sisa dengan lahan yang ada. Rasanya kurang puas saat tebar benih
bila sedikit apalagi kurang,terlebih jika menghadapi ada serangan hama keong
mas di sawah kita.
“Biasanya jika kebutuhan
petani di sini tebar benih sekitar 60 hingga 80 kg setiap hektarnya. Memang
sejak nenek moyang sudah begitu.” ujar Bapak
Anggi petani di Lambanapu.
“Bahkan tanampun harus banyak
5 sampai 6 anakan ,karena takut dimakan keong jadi ada sisa.” ujarnya lagi
Penyemprotan dengan pupuk organik |
Cerita di atas adalah hal
biasa bagi sebagian besar petani padi di pulau Sumba sebab sudah turun temurun.
Namun apa yang di lakukan oleh Heinrich
Dengi mungkin tidak biasa. Di saat orang -orang tebar benih berlimpah
justru sebaliknya.
:Pola yang diterapkan nya
yaitu pola SRI (sistem Rice of Intensifikasi) sebuah pola yang memiliki
beberapa keuntungan bagi para petani. Selain hemat bibit (hanya 8 kg/ha),hemat air,hemat biaya,tidak
menggunakan pupuk dan pestisida kimia dengan potensi hasil sekitar 10 sampai 12
ton setiap hektarnya.
“Waktu tanam usia semai baru
8 hari dengan tanam hanya satu anakan saja, masuyarakat di sini biasa 5 sampai
6 dalam satu tancapan.begitupun usia semai padi 3 minggu samapi satu bulan baru
tanam.” ujar Heinrich
“Ini merupakan percontohan
dan hal baru bagi masyarakat semoga
mampu merubah pola pikir masyarakat di Sumba Timur. Sebab dengan melihat
kerja nyata begini bukan dongeng lagi
atau sekedar teori belaka.” tambahnya
Padi yang ditanamnya kini
usia 18 hari setelah tanam (HST) sudah memiliki 4 sampai 5 anakan .
Usia 18 hari 5 anakan |
“saya namakan ini padi “Jokowi” sebab waktu tanam pak “Jokowi” yang menang berdasar keputusan
KPU Pusat pada Pilpres tahun 2014..Heinrich
menjelaskan nama padinya.
Dari penuturannya beliau
ingin sekali membantu nasib para petani di daerah kelahirannya dengan cara seperti
ini.sebab katanya,petani harus melihat langsung apa yang dilakukannya baru
mereka akan mengikutinya. Tiap hari ada saja beberapa petani sengaja berkunjung
untuk melihat karyanya sebagai perbandingan.
Secara umum daerah Sumba
Timur areal pertanianya paling luas ,bila dibandingkan dengan kabupaten lain
yang ada di pulau Sumba.namun untuk urusan pangan masih dikirim dari luar.,hanya
dengan pola SRI petani di sumba akan mampu menjawab kebutuhan pangannya alasannya
ini memiliki banyak keuntungan.Karena pola yang dipakai sistem SRI,jadi dengan sendirinya hama keongpun bisa teratasi . sebab pola ini hemat air.
”Pertama kali pola ini
dikenalkan oleh(Ikatan Petani Pengendalian Hama terpadu Indonesia) IPPHTI pada tahun 2012, sewaktu Kabupaten Sumba Timur dilanda
rawan pangan akibat kemarau panjang.,namun sepertinya pemerintah setempat
kurang menanggapinya,padahal pola SRI sangat cocok diterapkan dengan kondisi di
Sumba Timur. Serta mampu melawan perubahan iklim”cerita Heinrich.Dengi di
sawahnya daerah Lambanapu,Sumba Timur.
Karya apapun yang sifatnya
nyata pasti akan cepat diikuti oleh masyarakat banyak.
Semoga dengan adanya pola baru serta perubahan baru apa yang dilakukannya mampu membawa pada kemajuan daerah Sumba Timur hingga bisa maju sejajar dengan daerah lain.
Semoga dengan adanya pola baru serta perubahan baru apa yang dilakukannya mampu membawa pada kemajuan daerah Sumba Timur hingga bisa maju sejajar dengan daerah lain.
Ya semoga……
(Rahmat Adinata,Waingapu
9/8/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar