Manusia
diciptakan dari sari pati tanah, setelah mengalami perpaduan antara sel telur
dengan sperma, kemudian ditampung dalam sebuah wadah yang maha kokoh, namanya
Rahim Ibu.
Hewan. terkadang manusia, memandang hewan hanya berkonotasi pada pengambilan atau
pemanfaatan dagingnnya saja, padahal kotorannya pun bisa digunakan untuk kelangsungan pertanian
yang berkelanjutan.sebab tanah sebagai Rahim bumi membutuhkan tingkat kesuburan
demi menjaga kelangsungan hidup tanaman. Tanaman ahirnya dikonsumsi oleh
manusia dan mahluk-ahluk lainnya di muka bumi ini. Pada dasarnya Rahim Ibu
dengan Rahim Bumi atau tanah hampir sama karakternya , ada yang subur dan ada
yang tidak subur, artinya perlu diperhatikan.
Dunia pertanian dan peternakan tak bisa
dipisahkan, apalagi Hewan sebagai mesin pencetak kotoran untuk
kesuburan tanah yang mampu memenuhi kebutuhan dasar dan nutrisi tanaman. Kotoran
hewan mampu memperbaiki sipat kimia dan biologis tanah, setelah diolah menjadi
kompos sebab, menyediakan kandungan
unsur hara yang tinggi.Sedangkan bila petani menggunakan pupuk kimia sintetis
dampaknya akan merusak kesuburan tanah, unsur hara dalam tanah akan mati. Pupuk
kimia sintetis tidak ramah lingkungan , berbeda jauh dengan pupuk alami hasil limbah biogas yang diolah jadi
kompos. Baik padat maupun cair.
Karena ketidak
tahuan serta terbatasnya wawasan masyarakat dalam penggunaan kotoran yang mampu
dirubah menjadi BIOGAS RUMAH/ BIRU
lalu limbahnya diubah menjadi kompos
.Maka,
baru-baru ini pada tanggal 29 sampai dengan 3 nov 2012. Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat mengadakan
Pelatihan BIOGAS dan KOMPOS.Dinas peternakan terkait
berkolaborasi dengan HIVOS BIRU dan Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu
Indonesia,IPPHTI.
Di Kabupaten
Sumba Barat serta Kabupen lain di Pulau Sumba
ini memelihara ternak sudah membudaya secara turun temurun sebagai
warisan dari nenek moyangnya.Namun pemanfaatan kotoran hewan secara maksimal belum merata digunakan. HIVOS BIRU yang di komandani oleh Adi lagur, berikut Rahmat dari IPPHTI.
Mencoba berbagi dalam pelatihan ini.
Pelatihan
diikuti oleh 30 peserta selama enam hari dari tanggal 29 hingga 3 november
2012. Di Waikabubak , Gedung aula Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat.
Peserta
pelatihan dibagi ke dalam dua tahap, tahap pertama pelatihan Biru/ Biogas Rumah
15 orang dengan insruktur Adi Lagur dari HIVOS. Sedangkan materi pembelajaran
Kompos 15orang, instruktur kompos, Rahmat dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI, dengan
menyertakan seorang petani, Markus Dendungara dari Sekolah Lapang Pertanian
Organik,SLPO Makamenggit, Kecamatan
Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur.Petani tersebut merupakan salah satu binaan program IPPHTI
di Sumba Timur.
Ir. Petrus Tagu Bore, sebagai kepala Dinas Peternakan
Kabupaten Sumba Barat yang mengomandani pelatihan ini, menyatakan “ Semua
peserta merupakan ujung tombak kami dari dinas peternakan yang berhadapan langsung dengan masyarakat di tiap kecamatan
di Sumba Barat, semoga dengan adanya pembekalan ilmu ini mereka mampu menjawab
serta mengajak masyarakat dalam hal
pemanfaatan kotoran hewan di medan tempurnya masing-masing.” Ujarnya
“Selama ini
kotoran hewan melimpah, bahkan menjadi polusi lingkungan di masyarakat saat
hujan turun. Jadi dengan adanya pelatihan
dari HIVOS BIRU dan IPPHTI, menjadi solusinya.” Ujarnya
lagi
Berdasarkan
data di lapangan yang memiliki digester biogas di Kabupaten Sumba Barat, baru
satu orang yaitu kepala Dinas Peternakan Sumba Barat, Ir. Petrus Tagu Bore.
“hanya
satu-satunya mungkin beliau yang punya biogas sebagai kepala dinas di Sumba
Barat ini.” Kata Nimrot menguatkan
atasannya
“ini sebagai
bekal yang sangat berguna bagi peserta dan masyarakat sumba barat, sebab belum
pernah ada pelatihan langsung praktek selama ini tentang kegunaan kompos dan biogas dari kotoran hewan, semoga setelah mengetahui caranya
masyarakat cepat menuju sejahtera, melalui petugas-petugas kami di lapangan.”
Kata Yulius, bagian Sumber Daya
Manusia, SDM . Dinas peternakan
Kabupaten Sumba Barat.
“BIRU atau biogas Rumah sebagai energi terbarukan sangat
membantu kebutuhan keluarga, sebab posisi biogas mampu menggantikan kebutuhan
bahan bakar minyak tanah juga berfungsi
untuk penerangan dalam ruangan . dengan adanya biogas yang dihasilkan dari
pantat hewan melalui digester yang dibangun ,
masyarakat akan mampu menghemat sekitar 80 % dalam hal pemenuhan bahan
bakar untuk memasak.” Jelas Adi Lagur
dari HIVOS BIRU
“selain mendapatkan materi teori, peserta diajak
berkunjung ke digester yang telah dibangun dan dimanfaatkan. Ada 7 orang
peserta yang siap membuat digester, sekarang sedang menyiapkan matrialnya.”
Jelas Adi lagi menambahkan
Manfaat biogas:
1. untuk memasak menggunakan satu kompor biogas diperlukan 400ltr per jam gas bio
2. untuk penerangan menggunakan satu lampu gas diperlukan 100 - 150 ltr per jam gas bio
3. Membangun satu unit biogas sebanding dengan menghemat lebih kurang 2.5 ton kayu bakar per tahun. dan dari observasi perhitungan konsumsi kayu di Sumba kenyataanya masyarakat mengunakan kayu bakar lebih kurang 7 ton setiap tahunnya per keluarga.
4. WC dapat disambungkan ke bio-digester tentunya ini untuk sanitasi lingkungan.
5. Pupuk organik. - satu unit digester dapat memproduksi 4 ton pupuk kompos kering setiap tahunnya
6. CO2 reduction (pengurangan co2). satu unit digester dapat menekan 4 ton emisi co2 pertahun.
1. untuk memasak menggunakan satu kompor biogas diperlukan 400ltr per jam gas bio
2. untuk penerangan menggunakan satu lampu gas diperlukan 100 - 150 ltr per jam gas bio
3. Membangun satu unit biogas sebanding dengan menghemat lebih kurang 2.5 ton kayu bakar per tahun. dan dari observasi perhitungan konsumsi kayu di Sumba kenyataanya masyarakat mengunakan kayu bakar lebih kurang 7 ton setiap tahunnya per keluarga.
4. WC dapat disambungkan ke bio-digester tentunya ini untuk sanitasi lingkungan.
5. Pupuk organik. - satu unit digester dapat memproduksi 4 ton pupuk kompos kering setiap tahunnya
6. CO2 reduction (pengurangan co2). satu unit digester dapat menekan 4 ton emisi co2 pertahun.
Biogas
sebagai energi terbarukan sangat bermanfaat untuk masyarakat di manapun
berada, terutama yang tinggal di pelosok pedesaan khususnya petani. Sedangkan
limbahnya bisa diolah sebagai kompos untuk kebutuhan pertanian, baik pupuk
padat maupun pupuk cair.
Intinya,
baik petugas maupun petani atau peternak harus dibekali dan diperhatikan Sumber
Daya Manusianya.
Bangunlah
Badannya…..
Bangunlah
Jiwanya…….
Untuk
Indonesia Raya……..
Semoga Tanah
sebagai Rahim Bumi di pulau Sumba tambah subur, dengan adanya
langkah nyata melalui pelatihan ini menjadi satu jawaban pasti serta solusi untuk
memandirikan dan memerdekakan petani…!
(Radita)
Awal yang mantab. Selamat berkarya kang Rahmat.
BalasHapusMengawali Sumba pusat keunggulan.