Program
pertanian Organik melalui Sekolah Lapang Pertanian Organik, SLPO Makamenggit,
Bersama Ikatan Petani Pengendalian Hama
Terpadu Indonesia,IPPHTI. Di Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori
Angu, Sumba Timur. Sudah memasuki separuh waktu pada Fase tanaman sayuran organik.
Pada hari
Rabu tanggal 31 oktober 2012. Masyarakat petani tersebut sedang memanen
semangka organik, suasana ceria dengan teriakan kakalak, sebagai teriakan khas
kegembiraan pulau sumba mulai terdengar nyaring kembali, seolah membahana
memenuhi alam makamenggit.
“Meski pertama kali tanam dengan menggunakan pupuk
organik dan pestisida organik, kami
merasa puas biaya murah hasilnya maksimal. Sejarah akan mencatatnya di sumba
timur.” Ujar Daud Duka selaku ketua kelompok SLPO Makamenggit.
Dalam panen tersebut hadir pula kepala Desa Makamenggit, Yohana Wulang .”
inilah kebanggaan kami sebagai perangkat Desa, dimana jerih payah dari hasil
belajar bertani selama mengingikuti program pemberdayaan pertanian dari Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI. Mereka nikmati secara
bersama hari ini.” Katanya
Menjadi
petani di pulau sumba saat ini
,mungkin bukan sebuah pekerjaan
yang menjanjikan atau bisa dibilang kaum rendahan yang dipandang dengan sebelah
mata, namun perlu dicatat hanya dengan jasa merekalah pangan akan selalu tersedia.
Sebetulnya
banyak tenaga-tenaga penyuluh lapangan pertanian, PPL. Namun lebih suka duduk
di belakang meja karena sudah memegang jaminan hidup berupa “SK” pegawai, buat apa
cape-cape terjun lapangan? Mungkin begitu alasannya. Maka tidak heran jika PPL
pertanian dengan Petani di lapangan sering tidak nyambung, mungkin di Sumba
Timur tidak demikian.
Beginilah
nasib petani yang hidup di negri “Agraris”, bukannya petani diberdayakan dengan
membekali ilmu taninya, malah yang mempunyai kebijakan diatas lebih suka
mendatangkan buah-buah impor dari luar negri, yang sudah dibungkus dengan bahan
pengawet. Tentu saja sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Dalam waktu
yang bersamaan hadir pula Iskandar Saher dan Nick Amstrong dari lembaga P3H
Sumba, serta Thomas dari Canadian Food Green Bank. Mereka hadir sekedar ingin
menyaksikan perkembangan masyarakat petani setelah masuk dalam program pemberdayaan pertanian organik oleh
IPPHTI.
“Pola seperti ini sangat bagus diterapkan, sebab
manusianya yang digarap baru praktek yang lebih banyak di lapangan, saya sangat
puas melihat ada perubahan di sini, dibanding satu tahun yang lalu. “ ucapnya
puas
Menurut
Iskandar Saher, Bahwa Thomas warga Amerika dengan gelar Doktor di bidang
pertanian. Sangat mengapresiasi program dari IPPHTI, dengan melihat karya nyata yang ditunjukan oleh anggota
SLPO Makamenggit.
“ Bukan banyak dan sedikitnya yang kami tanam, namun
ada kepuasan tersendiri dalam batin kami sebagai petani yang tidak bisa dinilai
dengan materi, ini luar biasa.” Ucap Agustinus
“Pola
budidayanya yang telah kami miliki dari program ini, sehingga ke depan jika
ingin tanam lebih banyak di lahan sendiri sudah memahaminya.” Ucap Hendrika
yang diamini oleh Merdeka teman sesama
anggota kelompok SLPO Makamenggit.
“isteri saya
sudah pesan jauh-jauh hari jika panen semangka harus dibawakan satu ke rumah,
jika tidak wah bisa bahaya.’ Kata Rehabiam Kilimandu sambil menggendong semangkanya.
Para petani
di Desa Makamenggit hampir 80 persen
belum pernah merasakan makan semangka, sedangkan menanampun baru mereka
lakukan, begitu program IPPHTI masuk ke sumba timur.
“ Kami hanya
dengar namanya saja dan menonton di televisi, bagaimana cara tanam dan rasanya,
sekarang terlaksana dan kami sangat menikmatinya,mantap…!” cerita Abraham Loasana.
Matahari
mulai tenggelam di ufuk barat, dibungkus oleh awan hitam. Teriakan teriakan
kakalak sebagai tanda kesukacitaan saat
panen khas budaya Pulau Sumba tak terdengar lagi. Para petani SLPO Makamenggit kembali ke rumahnya
dengan membawa hasil panen buat keluarganya masing-masing.
Sejuta
kegembiraan diceritakan sambil bercengkrama pada keluarganya. Hasil karya nyata
yang mereka rasakan. Panen itulah tujuan hakiki yang dijadikan target oleh para
petani.
Kekalutan
pada tahun lalu, kabut yang selalu menggumpal pada kalbunya sedikit terbuka
oleh pantulan pantulan cahaya yang menyinari relung hatinya mulai tersibakkan.
Bekal berupa
ilmu bagi petani sebagai tongkat kehidupan,itulah jawabnya…!! (Radita)
Mr Thomas & Nick Amstrong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar