Petani
merupakan sebentuk mahluk yang paling berjasa dalam hal menyediakan pangan
untuk kelangsungan hidup manusia .Petani sebagai manusia yang cerdas saat berada di lahan kebunnya, hanya petanilah yang
memahami keadaan alam yang akan
dihadapinya, seperti kapan mulai musim kemarau, serta kapan akan turun
hujan. Namun sering kali kita selalu tak menghargai perjuangan para petani.
Sosok petani
paling menyadari dan memahami bagaimana kondisi tanah , kondisi alam yang akan dihadapi dalam
menyesuaikan pola tanamnya.
Beberapa
bulan ke belakang, tepatnya pada hari
sabtu ,tanggal 12 mei-2012. Sekolah Lapang Pertanian Organik,SLPO Makamenggit, Desa Makamenggit,
Kecamatan Nggaha Ori Angu, mengadakan fielday atau temu lapang petani di lahan
belajarnya, Desa Makamenggit.
Temu lapang petani dihadiri oleh Bupati Sumba Timur, Gideon MBilidjora, berikut jajarannya,
awak media dan para petani dari luar
daerah Makamenggit, serta tokoh masyarakat setempat.
Diadakannya
temu lapang petani untuk membuktikan
sampai sejauh mana kemampuan para
petani yang tergabung ke dalam program Sekolah Lapang Pertanian Organik, SLPO Makamenggit, yang di dampingi oleh
Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI.mendemontrasikan
seluruh materi yang pernah diberikan selama mengikuti program tanam padi dengan
pola Sistem Of Rice Intensification, S.R.I.
Petani
peserta program dari IPPHTI
diwajibkan mendemontrasikan kepada pengunjung temu lapang, seperti. Paket
Ekologi Tanah, seleksi benih pola SRI, persemaian padi pola SRI, system tanam padi pola SRI,
pembuatan Mikro Organisme Lokal,MOL.pembuatan
pupuk cair organik, pembuatan pupuk padat organic, sampai pembuatan pestisida
nabati.
Bupati
Kabupaten Sumba Timur, Gideon Bilidjora
waktu itu mengatakan.” Saya merasa
bangga dan bersyukur serta kagum dengan hasil karya para petani, setelah berkeliling
menyaksikan peragaan yang diperlihatkan
oleh mereka dari mulai percontohan tanam padi pola SRI dan pembuatan pupuk organik. Semoga
dengan adanya program ini membawa angin
segar untuk kemajuan pangan di Sumba timur.” Ucapnya
“ untuk
mengapresiasi perjuangan serta keuletan mereka, saya janjikan satu buah mesin
air untuk kelompok petani SLPO
Makamenggit.” Ucapnya lagi berjanji waktu itu.
Sementara,
Ketua Umum Sinode Gereja Kristen
Sumba,GKS Naftali djoru,
mempunyai pandangan lain dalam sambutannya.
Waktu itu” Awalnya saya menganggap
program sekolah lapang dari IPPHTI seperti
pelatihan biasa, namun karena sering berkonsultasi dengan peserta program,
ternyata program ini sangat luar biasa
mampu merubah paradigma lama ke dalam paradigma baru bagi petani dan masyarakat
sekitarnya, tadinya petani tidak tahu sekarang mereka mempunyai bekal dari
program untuk bertani yang baik dan benar dengan segala unsur yang dibutuhkan, inilah cikal bakal bagi para
petani di Sumba Timur .”jelasnya.
Menurut Kustiwa
Adinata,sebgai koordinator IPPHTI
Nasional ,dalam temu lapang petani di SLPO
Makamenggit .” Semua petani yang masuk dalam program yang berjumlah 30
orang, dilatih dan dipersiapkan nantinya selain sebagai petani juga harus mampu menjadi petani pemandu bagi petani
yang lainnya di pulau Sumba. Tinggal bagaimana pihak pemda setempat
menanggapinya.”
Sejalan
dengan pemaparan tujuan program oleh Kustiwa
, Orang nomer satu di Sumba Timurpun menanggapinya dengan positif.
“Nanti
setelah teman –teman petani selesai
dalam program ini, akan kami perhatikan dan akan kami distribusikan
dengan pihak dinas terkait, sebabnya tenaga mereka sangat kami butuhkan untuk membangun dalam hal pangan bagi kemajuan daerah ini.” janjinya ketika
itu.
Temu lapang
petani di Makamenggit meski berlangsung satu hari di bawah guyuran hujan saat
itu, ditutup dengan kesaksian dua orang petani
peserta program Mariana dan Markus Dendungara.
“pertama
kali masuk program ini awalnya kami
sangsi, sebab apa yang diajarkan oleh pendampingnya diluar kebiasan dari nenek moyang , namun lama kelamaan mampu
mengeser dan merubah pola pikir kami sebagai petani dan kami sangat
menikmatinya, semoga melalului sekolah lapang ini kita tidak terkena bencana
kelaparan lagi .” Ujar Markus Dendungara
Lain
pendapat Markus ,berbeda pula dengan
kesaksian Mariana .” kami mewakili peserta perempuan sangat
beruntung masuk program sekolah lapang ini, sebab nantinya bisa membantu kebutuhan
keluarga dan kami merasa bersyukur, namun
setelah selesai program ini mohon kepada bapak bupati untuk
menindaklanjutinya demi Sumba Timur tercinta..!” Katanya bersemangat
Fielday atau
temu lapang petani hanyalah sebuah kesaksian yang patut untuk diapresiasi oleh segenap elemen masyarakat. Agar nantinya
kabupaten Sumba Timur tidak terkena becana kelaparan lagi, seperti tahun tahun
sebelumnya.
Mungkin temu
lapang hanyalah seberkas cahaya dan telah berlalu,mampu untuk menyingkirkan kabut kegelapan yang selama
ini menghinggapi petani kita, hinga gagal
panen yang berdapak pada bencana rawan pangan atau kelaparan.
Biarlah para
petani menjadi dirinya sehingga lahan kebun ,sawah menjadi perpustakaannya,
menjadi laboratorium alamnya, supaya mandiri tidak tergantung pada pihak
manapun.
Pangan adalah yang utama, rakyat giji buruk kuncinya ada dipangan. Penduduk semakin bertambah membutuhkan pangan. Indikasinya jika pangan ingin berdaulat petani harus dibekali serta diperhatikan sumberdaya manusianya,SDM.
Ikatan Petani Pengendalian Hama
Terpadu Indonesia,IPPHTI. Masuk dalam rangka pemberdayaan masyarakat
tentang pertanian & Peternakan
Organik, untuk mengatasi rawan pangan di Kabupaten Sumba Timur. Bekerja sama dengan Sinode Gereja Kristen Sumba,GKS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar