Rabu, 07 November 2012

“Kesaksian” Pada Temu Lapang Petani Sumba Timur




Petani merupakan sebentuk mahluk yang paling berjasa dalam hal menyediakan pangan untuk kelangsungan hidup manusia .Petani sebagai manusia yang cerdas saat  berada di lahan kebunnya, hanya petanilah yang memahami keadaan  alam yang akan dihadapinya, seperti kapan mulai musim kemarau, serta kapan akan  turun hujan. Namun sering kali kita selalu tak menghargai perjuangan para petani.
Sosok petani paling menyadari dan memahami bagaimana kondisi tanah , kondisi alam yang akan dihadapi dalam menyesuaikan pola tanamnya.
Beberapa bulan ke belakang, tepatnya pada  hari sabtu ,tanggal 12 mei-2012. Sekolah Lapang Pertanian Organik,SLPO Makamenggit, Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, mengadakan fielday atau temu lapang petani di lahan belajarnya, Desa Makamenggit.
Temu lapang petani dihadiri oleh Bupati Sumba Timur, Gideon MBilidjora, berikut jajarannya, awak media  dan para petani dari luar daerah Makamenggit, serta tokoh masyarakat setempat.
Diadakannya temu lapang petani untuk membuktikan  sampai sejauh mana  kemampuan para petani yang tergabung ke dalam program Sekolah Lapang Pertanian Organik, SLPO Makamenggit, yang di dampingi oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI.mendemontrasikan seluruh materi yang pernah diberikan selama mengikuti program tanam padi dengan pola  Sistem Of Rice Intensification, S.R.I.
Petani peserta program dari IPPHTI diwajibkan mendemontrasikan kepada pengunjung temu lapang, seperti. Paket Ekologi Tanah, seleksi benih pola SRI, persemaian padi pola SRI, system tanam padi pola SRI, pembuatan Mikro Organisme Lokal,MOL.pembuatan pupuk cair organik, pembuatan pupuk padat organic, sampai pembuatan pestisida nabati.
Bupati Kabupaten Sumba Timur, Gideon Bilidjora waktu itu mengatakan.”  Saya merasa bangga dan bersyukur serta kagum dengan hasil karya para petani, setelah berkeliling menyaksikan  peragaan yang diperlihatkan oleh mereka dari mulai percontohan tanam padi pola SRI dan pembuatan pupuk organik. Semoga dengan adanya program  ini membawa angin segar untuk kemajuan pangan di Sumba timur.” Ucapnya
“ untuk mengapresiasi perjuangan serta keuletan mereka, saya janjikan satu buah mesin air untuk kelompok petani SLPO Makamenggit.” Ucapnya lagi berjanji waktu itu.
Sementara, Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sumba,GKS Naftali djoru, mempunyai pandangan lain  dalam sambutannya. Waktu itu” Awalnya saya  menganggap program sekolah lapang dari IPPHTI seperti pelatihan biasa, namun karena sering berkonsultasi dengan peserta program, ternyata  program ini sangat luar biasa mampu merubah paradigma lama ke dalam paradigma baru bagi petani dan masyarakat sekitarnya, tadinya petani tidak tahu sekarang mereka mempunyai bekal dari program untuk bertani yang baik dan benar dengan segala unsur  yang dibutuhkan, inilah cikal bakal bagi para petani di Sumba Timur .”jelasnya.
Menurut  Kustiwa Adinata,sebgai koordinator IPPHTI Nasional ,dalam temu lapang petani di SLPO Makamenggit .” Semua petani yang masuk dalam program yang berjumlah 30 orang, dilatih dan dipersiapkan nantinya selain sebagai petani juga  harus mampu menjadi petani pemandu bagi petani yang lainnya di pulau Sumba. Tinggal bagaimana pihak pemda setempat menanggapinya.”
Sejalan dengan pemaparan  tujuan program  oleh Kustiwa , Orang nomer satu di Sumba Timurpun menanggapinya dengan positif.
“Nanti setelah teman –teman petani selesai  dalam program ini, akan kami perhatikan dan akan kami distribusikan dengan pihak dinas terkait, sebabnya tenaga mereka sangat kami butuhkan  untuk membangun dalam hal pangan  bagi kemajuan daerah ini.” janjinya ketika itu.
Temu lapang petani di Makamenggit meski berlangsung satu hari di bawah guyuran hujan saat itu, ditutup dengan kesaksian dua orang petani  peserta program Mariana dan Markus Dendungara.
“pertama kali masuk program ini awalnya  kami sangsi, sebab apa yang diajarkan oleh pendampingnya diluar kebiasan  dari nenek moyang , namun lama kelamaan mampu mengeser dan merubah pola pikir kami sebagai petani dan kami sangat menikmatinya, semoga melalului sekolah lapang ini kita tidak terkena bencana kelaparan lagi .” Ujar Markus Dendungara
Lain pendapat Markus ,berbeda pula dengan kesaksian Mariana .”  kami mewakili peserta perempuan sangat beruntung masuk program sekolah lapang  ini, sebab nantinya bisa membantu kebutuhan keluarga dan kami merasa bersyukur, namun  setelah selesai program ini mohon kepada bapak bupati untuk menindaklanjutinya demi Sumba Timur tercinta..!” Katanya bersemangat
Fielday atau temu lapang petani hanyalah sebuah kesaksian yang patut untuk diapresiasi  oleh segenap elemen masyarakat. Agar nantinya kabupaten Sumba Timur tidak terkena becana kelaparan lagi, seperti tahun tahun sebelumnya.
Mungkin temu lapang  hanyalah seberkas cahaya dan telah berlalu,mampu  untuk menyingkirkan kabut kegelapan yang selama ini menghinggapi petani kita, hinga  gagal panen yang berdapak pada bencana rawan pangan atau kelaparan.
Biarlah para petani menjadi dirinya sehingga lahan kebun ,sawah menjadi perpustakaannya, menjadi laboratorium alamnya, supaya mandiri tidak tergantung pada pihak manapun.
Pangan adalah yang utama, rakyat giji buruk kuncinya ada dipangan. Penduduk semakin bertambah membutuhkan pangan. Indikasinya jika pangan ingin berdaulat petani harus dibekali serta diperhatikan sumberdaya manusianya,SDM.
Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Masuk  dalam rangka pemberdayaan masyarakat tentang pertanian &  Peternakan Organik, untuk mengatasi rawan pangan di Kabupaten Sumba Timur. Bekerja sama dengan Sinode Gereja Kristen Sumba,GKS. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar