Minggu, 11 November 2012

Petan Turun Gunung, Masuk Sekolah


Dimana bumi dipijak di situ kita berkarya,barulah langit dijunjung. mungkin kalimat inilah yang pas untuk sebuah kegiatan yang dilakukan  para petani dari makamenggit  sumba timur, sebab selama hampir satu tahun mereka mengikuti program pemberdayaan pertanian organik dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.

Para petani tersebut turun gunung sekedar untuk berbagi kepada sekolah – sekolah di perkotaan dari mulai tingkat SMP hingga SMA. Mereka melakukan Safari organic.
Sejak  September lalu, Petani yang tergabung dalam Sekolah Lapang Pertanian Organik,SLPO Makamenggit. Dalam rangka menyambut Hari Tani Nasional jatuh pada 24 september. Mereka mencoba berbagi tentang Pertanian dan Peternakan Organik, tujuan safari ini adalah  untuk mengenalkan pentingnya pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada disekitar alam, tanpa memnggunakan bahan-bahan yang berbau kimia sisntetis.

“ Selain bahan yang dipakai murah dan mudah, ini sangat menguntungkan  bagi petani yang ada di kepulauan  seperti kami.’ kata Marteen djami, anggota SLPO Makamenggit.
“pola-pola demikian yang harus diketahui oleh para generasi, supaya nantinya tidak ketergantungan jika ingin terjun sebagai petani.” Tambahnya.

Safari Organik, dimulai  dari SMPN 1 Waingapu, hamper semua siswa mengikuti acara tersebut. Selain para sisiwa, gurunyapun tidak mau ketinggalan menyaksikan materi yang disajikan oleh petani dari Makamenggit.
“ ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk menambah wawasan.” Ujar kepala sekolah SMPN 1 Waingapu.
Selesai acara banyak para guru mengaku menyesal tidak bisa ikut karena bertabrakan dengan jadwal mengajar, ahirnya mereka menyalin dari teman sesame guru  dan siswa. Seperti pembuatan pakan ternak organik yang disajikan oleh petani Makamenggit.
Acara selanjutnya Safari Organik dilanjutkan di SMA Kristen Payeti, Waingapu Sumba Timur. Dengan pemateri Markus Dendungara dan Rehabiam Kilimandu.
Markus  mengenalkan uji kadar mineral pupuk organik cair dengan pupuk kimia pada siswa dan para guru. Semua siswa  dari kelas 1 sampai kelas 3 berjumlah 900 0rang  menghadiri acara tersebut sampai tuntas.

“ Uji Kadar Mineral,UKM. Perlu dikenalkan sebagai perbandingan agar mereka mengetahui, bahwa pupuk organik hasilnya  tidak kalah dengan pupuk kimia buatan pabrik.” Jelas Markus.
Dra Yuliana Gala sebagai kepala Sekolah SMA Kristen, di ujung acara mengutarakan .”  Merasa  bersyukur kedatangan para petani yang mau berbagi ke Sekolah kami, sebab belum tentu  siswa yang sudah lulus dari sini nanti dilanjutkan semuanya, karena paktor ekonomi, jadi ini bisa dijadikan bekal.” Ujarnya.

“Malahan sebaiknya ada kerjasama lanjutan khusus untuk kelas tiga,program ini bisa mengurangi tingkat pengangguran supaya usai lulus bisa praktek langsung .” harapnya
Pengenalan pertanian organik di kota waingapu Sumba Timur, oleh SLPO Makamenggit dilaksanakan juga di Sekolah Menengah Kejuruan Negri satu, SMKN 1  Waingapu.
Menurut pendamping petani SLPO Makamenggit, dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Rahmat, “ Melakukan safari organik ke sekolah- sekolah di daerah  ini merupakan yang pertama terjadi  di negri yang disebut sebagai negara “Agraris”  sepanjang hari tani nasional diperingati."

"Ini merupakan moment yang tepat. Sebabnya generasi sejak dini harus dikenalkan pada generasi dampak bahaya pupuk yang berbahan kimia sintetis, bagi lingkungan dan kesehatan tubuh manusia.” Paparnya
Menurut Rahmat lagi." Materi yang disajikan para petani memperagakan ,seleksi benih padi model SRI, Pakan Ternak Organik,Pupuk organik cair dan pemanfaatan daun pisang sebagai tempat biji semai sayuran organik.
Acara Safari Organik berahir di SMPN 2 Rindi,jarak dari kota waingapu sekitar 70 km, kebetulan bertepatan dengan hari pangan sedunia  pada 5 oktober. Di sekolah tersebut juga dihadiri oleh para orang tua murid yang berprofesi sebagai petani.

Kepala Sekolah SMPN 2 Rindi, Drs Jack Mbuick  mengatakan “ Materi yang disampaikan oleh para petani sebaiknya masuk dalam muatan lokal di sekolah, karena ini berkaitan erat dengan lingkungan. Semoga ke depan bisa terlaksana.” Katanya.
Pendapat Ketua Gapoktan Kecamatan Rindi yang hadir dalam acara Safari Organik Di SMPN 2 Rindi, bercerita, jika semua petani dibekali dengan sumber daya manusianya, bukan hal yang mustahil kemandirian pangan akan terwujud, apalagi masuk dalam muatan lokal di sekolah, ini sangat bermanfaat.

Alam adalah tempat berpijaknya segala mahluk untuk berkembang biak, sudah seharusnya pertanian yang berbasis lingkungan dan kearifan lokal dikenalkan pada generasi sejak dini.(Radita)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar