Jumat, 16 November 2012

Daun Pisang Kering Sebagai Pilihan




Hujan tak kunjung datang, debu beterbangan ditiup angin, pepohonan meranggas, daun daun kering berserakan. Inilah gambaran kemarau panjang setiap tahun yang dialami oleh masyarakat di kabupaten Sumba Timur, NTT.

“ kami sudah tanam sayuran dan semangka,untuk sementara menyiram 
mengandalkan air dari sumur sambil menunggu turun hujan.” Ujar Benyamin Hamapaty, anggota kelompok Kawara Pandulang di lahan kebunnya. Daerah Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera. Sumba Timur.

Penduduk Kalu tersebut sedang belajar bertani sayur organik dibimbing oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI.
“Kami baru pertama tanam sayur dan semangka, biasanya tanah nganggur jika musim kemarau, sekarang mencoba dimanfaatkan” Jelas Novianti Dembi Tamar, selaku ketua kelompoknya.

Kelompok Kawara Pandulang yang dibentuk baru baru ini berjumlah 8 orang petani.” Dari pada bengong di rumah lebih baik ke kebun setelah pekerjaan rumah selesai.” Ucap Marselina anggota kelompok Kawara Pandulang.
“Kemarin ada yang mau masuk jadi anggota 3 orang lagi tapi kami tahan dulu ,nanti pada tanam ke dua bisa masuk jadi anggota.Mungkin mereka tertarik setelah melihat tanaman pertama sudah hijau dan sebentar lagi akan panen.” Cerita Deborah teman Marselina, sambil senyum.
Di lahan kebun Kelompok Kawara Pandulang daerah Kalu terdapat berbagai jenis sayuran yang sudah menghijau, seperti Timun, Pet cay, kol dan semangka.
“Beberapa hari lagi kami akan panen timun, ini sudah keluar bunga.” Kata Martinus bangga sambil menunjuk ke arah tanamannya.
Menghadapi musim kemarau in, segala kemampuan petani dikerahkan dari mulai nyiram pagi dan sore, agar tanaman tetap hidup.
“Kalau tanaman sudah kelihatan hijau begini cape tidak terasa, pikiran bisa press.” Ucap Solvina.
"Kami tanam semangka ada sekitar empat ratusan pohon, lumayan bikin rekor di Waingapu." ucapnya lagi

Ada beberapa anggota kelompok sedang mengangkut daun pisang kering ke lahan kebunnya, tujuannya untuk menutupi kekeringan disekitar tanaman.
“Dengan cara seperti ini lumayan tanaman semangka tertolong tingkat lembabnya agak lama,setelah disiram.” Jelas Benyamin Hamapaty.
“Dengan bantuan ditutup daun pisang kering nyiram tidak terlalu cape juga.” Ujar Dinayati lagi.
“Awalnya mau pake pelastik mulsa namun  selain mahal disini tidak ada, lebih baik pakai daun pisang kering saja tidak perlu beli.” Novianti Dembi Tamar menambahkan.

Tanaman semangka meski baru mereka tanam  seumur hidupnya, namun sudah membuktikan dengan kemauannya yang keras. Bagai mana menyiasati agar tanaman tetap terpelihara walau sedang musim kemarau. Itulah petani,  jika dihadapkan pada kenyataan selalu saja ada jalan keluarnya.
Alam terbuka bisa dijadikan sebagai guru, untuk menunjang kesejahteraan dalam bertani  berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Mungkin Daun pisang kering selama ini tidak pernah dimanfaatkan, namun sekarang terasa sekali manfaatnya  dan amat berharga. Itulah Rahasia pada alam jika kita mau belajar.(Radita)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar