Senin, 19 November 2012

Di Wunga Sekarang Ada Sumur





Angin terus bertiup dengan kencang di padang savana menuju daerah Wunga ,Kecamatan Hahar. Kabupaten Sumba Timur.Jalanan yang dilalui kadang sedikit berkelok  diapit oleh hamparan rumput  kering.

 Di Bukit Sinyal tempat yang biasa dipakai untuk beristirahat dengan dua pohon yang saling berhadapan dibatasi oleh jalan ke Hahar .Nampak lautan lepas bagaikan hamparan permadani tak berujung , seolah diam membisu.
Panas terik matahari yang membakar. Padang- padang rumput biasanya hijau menghampar, kini kering kerontang. Bahkan menghitam akibat dibakar oleh tangan tangan gatal.

Dalam situasi apapun  air merupakan kebutuhan yang paling utama demi berlangsungnya kehidupan.
 Begitupun bagi masyarakat Wunga Timur ,Desa Wunga Kecamatan Hahar.Rasa haus dan dahaga harus dibayar mahal  dengan perjuangan keras  mengambil air yang jauh , ditambah  lokasi sumber  air  berada dibawah tebing dengan kemiringan 90 derajat dan kedalaman sekitar 80 meter ke daerah Lindi. Namun Masyarakat Wunga Timur pantang untuk mengeluh, hidup harus terus berlanjut.
Itulah situasi gambaran alam salah satu dareah di Kabupaten Sumba Timur, dikenal susah air sejak dahulu. Adapun air harus ditempuh dengan kerja keras.
 “Kami sudah biasa mengambil air dengan jarak sekitar tiga kilo meter berjalan kaki lewat padang savanna ke Lindi dengan menuruni dan naik tebing” Jelas Matius penduduk Wunga Timur.
Matius lebih jauh bercerita.”Sekalian membersihkan badan, jika pagi-pagi sekali masyarakat sudah mulai berjalan beriringan ke Lindi ngambil air untuk kebutuhan memasak dan air minum, sebagai wadah angkut  air lebih banyak pakai jerigen  ukuran lima liter. Anak-anak dan orang tua sudah umum, kalau tidak ya bisa kehausan apalagi musim kemarau begini.” Katanya
 “Sewaktu kecil, sebelum pindah ke Waingapu  pagi dan sore biasa  mengambil air ke Lindi, karena sumber air itu satu-satunya di Wunga, coba bayangkan  jaraknya kalau pulang pergi berapa kilo.” Ujar Mama Linda sambil mengenang masa lalunya.
Pada bulan juni tahun 2012, dengan rasa kepedulian yang tinggi, berbekal  keyakinan pada Yang Maha Agung.Heinrick Dominggus Dengi dan kawan-kawan mulai melakukan penelusuran untuk pengerjaan penggalian sumur di Wunga Timur. Walau dengan alat sangat sederhana.Seperti,Palu, Pahat, Tali , Ember dan yang lainnya.
Dalam pencarian titki air itu. Diliputi rasa was-was khawatir tak berhasil, dengan  kencangnya degup  jantung yang mengalirkan darah keseluruh tubuh, dan setiap tarikan napas adalah harapan dalam Do,a,  “Tuhan Berkati Kami.”

Panasnya sinar mentari tidak menciutkan nyali dalam penelusuran titik air. Tepat pukul 13.00 siang, titik air  yang dicari sudah dikenali. Inilah tanda-tanda alam bagi orang – orang yang mau berpikir dan berusaha, Tuhan membimbingNya.
“Penggalian hanya menggunakan sistim manual saja dengan tangan.” Kata Heinrick Dengi, selaku komandannya.” Hari ke 35 air baru keluar, kami sangat mensyukurinya bersama masyarakat di Wunga timur.” Tambah Heinrick Gembira campur haru, dengan mata berkaca-kaca.

Uming dan Arif sebagai tenaga penggali menceritakan.”Awal proses penggalian sampai kedalaman 2 meter terdapat batu besar, namun berhasil dilalui walau hanya dengan palu dan pahat. Jika penggalian ini masih belum dapat air, kami akan gali terus hingga dapat , beruntung hari ke 35 air sudah keluar dengan kedalaman 20 meter,begitu air keluar saking gembiranya kami  langsung minum duluan walau bercampur lumpur.” Ujarnya
“ Hanya dengan mata hati dan keihlasan jiwa, penggalian ini modalnya.” Tambah Arif sedikit berfilsapat.
Air merupakan paling vital bagi kehidupan, beruntung masyarakat wunga timur sekarang ada sumur yang dibuat oleh Heinrick Dengi Dkk, tidak perlu lagi harus berjalan jauh menempuh tebing berbahaya yang curam.
Dengan adanya penggalian sumur sampai berhasil ada airnya , berita dari mulut ke mulut mulai tersebar luas. Ada yang percaya , tapi ada juga yang menyangsikan. Sampai  ada yang sengaja berkunjung sekedar membuktikan.
“Orang Tua saya berasal dari sini, jadi sudah sewajarnya berbakti pada tanah leluhur. Semoga dengan adanya sumur ini bermanfaat serta mengurangi beban masyarakat Wunga Timur.” Jelas Heinrick
Matius sebagai penduduk Wunga Timur yang merelakan lokasinya untuk penggalian sumur tersebut, menjelaskan.” Tadinya masyarakat disini tidak yakin , kebetulan titik air berada dalam kebun  di depan rumah saya ,sekarang sudah terbukti ini berkah bagi kami semua.”

“Letak sumur berada ditengah kampung , jadi memudahkan masyarakat untuk memakainya. Sekarang air sudah ada tinggal bagaimana merawatnya.” Ucap seorang bapak tetangga Matius.
“ini keajaiban yang dikirim lewat pak Heinrick, sedang kemarau begini gali sumur airnya keluar, padahal sebelumnya pernah digali dengan alat canggih tidak jauh dari sini, namun hasilnya nihil.” Tambahnya .
“Sejak ratusan tahun lalu baru pertama kali ada sumur digali keluar airnya, ini sejarah dan berita bagus bagi keluarga kami yang sudah berpecar meninggalkan wunga timur, pasti mereka sangat bahagia mendengar kabar ini ,bahwa sekarang di tanah kelahirannya ada sumur.” Ucap Mama Linda lagi
“Jumlah keajaiban dunia mungkin bertambah sekarang dengan adanya sumur di sini.” Kelakar Iskandar saher yang mendukung pembuatan sumur , rekan Heinrick Dengi
Masuk bulan November hujan belum juga turun, sehingga tanah-tanah retak, debu beterbangan , ternak-ternak kurus kering, pepohonan meranggas. Seolah ada persaingan yang seru antara manusia dan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup, akibat kemarau yang belum berahir.
Tapi. bagi masyarakat Wunga Timur,Desa Wunga Kecamatan Hahar beban sedikit berkurang berkat perjuangan dan kepedulian anak lokal yang memiliki akar kecintaan pada tanah leluhurnya.
Hanya dengan keihlasan dan kebersihan jiwa. Gunung-gunung, lautan, tanah, matahari  semua mahluk merunduk patuh , pasti mendukungnya.
Tetes-tetes Doa acap kali digambarkan  selalu menyejukan kalbu. Rasa syukur , suka cita atas bimbinganNya seolah menggelora memenuhi alam semesta berkat  petunjukNya. Amin.
Selamat bagi masyarakat Wunga…….
Selamat bagi Heinrick Dengi ,Iskandar Saher dan kawan-kawan…..
(Radita)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar