Tahap
pertama program yang diperkenalkan pada peserta Sekolah Lapang Pertanian &
Peternakan Organik,SLPO Makamenggit , adalah seleksi Benih padi. Dimana seleksi
benih merupakan awal dari segalanya, jika seleksi ini tidak dilakukan, maka
dampaknya akan berakibat kurang memuaskan
saat panen nanti.
Seleksi
disandingkan dengan kebiasaan petani selama ini, kemudian direfleksi.
Setelah dipraktekan dengan sisitem
memakai telur dan garam, maka petani bisa mengambil kesimpulan mana yang
akan dan lebih bagus dari praktek
tersebut.
‘Kebiasaan
kami di sini direndam pakai air biasa saja, yang mengapung baru dibuang.” Kata
Rongga Miting, salah satu petani SLPO
Makamenggit.
“Ada satu
pembelajaran yang bisa diraih hari ini.”timpal Markus Dendungara,sesama
peserta.
Banyak
diantara peserta sekolah lapang yang penasaran dan bertanya dengan model
seperti ini, namun praktek yang dilihat sebagai jawabnya .
Selesai
melakukan seleksi benih beranjak maju ke
persemaian. Semua peserta menyiapkan lahan
dengan ukuran 70 X 120 meter persegi, ada yang menyiapkan tanah dan
pupuk, karung pelastik serta daun pisang.
Persemaian dilakukan di darat. Waktu itu para peserta
merasa aneh, sebab sepengetahuan mereka persemaian padi dimanapun pasti
tempatnya di sawah dengan membuat
bedengan, sedang ini? Ada kegamangan dalam benak petani, sejuta pertanyaan
benrkecamuk dalam pikirannya.
“Apakah
tidak salah bikin persemaian tempatnya di darat, terus tumbuhnya bagaimana
nanti?” Tanya Daud Duka selaku ketua kelompok mewakili teman-temannya.
Persemaian
jalan terus hingga selesai, dengan alas karung pelastik sebagai dasar, kemudian
dilapisi daun pisang lalu pupuk yang sudah dicampur dengan tanah dimasukan
tebalnya sekitar 10 cm, benih padi pun di tebarkan diatasnya dengan ditabur
tanah tipis atasnya.
Para peserta
SLPO Makamenggit, pulang kerumahnya masing-masing, mungkin hari ini ada satu
pengetahuan yang mereka dapatkan, namun ada pula yang bertanya-tanya. Biarlah
praktek persemaian yang tidak biasa ini akan
menjawabnya beberapa hari kemudian.
Selama ini
para petani jika mau tanam padi, membuat persemaian dengan jumlah banyak ,
berbeda sekali dengan pola SRI. Untuk kebutuhan lahan belajar yang hanya 5 are , cukup 250 gram saja benih padi.
Hampir semua
peserta menyangsikan , apakah bibit yang hendak ditanam akan cukup?bagaimana
jika kurang? Sementara lahan sudah
diolah?atau menunggu selesai tanam, baru buat persemaian lagi? huuh..
Berbagai petanyaan memenuhi benak para petani peserta, bahkan mungkin sumpah serapah. Ini di luar kebiasaan…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar