Program Pemberdayaan Pertanian Organik bagi Masyarakat
Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur. Yang diprakarsai
oleh Ikatan Petani Pengedalian Hama Terpadu Indonesia ,IPPHTI bekerja
sama dengan Sinode Gereja Kristen Sumba,GKS sedang berjalan pada fase ke dua
yaitu sayuran organik, sebab fase sebelumnya adalah padi dengan tanam pola SRI (Sistem
of Rice Intensification) Dengan berbagai kelebihan : bibit muda (10 hari semai), hemat
bibit (8 kg per hektar), hemat air ,tanam satu serta tanam dangkal. Tentu saja
dengan hasil yang maksimal (8 – 10 ton per hektar)
Dalam program fase ke
dua ini sejak bulan juli -2012. Banyak
perubahan yang dialami oleh para
petani sebagai peserta program, selain mereka sudah menguasai cara pembuatan
pupuk padat organik, pupuk organik cair sebagai nutrisi kebutuhan tanaman,
serta pembuatan pestisida nabati untuk mengendalikan hama.
jenis komoditas yang ditanam di lahan belajar petani, seperti : Bunga kol, Kol, Mentimun, semanka, Tomat , pet cay dan Jagung, Dengan pola budidaya tanam yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya
Dalam proses belajar di sekolah lapang dengan label Sekolah Lapang Pertanian Organik,
SLPO Makamenggit yang diselenggarakan IPPHTI,
petani diajak untuk menjadi subyek, bagaimana meneliti hama dan penyakit
serta memahami keinginan tanaman agar
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, selain belajar di lahan percontohan
yang dibimbing oleh IPPHTI, para petani pun diwajibkan
praktek lansung di lahan nya masing- masing.
Tujuan diadakannya sekolah lapang ini adalah dengan tiga P, bagaimana menjadi
Petani Peneliti dan Prmimpin di lahannya sendiri, sehingga ke depan tidak ketergantungan
terhadap pihak manapun. Jadi tidak ada alasan lagi jika suatu saat suplai pupuk
dan obat-obatan tidak dikirim dari luar,
karena mereka sudah mampu membuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
ada di sekitarnya . Mudah dan murah
serta berkelanjutan.
Seperti diutarakan oleh
salah satu peserta program, Mariana 32 tahun.” Saya akan tanam sayur terus
kalau padi untuk rotasi saja, karena sudah merasakan hasilnya serta mampu membantu kebutuhan keluarga,
sudah tidak pusing lagi sebab dari mulai pupuk dan pestisida bisa buat sendiri,
tadi baru panen sawi dan bunga kol, lumayan lah dapat Rp 100 ribu hari ini, ini
panen ke tiga kali. Padahal modalnya tidak besar, tinggal kemauan yang keras
untuk berubah.” Katanya dengan senyum
Lain pendapat Mariana
lain pula dengan Martin 54 tahun, dengan adanya program tersebut sangat
membantu kepercayaan petani sebagai pelaku langsung di lapangan
“Apa yang diajarkan di lahan belajar, kami langsung praktek
di lahan yang kami miliki, saya tanam pet cay atau sawi krop baru beberapa hari
ini panen, dijual Rp 15.000/ pohon ,karena tumbuhnya subur, ada sekitar 400
pohon hasilnya sangat menggembirakan.” Ujarnya pasti sambil mengacungkan jempol.
Menurut kepala Desa Makamenggit, Yohana Wulang. Masyarakatnya sangat terbantu sekali dengan adanya program pemberdayaan pertanian organik dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI. Bahkan , katanya "masyarakat yang tidak masuk sebagai peserta pun sudah mulai mengikuti pola -pola seperti SLPO Makamenggit. sekarang lahan yang tadinya terlantar mulai diolah, ini sangat menggembirakan bagi Desa Kami, dan awal yang baik bagi Sumba Timur." tambahnya bahagia
Cerita di atas hanyalah secuil kegembiraan yang menghiasi keseharian mereka sebagai petani.sekarang saatnya untuk menikmati hasil jerih payahnya. dan kita pantas untuk menghargai serta mengapresiasinya.
Sesungguhnya kondisi tanah di wilayah Kabupaten Sumba Timur
ini cukup mendukung untuk mengembangkan tanaman hortikultura.Sudah seharusnya
membimbing petani dengan penyampaian bahasa petani .Mudah-mudahan embrio Sumber
Daya Manusia, SDM petani yang Organis berawal dari Makamenggit untuk Kabupaten
Sumba Timur.Tinggal bagaimana pihak-pihak terkait (PEMDA) mendukung terhadap para petani lokal yang punya kemauan keras untuk berubah. (Radita)
Tulisan ini dalam rangka menyambut Hari Pangan Sedunia, tgl -16-okt-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar