Sejauh mata memandang
hamparan hijau padang savanna. Ternak berlarian penuh sukacita, sesekali
berlindung di bawah pohon rindang menghindari teriknya mentari sambil memamah
biak, menghaluskan kunyahannya.itulah Pulau Sumba….
Sebuah pulau yang
terkenal dangan lumbung ternaknya (dahulu) . kini kondisinya sedang mengalami
kemarau panjang. Sebab di Pulau Marapu ini musim kemarau lebih pasnjang sekitar
sembilan bulan, bila dibanding dengan musim penghujan.
Dulu pertama kali
tiba di bulan januari segala jenis
tanaman tumbuh subur, saat ini masuk bulan ke sepuluh, keadaan berubah. Sejak
awal bulan juni hujan mulai malu-malu turunnya. Semua hamparan menguning lalu
kering kerontang,terkadang ada saja tangan iseng ingin membakarnya. Padang rumput semula hijau kini warnanya
menghitam, bukit bukit bebatuan yang diselimuti rumput berubah wujud seolah
telanjang..Sinar mentari meninju langsung bebatuan dengan cahanya, hingga
memntulkan panas. Maka tak heran
pagi,siang sore dan malam terasa panas.
Inilah Alam yang
harus dipelajari oleh manusia, namun tak sedikit acapkali kita tak sadar,
dengan bersungut-sungut apalagi bersyukur. Diberi hujan keseringan salah,
kemarau panjang salah. Dasar Manusia…..!!!!
Berkaca pada kejadian
di atas sesungguhnya ada satu sentuhan teknologi yang sederhana, dengan
memanfaatkan energy matahari,alasannya di pulau Sumba atau Pulau Arwah panas
matahari lebih panjang dibanding musim hujan. Hal inilah yang harus jadi
pemikiran bersama.ini merupakan tugas semua elemen masyrakat, bukan kewajiban
pemerintah saja.
Dengan adanya
pemanfaatan enegi ini, niscaya kebutuhan air dari lembah, dari sumur, dari
sungai mampu didorong sesuai dengan keinginan.syaratnya sentuhan teknologi…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar