Sekelompok masyarakat La Menggit,
Kelurahan Matawai, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur. Dari mulai anak-anak
yang masih sekolah SMP sampai orang dewasa, Dalam menghadapi kemarau ini sibuk
kerja bersama-sama, mengolah lahan di sekitar bantaran sungai payeti.
Lahan sekitar 2000 are mereka cangkul
. meski tanah keras , berdebu. Mereka seolah tak perduli. Sebagian mencangkul,
disusul sebagian membuat bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi bedengan
30 cm
.“ini semuanya ada 26 bedengan dengan panjang 27 meter.”kata Matius Wohangara ketua
kelompoknya
“Kami rencana mau tanam
sayuran.” Reymon menimpali sebagai anggotanya
Matius
Secara umum lahan –lahan di sumba
timur di sekitar bantaran sungai Payeti,
kota Waingapu .jika menghadapi kemarau panjang tidak diberdayakan, lahan
dipakai hanya ketika musim hujan saja, dan yang ditanampun tidak beragam, hanya
jagung.
Matius Wohangara sebgai ketua
penggeraknya memaparkan. Awalnya sering mendengarkan Radio Max Fm Waingapu, dari diskusi anggota peserta program SLPO Makamenggit berbagi ilmu di udara. Kemudian September lalu dia berkunjung ke Stand pameran
SLPO Makamenggit dan IPPHTI, di Taman Hiburan Rakyat,THR Waingapu. Beliau
berkonsultasi seputar dunia pertanian dengan segala masalahnya. Setelah merasa
puas mendapat penjelasan dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu
Indonesia, IPPHTI. Besoknya mengumpulkan masyarakat sekitar rumahnya. Maka
didapat kesepakatan untuk menggarap lahan sekitar bantaran sungai payeti
tersebut. Menurutnya lagi. Jika sudah panen nanti sudah disepakati dua puluh
persen akan dipersembahkan buat Gereja.
“Selama ini tanah nganggur tidak
dimanfaatkan, karena tidak tahu bagaimana cara mengolahnya. Hampir semua lahan
dekat sungai ini tidak digarap jika kemarau,padahal air dekat. Hanya musim
hujan saja, masyarakat di sumba ini jika musim hujan tidak berani tanam sayur.
Takut busuk batang dan ulat.” Jelas Djois Ndahawali, anggota kelompok mewakili
ibu-ibu yang lain
“Namanya kelompok Lata Luri artinya
jalan kehidupan, anggotanya ada 20 orang.” Kata Matius
“Tanam sayur dimusim hujan di Sumba
Timur seperti ada “Kutukan Budya” seolah-olah pantangan.” Kata Reimond lagi.
“ Makanya sayuran di sini bisa dua
kali lipat harganya kalau musim hujan , karena susah.” Seorang ibu yang ada di
samping Reimond menambahkan.
Terlihat bedengan dengan bentangan panjang di lahan kelompok
Lata Luri La Menggit, baru berberapa komoditas sayuran yang ditanam, seperti
tomat, kol, petcay, semangka dan tanaman
letus.
Orang tua dan anak –anak secara
bersama sama sibuk ada yang memasang lanjaran tomat. Timun, nyiram semangka.
“sebelumnya tidak ada yang membimbing
kami pengolahan tanah dan budi daya
seperti ini, makanya kami semangat mengerjakannya, buat bekal nanti. Ilmu kan
tidak berat dibawa kemanapun.” Ujar yoga
yang masih duduk di bangku SMA.
“Setelah keluar sekolah Belum tentu
saya lanjut ke perguruan tinggi, karena kondisi ekonomi keluarga di kampung.
Jadi kalau harus pulang kampung sudah ada bekal sedikit tentang bercocok tanam
sayuran.” Ujarnya lagi semangat.Ternyata
Yoga berasal dariDesa Mbatapuhu
Kecamatan Haharu.Adalah contoh baru buat generasi seperti Yoga yang mau belajar tentang hal ini.
“Setelah mendapat penjelasan dan
pemahaman mengenai cara-caranya kami baru sadar dan tak perlu takut, tanam
sayuran di musim hujan. Ternyata ini bukan kutukan atau pantangan, hanya
kebodohan kami saja.” Seorang bapak mengutarakan kekesalannya.
"karena sebelumnya tidak ada yang membimbing kami ,ini modal dan bekal untuk menghadapi musim hujan nanti." tambahnya.
“silahkan hujan turun , kami sudah
tanam sayuran , bedengan sudah tinggi di kasih tahu si akaaaaaannggg…! Teriak
Jourdan teman Yoga mengagetkan orang-orang disekitarnya.
Kekalutan yang menggulung jadi
kabut dalam kalbu harus disibakkan, kekesalan yang menggumpal mesti dicairkan.
Kutukan atau pantangan tanpa alasan,
membuat masyarakat terpepejara dalam kemiskinan, seberkas cahaya harus dipantulkan, ditembuskan ke dalam relung hatinya.
"Bangunlah Jiwanya
"Bangunlah Badannya
"Untuk Indonesia Raya.....
Umbu, Rambu semangat….!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar