Alam, beserta isinya
harus dipergunakan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Sebomgkah kutipan kalimat ini, kini hanya
sebagai hiasan kitab undang-undang negri ini. Kita sudah lupa atau sengaja
melupakannya?
Alam adalah anugrah dari
Maha Pencipta, yang terkandung di dalamnya dengan berbagai rangkaian rantai kehidupan yang saling berkaitan, baik
perumpamaan nyata maupun perumpamaan yang tersembunyi sebagai tanda-tanda alam
itu sendiri.
Manusia awalnya
diciptakan dari sari pati tanah,
kemudian ditampung dalam sebuah wadah yang kokohnya maha dahsyiat. Namanya Rahim
Ibu,setelah mengalami proses yang menguras keringat dan darah. Maka lahirlah ke
dunia ini.
Sedangkan Tanah
merupakan Rahim Bumi, sebagai media tempat tumbuhnya tanaman dan mahluk-mahluk
yang berjuang hidup di muka bumi ini. Lalu mahluk-mahluk itu akan melalui
sebuah perulangan(sejarah). Lahir kemudian kembali lagi ke tanah, begitulah
seterusnya. Hingga dunia ini cape menampungnya, seperti rahim ibu, ada batas
waktunya.
Dari perumpamaan-perumpamaan
nyata di atas, sering kali kita lupa
untuk menyadarinya bahkan tidak menghargainya, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang mengancam ketenangan, ketentraman mahluk di muka bumi ini.Bencana yang datang seolah
kemurkaan alam semata. Padahal itu hasil yang ditimbulkan oleh tangan-tangan
serakah, hanya ingin menguasai serta menjajah sesama yang di komando oleh
egonya (iblis).
Bencana kelaparan akibat
dilanda kekeringan kemarau panjang yang datang menimpa, kita hanya menyerah tak
mau berjuang untuk keluar dari kesulitan yang ada, bahkan menyesali hidup serta
menyumpahi diri. Padahal dari sisi susunan mahluk di muka bumi ini, manusialah
yang paling sempurna. Sebab diberikan akal dan pikiran, namun hanya pikiran
saja yang dipakai. Akalnya…? Bagai minyak dengan air selalu tidak menyatu.
Kondisi alam Sumba
Timur
Pulau Sumba atau
lebih dikenal dengan pulau Arwah atau Bumi Marapu, sebagian besar arealnya
merupakan padang rumput yang dihiasi oleh bukit bebatuan, sekawanan ternak
berlarian di padang savana, berburu makanan. Apabila nampak dari atas bagaikan sebuah
titik-titik yang bergerak.
Populasi penduduk
sumba timur semakin bertambah seperti
halnya daerah-daerah lain, namun kondisinya tidak diimbangi dengan sumber daya
manusia dan alam yang ada, memang sebagian besar daratannya adalah padang
bebatuan yang ditumbuhi rumput, namun tidak dipungkiri banyak lahan –lahan subur
yang belum di oftimalkan untuk kepentingan hidup orang banyak. Lahan irigasi
yang belum digarap secara profesional saat kemarau tiba. Masyarakat petani
masih minim dengan wawasan bertaninya di lahan persawahan, masih miskinnya cara
bertani dimusim hujan, sehingga sayuran harganya setinggi langit. Yang jadi
pertanyaan, dimanakah dinas pertanian selama ini? Sampai masyarakatnya minim
dalam bertani? Apakah selama ini Dinas pernah studi banding Ke pulau jawa? Kenapa..?
mengapa..? di mana…?.
Pertanyaan sebanyak
apapun percuma saja, jika pihak pihak yang terkait masih mementingkan dirinya
dan kelompoknya. Ujung-ujungnya masyarakat kecil juga yang jadi korban. Alam selalu
dijadikan kambing hitam jika terjadi bencana kelaparan, bahkan petanipun jadi
korbannya.
Alam merupakan
anugrah yang tak terhingga sebagai tempat berpijak, sudah seharusnya kita
sebagai pemimpin di dunia ini untuk merawat dan menjaganya, agar lingkungan
tetap terjaga.semoga Kabupaten Sumba Timur ke depan tidak terkena bencana
kelaparan lagi,seperti tahun 2011 kemarin. Sebagai gambaran , cukup lapar
terahir di Makamenggit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar