Selasa, 03 September 2013

“Memahami Alam..Demi Keberlanjutan”





Anggota Kelompok Jos sedang belajar membuat bekong

Sebuah kelompok beranggotakan 20 orang berkumpul di halaman radio Max Fm Waingapu ,Kabupaten Sumba Timur. Mereka sedang tekun belajar membuat
bekong untuk tempat biji semai sayuran organik. Tempat biji semai tersebut cukup sederhana dan mudah didapat, bahanya dari daun pisang.

“ini pertemuan kedua, minggu kemaren tanggal 25 Agustus 2013 kami membentuk kelompok ini , namanya Kelompok tani orgsnik “Jos”, sedangkan hari ini kami belajar dari Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI”.  Cerita  Raymon
Ramai-ramai isi biji kol
,ketua kelompok tani Jos. awal tentang budidaya sayuran organik dibimbing oleh i Ikatan Pertani Pengend
alian
Menurut Raymon lagi. Anggotanya dari berbagai elemen masyarakat, “ Ada PNS, mahasiswa ,anak SMA, dan petani. Kami punya kesamaan persepsi tentang lingkungan dan pertanian berkelanjutan, bagaimanapun alam mesti dijaga dan dilestarikan sebab dengan model organik kita bisa menjaga, menggunakan serta memelihara alam karena bahan yang digunakan sudah tersedia di alam sekitar.hingga lahirnya kelompok ini, alasannya kami haus dengan bimbingan tentang budidaya sayuran organik, kebetulan pihak radio mengundang kami ,maka jadilah kelompok Jos.”

Dari penuturan Pak  Henrick Dengi sebagaii pemilik radio MaxFm diadakannya pelatihan program pertanian organik bagi pendengar radio max fm bisa disebut sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat selama ini dalam bertani yang baik dan benar. “ jika teori atau informasi melalui siaran “Ayo Bertani Organik” mereka sering dengar, namun praktek langsung baru kali ini. Kelompok ini akan dibimbing oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI selama enam bulan ke depan . pola “sekolah lapang.” Tuturnya
Masing-masing sibuk ambil bagian

Program pelatihan berupa sekolah lapang dengan praktek langsung di lahan belajar kelompok . lokasinya berdekatan dengan sungai payeti. Anggota kelompok Jos harap Pak Heinrick,  setelah praktek di lahan belajar diwajibkan membuka lahan masing masing di tempat tinggalnya.

“ Paling jauh peserta dari Londalima, tapi karena butuh ya mereka datang, sekolah lapang dilaksanakan setiap dua minggu sekali dalam sebulan.” Tandasnya

Dalam kelompok tersebut mereka asyik mendengarkan instruktur dari IPPHTI yang membimbingnya.
“Program pelatihan ini tidak banyak teori serta tidak ada buku panduannya, praktek lansung di lahan belajar. Coba pemerintah mengadakan pola seperti ini mungkin masyarakat akan senang . jika mau jujur Sumba Timur paling luas areal pertaniannya diantara empat kabupaten di pulau Sumba .Tapi dalam pangan paling tidak mandiri mengandalkan pasokan dari luar. “ Raymon menjelaskan.

Pendapat Julius Haba Lain lagi. “ kalau lahan dan masyarakat diberdayakan dengan perhatian pemerintah mungkin akan lain ceritanya. Otomatis tenaga kerja terserap, pendapatan asli daerah meningkat. Selama ini hanya jadi penonton saja.”

"Kami atas nama kelompok Jos yang ikut pelatihan ini, mengucapkan banyak terimakasih dan bersyukur dengan adanya dukungan dari Ibu Dr Rani Hadasah Manu Mesa. ini program yang sangat bermanfaat bagi kami." ucap Raymon sebagai ketua kelompok Jos, menunup obrolannya

Petensi alam melimpah , namun terkadang kita selalu mengeluh dari sisi negatifnya saja. Semoga dengan adanya pelatihan pemberdayaan pertanian organik oleh IPPHTI bersama radio Max Fm 96,9 Waingapu, Sumba Timur. Akan mampu menjadi titik pijak bagi kebangkitan pangan khusunya hortikultura bagi pulau Sumba.
Salam Organik ...! Joooos ....! (Jangan Omong Saja)

(Rahmat Adinata, Pulau Sumba,Sept. 2013)

Catatan: rekam jejak IPPHTI di Sumba Timur,NTT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar