Senin, 02 September 2013

Awalnya Tidak Istimewa........


.
Membangun kemudian  membina sebuah kelompok tani bukanlah hal yang mudah, sebab jaman sekarang ini banyak kelompok yang dibangun hanya untuk mendapatkan bantuan saja, setelah bantuan/program habis,maka habis pula kegiatan kelompok itu. Maka yang ada hanya papan namanya saja.inilah kejadian ironis sering terjadi di negri “Agraris”

Pada ahir september 2012 sebuah kelompok yang bernama “Kawara Pandulang” dibentuk di daerah Kalu, Waingapu, Sumba Timur. Tadinya hanya coba –coba ingin berbudidaya sayuran.
Anggotanya pun hanya sembilan orang saja dengan memanfaatkan lahan kering sekitar 12 are, kebetulan waktu itu sedang dilanda kemarau panjang sehingga konidsi lahan yang digarap cukup menguras tenaga dan mental.

Dengan bimbingan Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Kelompok kawara mulai budidaya sayuran yang sebelumnya tak pernah mereka tanam. Seperti, Kol, Timun Kiyuri, Bunga Kol ,Petcay dan semangka.
“Jangankan tanam ,untuk mengkonsumsinya saja kami di sini bisa dibilang setahun sekali kalau ada orang hajatan, itu pun jika sayurannya ada.” Kata Novianti Dembi tamar, ketua kelompok Kawara Pandulang.
“Sedangkan semangka kalau ada kiriman lewat kapal ke waingapu dari Bali atau Bima itu pun jika punya uang bisa beli ,kalau tidak ya gigit jari .” tandas Novi lagi.
Sebuah kelompok yang dihuni oleh 7 ibu-ibu dan dua lelaki berjalan terus seiring waktu. Apa yang mereka tanam kini telah membuahkan hasil. Keluarga  tadinya tidak pernah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan kini mereka tak perlu membelinya ke pasar , bahkan mereka bisa jual .
 
“biasanya kami tanam saat musim hujan tanam  jagung ,hanya satu kali dalam setahun , hasilnyapun tidak seberapa. Setelah ditanami sayuran hasil cukup lumayan serta mampu membantu kebutuhan keluarga.” Ujar Yohana Laipiopa, sebagai anggota kelompok.
“Dengan pola pendampingan melalui IPPHTI, kami semakin semangat karena langsung praktek di lahan. Awalnya  tidak tahu menjadi tahu,  tentang seluk beluk budidaya sayuran kami dikenalkan, tentu saja yang cocok dengan iklim di daerah Sumba. Intinya kami merasa senang karena banyak menimba ilmu tentang pertanian,  sebelumnya tak terbayang akan kami dapatkan. Mulai dari persemaian, pengolahan tanah, perawatan dan pembuatan pupuk kompos organik.” Cerita Marselina teman Yohana sesama anggota kelompok Kawara Pandulang.

Dari 9  jadi 30
Dari keuletan mereka dalam berbudidaya sayuran, membuat tetangga sekitarnya mulai tertarik dengan hasil panen yang mereka dapatkan. Ahirnya memasuki bulan mei 2013 jumlah anggota Kawara Pandulang membengkak,tadinya hanya 9 orang saja kini jadi 30 orang.

Saat mereka bercocok tanam sayur banyak pengunjung sengaja datang belanja ke kebun kelompoknya, sehingga tidak sempat di kirim ke pasar karena keburu habis di kebun .
Selain pembeli tetangga sekitar, kadang ada juga pedagang pasar ke sini, namun terkadang juga tidak kebagian karena habis diborong.” Ujar Novianti.
Mungkin inilah yang membuat anggota kawara jadi bertambah, bagaimanapun perjuangan dan kerja keras novi dan kawan-kawan sudah mulai dihargai oleh para tetangga sekitarnya dengan bersedia menjadi anggota kelompoknya.
“Tadinya sih hanya iseng coba –coba tanam sayur satu atau dua bedeng saja , eeh malah kata kawan-kawan tanggung lebih baik luas sekalian biar hasilnya banyak.” katanya lagi, mengenang masa lalunya.

Sekarang Kawara Pandulang mendapat perhatian dari Pemda Kabupaten Sumba Timur, melalui Badan Bimas Ketahanan Pangan Sumba Timur lewat program Kawasan Rumah Pangan Lestari,KRPL.
Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan penganekaragaman pangan bagi keluarga. Sehingga apa yang dibutuhkan oleh keluarga berupa sayur tidak perlu repot lagi belanja ke pasar karena di tiap-tiap rumah sudah menanamnya di pekarangan.

“Kami dari BBKP Sumba Timur melihat kelompok yang sudah dan punya bukti dalam hal prestasi dibidang pangan, diantaranya kelompok Kawara Pandulang sudah menanam sayur organik sejak tahun lalu, jadi pantas kami pilih untuk mendapat bantuan.” Kata Johanes Radamuri, sebagai Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan ,BBKP kabupaten Sumba Timur.

Pada masa sekarang ini di kelompok kawara Pandulang seolah ada epphoria baru, halaman rumah kelompok yang tadinya sepi kini diramaikan oleh ibu-ibu anggota kelompok untuk belajar sekolah lapang tentang sayuran organik dengan bimbbingan Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
Pertemuan dilaksanakan setiap sabtu sore. Sekolah lapang  dilaksanakan dari mulai belajar membuat bekong berbahan daun pisang untuk tempat biji semai  , pemberiasn pupuk, cara memanfaatkan pekarangan hingga pembuatan pestisida nabati dan perawatan tanaman.
“ ini merupakan hal baru bikin polibag dari daun pisang untuk semai biji sayur, daripada pakai pelastik harus beli,lebih mudah daun pisang ramah lingkungan.” Ucap Ibu Albertina.
Hal senada juga diungkapkan oleh Agustina  dan Tresia sebagai anggota yang baru masuk kelompok. “ Tadinya kotoran ternak dibuang -buang tidak
pernah dilirik apalagi dimanfaatkan, sekarang setelah menerima bimbingan dari IPPHTI sepertinya semua berharga dan bermanfaat.”

Awalnya tidak istimewa dan hanya coba –coba . namun jika ditekuni dengan serius akan membuahkan hasil, dan akan menularkan manfaat bagi sesama.
Semoga dengan lahirnya Kelompok wanita Tani “Kawara Pandulang” yang bergerak dalam budi daya sayuran organik, di Kabupaten Sumba Timur merupakan  embrio, sehingga nantinya akan lahir dengan sempurna. Dampaknya  bisa menularkan virus fositif bagi kebangkitan dan kemandirian pangan bagi wilayah Pulau Sumba.amin.

Bangunlah Badannya.......
Bangunlah Jiwanya......
Untuk Indonesia Raya......!
(Radita, Pulau Sumba, Agustus 2013)
Catatan: Rekam Jejak Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonbesia,IPPHTI. Di Kabupaten Sumba Tumur.NTT
 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar