.
Membangun
kemudian membina sebuah kelompok tani
bukanlah hal yang mudah, sebab jaman sekarang ini banyak kelompok yang dibangun
hanya untuk mendapatkan bantuan saja, setelah bantuan/program habis,maka
habis pula kegiatan kelompok itu. Maka yang ada hanya papan namanya saja.inilah
kejadian ironis sering terjadi di negri “Agraris”
Pada
ahir september 2012 sebuah kelompok yang bernama “Kawara Pandulang” dibentuk di daerah Kalu, Waingapu, Sumba Timur.
Tadinya hanya coba –coba ingin berbudidaya sayuran.
Anggotanya
pun hanya sembilan orang saja dengan memanfaatkan lahan kering sekitar 12 are,
kebetulan waktu itu sedang dilanda kemarau panjang sehingga konidsi lahan yang
digarap cukup menguras tenaga dan mental.
Dengan
bimbingan Ikatan Petani Pengendalian
Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
Kelompok kawara mulai budidaya sayuran yang sebelumnya tak pernah mereka tanam.
Seperti, Kol, Timun Kiyuri, Bunga Kol ,Petcay dan semangka.
“Jangankan
tanam ,untuk mengkonsumsinya saja kami di sini bisa dibilang setahun sekali
kalau ada orang hajatan, itu pun jika sayurannya ada.” Kata Novianti Dembi
tamar, ketua kelompok Kawara Pandulang.
“Sedangkan
semangka kalau ada kiriman lewat kapal ke waingapu dari Bali atau Bima itu pun
jika punya uang bisa beli ,kalau tidak ya gigit jari .” tandas Novi lagi.
Sebuah
kelompok yang dihuni oleh 7 ibu-ibu dan dua lelaki berjalan terus seiring waktu. Apa yang mereka tanam kini
telah membuahkan hasil. Keluarga tadinya
tidak pernah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan kini mereka tak perlu
membelinya ke pasar , bahkan mereka bisa jual .
“biasanya
kami tanam saat musim hujan tanam jagung
,hanya satu kali dalam setahun , hasilnyapun tidak seberapa. Setelah ditanami sayuran hasil
cukup lumayan serta mampu membantu kebutuhan keluarga.” Ujar Yohana Laipiopa,
sebagai anggota kelompok.
“Dengan
pola pendampingan melalui IPPHTI,
kami semakin semangat karena langsung praktek di lahan. Awalnya tidak tahu menjadi tahu, tentang seluk beluk budidaya sayuran kami
dikenalkan, tentu saja yang cocok dengan iklim di daerah Sumba. Intinya kami
merasa senang karena banyak menimba ilmu tentang pertanian, sebelumnya tak terbayang akan kami dapatkan.
Mulai dari persemaian, pengolahan tanah, perawatan dan pembuatan pupuk kompos
organik.” Cerita Marselina teman Yohana sesama anggota kelompok Kawara Pandulang.
Dari 9 jadi 30
Dari
keuletan mereka dalam berbudidaya sayuran, membuat tetangga sekitarnya mulai
tertarik dengan hasil panen yang mereka dapatkan. Ahirnya memasuki bulan mei
2013 jumlah anggota Kawara Pandulang
membengkak,tadinya hanya 9 orang saja
kini jadi 30 orang.
Saat
mereka bercocok tanam sayur banyak pengunjung sengaja datang belanja ke kebun
kelompoknya, sehingga tidak sempat di kirim ke pasar karena keburu habis di
kebun .
“Selain pembeli tetangga
sekitar, kadang
ada juga pedagang pasar ke sini, namun terkadang juga tidak kebagian karena
habis diborong.” Ujar Novianti.
Mungkin
inilah yang membuat anggota kawara jadi bertambah, bagaimanapun perjuangan dan
kerja keras novi dan kawan-kawan
sudah mulai dihargai oleh para tetangga sekitarnya dengan bersedia menjadi
anggota kelompoknya.
“Tadinya
sih hanya iseng coba –coba tanam sayur satu atau dua bedeng saja , eeh malah
kata kawan-kawan tanggung lebih baik luas sekalian biar hasilnya banyak.”
katanya lagi, mengenang masa lalunya.
Sekarang
Kawara Pandulang mendapat perhatian
dari Pemda Kabupaten Sumba Timur, melalui Badan Bimas Ketahanan Pangan Sumba
Timur lewat program Kawasan Rumah Pangan
Lestari,KRPL.
Program
tersebut bertujuan untuk meningkatkan penganekaragaman pangan bagi keluarga.
Sehingga apa yang dibutuhkan oleh keluarga berupa sayur tidak perlu repot lagi
belanja ke pasar karena di tiap-tiap rumah sudah menanamnya di pekarangan.
“Kami
dari BBKP Sumba Timur melihat
kelompok yang sudah dan punya bukti dalam hal prestasi dibidang pangan,
diantaranya kelompok Kawara Pandulang sudah menanam sayur organik sejak tahun
lalu, jadi pantas kami pilih untuk mendapat bantuan.” Kata Johanes Radamuri, sebagai
Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan ,BBKP
kabupaten Sumba Timur.
Pada
masa sekarang ini di kelompok kawara
Pandulang seolah ada epphoria baru, halaman rumah kelompok yang tadinya
sepi kini diramaikan oleh ibu-ibu anggota kelompok untuk belajar sekolah lapang
tentang sayuran organik dengan bimbbingan Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
Pertemuan
dilaksanakan setiap sabtu sore. Sekolah
lapang dilaksanakan dari mulai
belajar membuat bekong berbahan daun pisang untuk tempat biji semai , pemberiasn pupuk, cara memanfaatkan
pekarangan hingga pembuatan pestisida nabati dan perawatan tanaman.
“
ini merupakan hal baru bikin polibag dari daun pisang untuk semai biji sayur,
daripada pakai pelastik harus beli,lebih mudah daun pisang ramah
lingkungan.” Ucap Ibu Albertina.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Agustina dan
Tresia sebagai anggota yang baru masuk kelompok. “ Tadinya kotoran ternak
dibuang -buang tidak
pernah dilirik apalagi dimanfaatkan, sekarang setelah
menerima bimbingan dari IPPHTI
sepertinya semua berharga dan bermanfaat.”
Awalnya
tidak istimewa dan hanya coba –coba . namun jika ditekuni dengan serius akan
membuahkan hasil, dan akan menularkan manfaat bagi sesama.
Semoga
dengan lahirnya Kelompok wanita Tani “Kawara
Pandulang” yang bergerak dalam budi daya sayuran organik, di Kabupaten Sumba Timur merupakan embrio,
sehingga nantinya akan lahir dengan sempurna. Dampaknya bisa menularkan virus fositif bagi
kebangkitan dan kemandirian pangan bagi wilayah Pulau Sumba.amin.
Bangunlah Badannya.......
Bangunlah Jiwanya......
Untuk Indonesia Raya......!
(Radita, Pulau Sumba, Agustus 2013)
Catatan: Rekam Jejak Ikatan Petani
Pengendalian Hama Terpadu Indonbesia,IPPHTI. Di Kabupaten Sumba Tumur.NTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar