Sabtu, 16 April 2016

“Semai Biji Bawang Merah Dengan Daun Pisang”


Bawang merupakan kebutuhan dapur sebagai bumbu sekaligus sebagai sahabat kaum ibu untuk memanjakan keluarga dalam menghidangkan masakannya.Sebab jika masak tidak pakai bawang sebagai pengharum akan terasa kurang kenikmatannya.
Baru-baru ini, hari sabtu tanggal 16 April 2016 Kelompok Matawai Amah di Desa Yubuway,Kecamatan Pandawai,Kabupaten Sumba Timur. Mereka belajar persemaian bawang merah dari biji dengan tempat biji semai memanfaatkan daun pisang.Ini merupakan hal baru bagi petani organik di Yubuway.
“Tadinya daun pisang dibiarkan begitu saja,sekarang ternyata bisa dijadikan sebagai tempat biji semai.Kami jadi sadar untuk memelihara lingkungan  dan tanam pisang terus,sebab sudah paham kegunaannya. Dengan belajar bertani yang ramah lingkungan jadi meringankan petani.” Paulus Retang Warandoy,sebagai ketua Kelompok menjelaskan.

Untuk kebutuhan tempat biji semai mereka belajar membuat bekong dengan bahan dasar daun pisang.hingga jika dipindah ke lahan yang lebih luas kondisi akar tidak terganggu,sebab bekong tersebut tidak perlu dibuka,maka tanaman pun akan cepat menyesuaikan diri.akan sangat berbeda misalnya pakai plastik selain harus repot membuka ,yang lebih parah lagi akan menjadi sampah kebun,sebab tidak busuk.
.
Semai Biji Bawang

Semai bawang dari bijipun bagi Petani di  Desa Yubuway  merupakan hal baru dalam sejarah hidupnya,tentu saja sebab teknik ini belum lama di kenalkan pada masyarakat secara umum.
Awalnya begitu diberitahu akan tanam bawang dari biji,sepertinya mereka tidak percaya,sebab selama ini  yang mereka ketahui tanam bawang dari umbinya.Namun setelah diperlihatkan bentuk biji bawangnya baru mereka percaya.
“Tadinya saya pikir akang bercanda,sebab kami hanya tahu tanam bawang dari umbi,ini pengalamn baru bagi kami di Desa Yubuway.Semoga petani makin cerdas .” Harap Desi,bendahara kelompok.

Tanam bawang dari biji kelebihan yang didapat oleh petani selain paham akan keturunan selanjutnya,petani juga bisa mandiri dengan benih sebab benih merupakan roh-nya petani.Berbeda ketika petani ytanam dari umbinya,mereka tidak tahu bibit yang ditanam turunan ke berapa..?

Sedangkan dari sisi hasil produksi tidak kalah jauh bahkan bisa lebih baik tanam dengan biji,hanya tanam dengan biji butuh waktu sebab harus disemaikan terlebih dahulu.tanam dengan biji kebutuhan biaya benih lebih hemat dibanding dengan umbi.bayangkan jika satu hektar kebutuhan benih sekitar 1,5 ton (umbi) X Rp. 15.000/kg . Artinya petani untuk kebutuhan benih saja harus mengeluarkan biaya Rp.22.500.000,-. Bila petani tanam dengan biji kebutuhan per hektar hanya 3 kg saja,harga setiap kg biji Rp.3000.000,- atau Rp.9.000.000/ha. Irit khan....? 

Marilah kita memuliakan petani dengan membimbing mereka agar cerdas dalam pertaniannya.tidak menjadikan petani sebagai obyek,namun harus jadi subyek di lahannya masing-masing.

Rahmat Adinata,(Waingapu,17/4/16)

Ketua Nasional : Gerakan Petani Nusantara (GPN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar