Bawang
merupakan kebutuhan dapur sebagai bumbu sekaligus sebagai sahabat kaum ibu
untuk memanjakan keluarga dalam menghidangkan masakannya.Sebab jika masak tidak
pakai bawang sebagai pengharum akan terasa kurang kenikmatannya.
Baru-baru
ini, hari sabtu tanggal 16 April 2016 Kelompok Matawai Amah di Desa
Yubuway,Kecamatan Pandawai,Kabupaten Sumba Timur. Mereka belajar persemaian
bawang merah dari biji dengan tempat biji semai memanfaatkan daun pisang.Ini
merupakan hal baru bagi petani organik di Yubuway.
“Tadinya
daun pisang dibiarkan begitu saja,sekarang ternyata bisa dijadikan sebagai
tempat biji semai.Kami jadi sadar untuk memelihara lingkungan dan tanam pisang terus,sebab sudah paham
kegunaannya. Dengan belajar bertani yang ramah lingkungan jadi meringankan
petani.” Paulus Retang Warandoy,sebagai ketua Kelompok menjelaskan.
Untuk kebutuhan tempat biji semai mereka belajar membuat bekong dengan bahan dasar daun pisang.hingga jika dipindah ke lahan yang lebih luas kondisi akar tidak terganggu,sebab bekong tersebut tidak perlu dibuka,maka tanaman pun akan cepat menyesuaikan diri.akan sangat berbeda misalnya pakai plastik selain harus repot membuka ,yang lebih parah lagi akan menjadi sampah kebun,sebab tidak busuk.
.
Semai Biji Bawang
Semai bawang
dari bijipun bagi Petani di Desa Yubuway
merupakan hal baru dalam sejarah
hidupnya,tentu saja sebab teknik ini belum lama di kenalkan pada masyarakat
secara umum.
Awalnya
begitu diberitahu akan tanam bawang dari biji,sepertinya mereka tidak
percaya,sebab selama ini yang mereka
ketahui tanam bawang dari umbinya.Namun setelah diperlihatkan bentuk biji
bawangnya baru mereka percaya.
“Tadinya
saya pikir akang bercanda,sebab kami hanya tahu tanam bawang dari umbi,ini
pengalamn baru bagi kami di Desa Yubuway.Semoga petani makin cerdas .” Harap
Desi,bendahara kelompok.
Tanam bawang
dari biji kelebihan yang didapat oleh petani selain paham akan keturunan
selanjutnya,petani juga bisa mandiri dengan benih sebab benih merupakan roh-nya
petani.Berbeda ketika petani ytanam dari umbinya,mereka tidak tahu bibit yang
ditanam turunan ke berapa..?
Sedangkan
dari sisi hasil produksi tidak kalah jauh bahkan bisa lebih baik tanam dengan
biji,hanya tanam dengan biji butuh waktu sebab harus disemaikan terlebih
dahulu.tanam dengan biji kebutuhan biaya benih lebih hemat dibanding dengan
umbi.bayangkan jika satu hektar kebutuhan benih sekitar 1,5 ton (umbi) X Rp. 15.000/kg
. Artinya petani untuk kebutuhan benih saja harus mengeluarkan biaya Rp.22.500.000,-.
Bila petani tanam dengan biji kebutuhan per hektar hanya 3 kg saja,harga setiap
kg biji Rp.3000.000,- atau Rp.9.000.000/ha. Irit khan....?
Marilah kita
memuliakan petani dengan membimbing mereka agar cerdas dalam pertaniannya.tidak
menjadikan petani sebagai obyek,namun harus jadi subyek di lahannya
masing-masing.
Rahmat
Adinata,(Waingapu,17/4/16)
Ketua
Nasional : Gerakan Petani Nusantara (GPN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar