Kamis, 14 April 2016

Lumbung Benih Melawan Rawan Pangan


Bibit Bawang Merah lokal Sumba
Satu generasi,namanya lumbung benih untuk mendorong  lumbung pangan mulai terlupakan. Andaikan ada pun hanya sebagaian ,itupun ada di daerah -daerah yang sulit terjangkau oleh informasi kota. Pihak yang memiliki kebijakan di Negara ini rencana menginstruksikan membuat lumbung benih hanyalah retorika belaka. Hanya bagus di berita media saja.Kenyataannya tetap saja petani seperti dibikin obyek.

Banyak daerahpun dulunya terkenal dengan sebutan lumbung pangan,kini hanya tinggal kenangan.Begitupun dengan keberadaan lumbung benih.

Bibit lokal tahan simpan
dililitkan pada pohon
“Kita tidak menolak bantuan bibit hibrida dari pihak manapun,hanya yang lebih dulu kita tanam adalah bibit lokal  saat musim hujan tiba,sedangkan bibit jagung hibrida juga  tanam hanya alakadarnya , ketika musim hujan mau berakhir.” Ujar kepala desa Laimbonga ,Kecamatan Kahaungueti kabupaten sumba timur.

“Bibit hibrida tidak kuat disimpan lama,berbeda dengan bibit lokal yang pertama kita tanam bisa berbulan bulan tahan simpan” tambah kepala desa lagi

Sudah  lama kita tidak mendengar istilah "Lumbung Benih" apa lagi "Lumbung pangan" di Desa –Desa ,apa lagi menemukannya .Benih sekarang sudah ada di toko,pangan bisa dibeli dari negara tetangga alias diimpor.Jika benih sudah tersedia di toko-toko pertanian otomatis memanjakan petani dan membuat ketergantungan,sebab hanya sekali tanam ,sekali panen,setelah itu benih harus beli kembali.Hanya memperkaya pemodal besar.
Bibit Jagung Lokal dililit di pohon waru
ala petani Sumba

Pangan..? jangan khawatir negara kita sangat kaya untuk belanja  & mensubsidi pangan bagi rakyatnya sampai saat ini . Terbukti masih ada beras murah(jika malu dikatakan beras miskin) yang membuat gemuk para pengusaha dan mencekik para petani.semoga jargon gembar gembor kementan baru baru ini rencana akan serap gabah petani bukan hanya bagus di media namun ada tindak lanjutnya atau gagasan jangan hanya jadi  teori saja.
Lalu berapa yang layak harga gabah yang bisa mensejahterakan petani? Datapun simpang siur antara keberpihakan ke pengusaha dan mengorbankan nasib petani sebagai obyek.
Dahulu kita bangga dengan sebutan sebagai negara “Agraris” namun kini, sebutan itu seolah nyemplung ke got yang paling dalam.Kita sudah jadi bangsa yang konsumtif ,padahal sesungguhnya tanah subur,iklim cocok  dan  petaninya mau bekerja keras. Lagi lagi dalam hal ini petani selalu ada dalam titik yg tidak menyenangkan.

Sejatinya Negara harus bertanggung jawab sebab memiliki andil memupus atau
Penyimpanan bibit bawang merah,digantung di atap rumah
(Di Sumba Timur)

melenyapkan para petani muda sebagai penerus negara agraris ini,sebab kebijakannya tidak berpihak pada petani.sebab bertani sudah tidak menjanjikan lagi sebagai mata pencaharian.Bisa dibayangkan ,jika tidak ada petani bangsa ini mau makan apa?

Lumbung Benih
Benih /bibit adalah hal yang paling mendasar bagi  petani sebab benih merupakan Roh-nya petani.Saat ini benih dikuasai oleh para kapitalis,dan sangat sedikit petani di desa yang berpikir untuk membangun lumbung benih.Petani tidak bisa disalahkan,sebab tergeser oleh keberadaan benih –benih hibrida hasil karya para pemodal besar.
Bantuan –bantuan benih hibrida yang  memusnahkan bibit lokal, secara tidak sadar kita sedang berada pada jalan menuju kerawanan pangan.otomatisasinya kesetabilan negarapun akan terancam,sebab pangan merupakan kebutuhan yang paling pokok bagi bangsa ini.

Bibit jagung lokal Sumba
digantung di pohon asam selama 7-8 bulan
Lumbung Benih identik dengan lumbung Pengetahuan
Lumbung benih sebagai persediaan cadangan keberlanjutan pangan sekaligus sebagai lumbung pengetahuan bagi para petani,sebab dari keturunan benihlah pengetahuan akan didapat oleh para petani.
Jangan bicara produksi atau swasembada pangan jika petaninya tidak dimuliakan.alasannya andai para petani cerdas produksi merupakan hasil otomatisasi dari kecerdasan dan semangat paetani itu sendiri.Petani harusnya dibekali sumber daya manusianya (SDM)nya.

Pertanyaannya kapan lumbung benih yang dulu pernah jaya akan bisa bangkit kembali..?


Rahmat Adinata,(Waingapu 14/4/16)
Ketua Nasional : Gerakan Petani Nusantara (GPN)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar