Bibit Bawang Merah lokal Sumba |
Satu generasi,namanya lumbung benih untuk mendorong lumbung pangan mulai terlupakan. Andaikan ada pun hanya sebagaian ,itupun ada di daerah -daerah yang sulit terjangkau oleh informasi kota. Pihak yang memiliki kebijakan di Negara ini rencana menginstruksikan membuat lumbung benih hanyalah retorika belaka. Hanya bagus di berita media saja.Kenyataannya tetap saja petani seperti dibikin obyek.
Banyak daerahpun dulunya terkenal dengan sebutan lumbung pangan,kini hanya tinggal kenangan.Begitupun dengan keberadaan lumbung benih.
![]() |
Bibit lokal tahan simpan dililitkan pada pohon |
“Kita tidak
menolak bantuan bibit hibrida dari pihak manapun,hanya yang lebih dulu kita
tanam adalah bibit lokal saat musim
hujan tiba,sedangkan bibit jagung hibrida juga
tanam hanya alakadarnya , ketika musim hujan mau berakhir.” Ujar kepala
desa Laimbonga ,Kecamatan Kahaungueti kabupaten sumba timur.
“Bibit hibrida tidak kuat disimpan lama,berbeda dengan
bibit lokal yang pertama kita tanam bisa berbulan bulan tahan simpan” tambah
kepala desa lagi
Sudah lama kita tidak
mendengar istilah "Lumbung Benih" apa lagi "Lumbung pangan" di Desa –Desa ,apa
lagi menemukannya .Benih sekarang sudah ada di toko,pangan bisa dibeli dari
negara tetangga alias diimpor.Jika benih sudah tersedia di toko-toko pertanian
otomatis memanjakan petani dan membuat ketergantungan,sebab hanya sekali tanam ,sekali panen,setelah itu benih harus beli kembali.Hanya memperkaya pemodal
besar.
![]() |
Bibit Jagung Lokal dililit di pohon waru ala petani Sumba |
Pangan..? jangan khawatir negara kita sangat kaya untuk
belanja & mensubsidi pangan bagi
rakyatnya sampai saat ini . Terbukti masih ada beras murah(jika malu dikatakan
beras miskin) yang membuat gemuk para pengusaha dan mencekik para petani.semoga
jargon gembar gembor kementan baru baru ini rencana akan serap gabah petani
bukan hanya bagus di media namun ada tindak lanjutnya atau gagasan jangan hanya
jadi teori saja.
Lalu berapa yang layak harga gabah yang bisa mensejahterakan
petani? Datapun simpang siur antara keberpihakan ke pengusaha dan mengorbankan
nasib petani sebagai obyek.
Dahulu kita bangga dengan sebutan sebagai negara
“Agraris” namun kini, sebutan itu seolah nyemplung ke got yang paling
dalam.Kita sudah jadi bangsa yang konsumtif ,padahal sesungguhnya tanah
subur,iklim cocok dan petaninya mau bekerja keras. Lagi lagi dalam
hal ini petani selalu ada dalam titik yg tidak menyenangkan.
Sejatinya Negara harus bertanggung jawab sebab memiliki
andil memupus atau
Penyimpanan bibit bawang merah,digantung di atap rumah (Di Sumba Timur) |
melenyapkan para petani muda sebagai penerus negara agraris ini,sebab kebijakannya tidak berpihak pada petani.sebab bertani sudah tidak menjanjikan lagi sebagai mata pencaharian.Bisa dibayangkan ,jika tidak ada petani bangsa ini mau makan apa?
Lumbung
Benih
Benih /bibit adalah hal yang paling mendasar bagi petani sebab benih merupakan Roh-nya petani.Saat
ini benih dikuasai oleh para kapitalis,dan sangat sedikit petani di desa yang
berpikir untuk membangun lumbung benih.Petani tidak bisa disalahkan,sebab
tergeser oleh keberadaan benih –benih hibrida hasil karya para pemodal besar.
Bantuan –bantuan benih hibrida yang memusnahkan bibit lokal, secara tidak sadar
kita sedang berada pada jalan menuju kerawanan pangan.otomatisasinya
kesetabilan negarapun akan terancam,sebab pangan merupakan kebutuhan yang
paling pokok bagi bangsa ini.
![]() |
Bibit jagung lokal Sumba digantung di pohon asam selama 7-8 bulan |
Lumbung
Benih identik dengan lumbung Pengetahuan
Lumbung benih sebagai persediaan cadangan keberlanjutan
pangan sekaligus sebagai lumbung pengetahuan bagi para petani,sebab dari
keturunan benihlah pengetahuan akan didapat oleh para petani.
Jangan bicara produksi atau swasembada pangan jika
petaninya tidak dimuliakan.alasannya andai para petani cerdas produksi
merupakan hasil otomatisasi dari kecerdasan dan semangat paetani itu
sendiri.Petani harusnya dibekali sumber daya manusianya (SDM)nya.
Pertanyaannya kapan lumbung benih yang dulu pernah jaya akan bisa bangkit kembali..?
Rahmat Adinata,(Waingapu 14/4/16)
Ketua Nasional : Gerakan Petani Nusantara (GPN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar