(Fhoto By: Wenda Radjah) |
Menyusuri bukit Persaudaran di Mauliru sungguh
menguras tenaga,entah berapa kemiringan yang kutempuh.nampak dari atas
perkampungan seperti Kawangu ,kambaniru,Kota Waingapu dan Bandara Umbu Mehang kunda terlihat jelas dari atas bukit.Begitupun
lautan yang berada di sebelah bandara UMK nampak biru.
(Fhoto By : Wenda Radjah) |
Sesekali
terdengar suara ringkik kuda yang bergerombol,sebab tegalan bukit persaudaraan
sering dijadikan untuk melepas ternak peliharaan warga sekitar.padang yang
hijau dengan hiasan pohon Kahi yang berdiri tegar.hembusan angin kencang dari
bawah bukit mengantarkan kesejukan.
Hamparan
sawah bervariasi.seperti carut marutnya warna kehidupan.ada yang sudah menguning
padinya siap panen,ada yang baru hijau dan ada pula yang baru dibajak sawahnya.
“Di sini
tidak ada istilah musim tanam atau musim panen. Setiap tanam tidak merata
sesuai dengan keinginan petaninya.” Jelas seorang bapak yang sedang mengikat
ternak kuda peliharaannya.
“Kami sedang
mengalami gagal panen sebab kebanyakan padi terserang penyakit kuning daun
,serta pertumbuhannya tidak merata.Andaikan panenpun selalu kurang memuaskan
dari tahun ke tahun padahal sudah berusaha keras semampu yang Kami bisa.”
Jelasnya lagi
Padi yang terserang penyakit tungro |
Lalu kami
duduk sekedar bercerita sore itu sambil menikmati pemandangan hamparan sawah sawah petani dari atas
bukit.Menurut si bapak, petani di sini merupakan petani coba-coba. Jika ada
serangan hama dan penyakit,ya sebisanya ditangani. Sebab bimbingan secara langsung sangat sulit
ditemukan.Petani seolah berjuang sendirian. “mungkin para petugas sibuk hingga
lupa pada tugas yang sebenarnya.’ Kata si bapak lagi setengah menyindir.
Jika mereka
mendapat masalah kepada siapa harus mengadu? Beginikah kondisi para petani
kita? Ironis memang ,di sisi lain laporan hasil produksi selalu bagus ,namun
sisi lain kenyataan di lapangan tidak sesuai fakta. Inikah yang dinamakan
negara “Agraris?” dengan target menuju ketahanan pangan?
Hamparan
sawah-sawah petani,perkampungan dengan banyaknya pohon lontar dan kelapa sore
tadi nampak hijau,kini mulai berubah warna,hitam oleh gelapnya malam.
Selamatmalam
bapak,selamat beristirahat.semoga rasa galaumu ada jalan keluarnya besok atau
lusa nanti.biarlah hembusan angin menitifkan pada yang memiliki
kebijakan.biarlah peluh keringatmu kali ini berakhir kecewa,tetaplah
bertahan.Sebab tanpa perjuanganmu bangsa ini mau makan apa?
Sekembalinya
di rumah,karena rasa cape ,lelah dan galau.tubuh mulai direbahkan,namun masih
saja ucapan si bapak sore tadi masih
terngiang hingga mata sulit terpejam .”Petani di sini petani coba coba dan
butuh bimbingan.” Hmmmmm...........
Rahmat Adinata
Waingapu,11/4/16
Ketua nasional : Gerakan Petani Nusantara (GPN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar