Senin, 01 Juni 2015


"SUMBA PULAU ORGANIK"

Ketika masuk bulan Januari daratan Sumba sangat eksotis dengan hijaunya hamparan padang savana,khususnya di daerah Kabupaten Sumba Timur.Disinilah suka cita bagi masyarakat petani sebab musim tanam akan tiba,hujan turun dikirim dari langit semesta.ternak-ternakpun seolah merasakan kecukaciataan,sebab persediaan makanan melimpah ruah.

Namun memasuki bulan Juli ,hamparan hijau mulai berubah warna,kuning,bahkan hitam. Yang nampak hanyalah bukit-bukit bebatuan. sebabmemasuki  kemarau panjang  datang.Ditandai dengan tiupan angin kencang yang berimbas dari benua Australia akan terasa sekali pengaruhnya.Tanah-tanah mulai retak,pepohonan tinggal batang dan rantingnya. Ternak-ternak yang dilepas di padang savanapun seperti bingung,kondisinya kurus,kering.
itulah Pulau Sumba

Kawasan Pertanian Ekologis Sumba Timur,Sumba Lima Organik.
Masih Ada Harapan Besar
Dari sisi yang lain mungkin Sumba membuat kita miris jika membaca paparan di atas,namun itulah pakta yang sesungguhnya yang menimpa Pulau Sumba sepanjang tahun.Terlebih jika musim kemarau panjang tiba rawan pangan selalu melanda,khususnya Kabupaten Sumba Timur.inlah permasalahan yang selalu menimpa Kabupaten tertua di Pulau Sumba.

Padahal sebetulnya jika kita mau jujur potensi alam sangatlah besar,walau kemarau panjang tiba.Banyak Embung-embung dibangun,danau danau dibaiarkan begitu saja,sungai sungai dan mata air mengalir,namun  sangat sedikit diberdayakan untuk menghidupi lahan pertanian
Potensi-potensi inilah sejujurnya jika serius digarap,bukan tidak mungkin Pulau Sumba akan menjadi daerah penghasil pangan untuk daerahnya sendiri.tidak berharap dikirim dari luar pulau.

Berangkat dari permasalahan di atas dengan potensi yang bisa dikembangkan,sangatlah mungkin menjadi daerah maju andaikan yang memiliki kebijakan satu alam pikiran dengan alam yang didiaminya. sebab ada potensi pengembangan ternak yang akan mampu memasok kebutuhan nasional,namun selama ini hanyalah wacana saja. masyarakat menunggu dan menunggu dari yang memiliki kebijakan. Pulau Sumba secara keseluruhan memiliki peluang besar jika ingin mengembangkan sebuah kawasan pertanian Ekologis,sebab tanah,air dan udaranya masih alami. Terlebih lagi masyarakat petaninya masih awam dalam penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis.

Pengembangan Tanam Padi Pola SRI

Pertumbuhan padi pola SRI
Dari sisi iklim dan cuaca yang kurang bersahabat serta tekstur tanah yang ada ,Sumba sangat cocok untuk meningkatkan produksi pangan beralih ke tanam padi pola SRI (Systemof Rice Intencification).alasannya dengan pola SRI bila diterapkan akan mampu melawan perubahan iklim dengan kondisi yang melanda Sumba itu sendiri.
Rata -rata masyarakat petani Sumba jika tebar benih padi untuk satu hektar sekitar 100 kg ,sedangkan pola SRI hanya 8 kg saja..Bisa dibayangkan andai ada 1000 petani,berapa kelebihan bibit bila menerapkan pola SRI.Maka jangan heran saat musim tanam tiba petani selama ini selalu teriak kekurangan bibit.Bukankah ini termasuk pemborosan? belum lagi bila melihat dari sisi produksi dengan sistem konvensional,rata -rata hasil panen sekitar 3,2 ton/hektar.
akan sangat berbeda jauh bila massyarakat petani Sumba menerapkan pola tanam padi  SRI,dengan potensi hasil bisa mencapai 10-12 ton/hektar.Keuntungan lain dengan pola ini posisi petani tidak akan dibuat ketergantungan sebab mulai dari pupuk dan pestisida bisa membuat sendiri.intinya tanam padi pola SRI yang dianut adalah M.A.S (Manajemen Akar Sehat) artinya petani akan belajar bagaiman proses ekologi tanah yang sehat dengan tidak menggunakan bahan bahan kimia sisntetis yang akan merusak lingkungan.
Tanaman padi Pola SRI,tanpa bahan kimia sintetis


Petani Sumba Bukan Pemalas



Petani mendapat pemahaman langsung di lahan belajarnya 
 Andaikan ada yang memiliki stigma negatif terhadap orang Sumba,sebagai Pemalas rasanya lontaran itu sangatlah tidak bijak.sebab selama ini para petani Sumba walau gagal panen tiap tahun ,mereka tidak pernah menyerah tanam dan tanam kembali sepanjang tahun ,walaupun dengan kondisi iklim yang ekstrim.
Mungkin sebaiknya kita harus lebih bijak jika menilai sesuatu hal.mereka tidak malas ,hanya karena lebih tidak mengetahui caranya saja .secara umum tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) para petani Sumba,sangatlah minim.hal ini butuh kepedulian dan kerja sama semua pihak agar nasib masyarakat atau petani mengalami kemajuan dalam kesejahteraannya. tanah luas,kebijakan mendukung,program pendampingan konsisten ,petani butuh siapapun yang bisa diajak diskusi di lahannya ketika menghadapi segala permasalahannya.Inilah kuncinya.

Sayuran Kembang Kol dg Pupuk organik di Sumba


"Peluang  Pasar Organik"

Dari waktu ke waktu tingkat kesadaran masyarakat semakin bertambah untuk mengkonsumsi produksi barang barang organik.baik beras maupun sayuran organik. kesadaran ini dirasakan betul pada kalangan menegah ke atas di kota - kota besar.
Intinya peluang pasar organik sangatlah besar dan terbuka lebar,baik untuk dalam negri maupun luar negri. Ahir-ahir ini semakin gencar dan menjadi trend tersendiri dengan slogan back to nature atau kembali ke alam, atau slogan  GO ORGANIK

Peluang pasar tersebut hanya sedikit saja para petani di luar sumba yang mampu menanggapinya,terbukti pasokan di pasar pasar swalayan kota besar sangat terbatas jumlahnya. selain itu harga produksi bantang organik  terbilang mahal bisa tiga kali lipat dengan hasil pertanian konvensional yang menerapkan pertanian dengan pemakaian kimia sintetis.


Semoga keinginan menjadikan Sumba menjadi pulau organik seegera terwujud. walau bagaimanapun ada peluang besar untuk pengembangan kearah sana.sebab di sini tidak ada pertanian skala besar, maupun perkebunan besar dengan menerapkan pola pemberian kimia yang mampu merusak alam dan kesehatan.




"Rahmat Adinata,Waingapu 4-Juni-2015 : tulisan ini untuk anaku Aqiela Rahmayanti Adinata. yang berulang tahun ke 11..."




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar