Sungguh ironis memang, padahal negara kita sebagai negara agrarris,serta sudah merdeka pada usia 69 tahun. namun nasib yang dialami oleh rakyatnya dalam hal ini petani msih miskin dalam pengetahuan tentang bertani.

"Ah omong kosong itu..mana ada bawang merah dari biji sejak nenek moyang dari umbi..." ujar seorang petani dari kelompok SLPO Makamenggit,Sumba Timur, yang Kami bimbing,setengah mgotot tidak percaya.
Begitu ditunjukan lalu kami mbimbing ,dari mulai cara persemaian hingga tanam,barulah mereka percaya. hasilnyapun cukup mrmuaskan berbeda dengan tanam dari umbi.
Tujuan dikenalkan dengan biji adalah agar masyarakat petani di Sumba Timur ke depannya tidak ketergantungan terhadap bibit. jadi dengan tanam bioji mereka akan mengetahui setiap generasi keturunnannya.Mungkin ada konsekwensi yang harus diterima jika tanam dengan biji harus menunggu lama ,sebab dari satu biji bawang hanya akan keluar satu umbi saja . itu untuk tanam awal.namun selanjutnya petani akan merdeka dengan memiliki bibit lanjutan.

Sejatinya pemahaman ini disosialisasikan oleh pemerintah setempat melalui dinas terkait kepada petani di tingkat Desa.
Dari data BPS, Badan Pusat Statistik Nasional. bahwa bawang merah untuk kebutuhan dalam negripun masih dikirim dari luar negri. Inilah barangkali yang mengherankan. padahal jika para petani kita dibimbing dengan dibekali ilmunya berkeyakinan barang -barang tidak perlu lagi berharap kiriman dari luar.
Semoga dengan terpilihnya Presiden ke 7 Negara Kita Bapak Jokowi akan mampu menolong ketersediaan pangan dalam negri.
Tentu saja ketersediaan pangan ini yang bisa dihasilkan oleh petani sendiri,bukan sengaja berharap kiriman dari negara tetangga.



Salam Organik untuk Pulau Sumba.....
JOOOOSSSS....! (Jangan Omong Saja..!)
Rahmat Adinata,Waingapu 12/9/14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar