Senin, 20 Mei 2013

MENGAPA HARUS DIKIRIM DARI LUAR….?





Kebutuhan pangan adalah yang utama, apalagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah ,otomatis pangan harus diutamakan.
Berkaitan dengan kebituhan pangan diatas ujung tombaknya adalah para petani, jika para petani tidak diberdayakan dampaknya akan kekurangan  pangan atau harus dikirim dari luar . inilah yang akan mengganggu ketahanan pangan, baik daerah maupun tingkat nasional .sungguh ironis memang. Padahal yang namanya Indonesia  adalah Negara agraris.
Keberadaan pangan diproduksi di pedesaan kemudian dikirim ke kota – kota besar yang mayoritas penduduknya adalah pegawai dan pedagang.
Seharusnya pemerintah menggerakan lumbung pangan,Bank Benih untuk bibit pangan lokal di daerah –daerah , dengan dasar adanya desa mandiri pangan atau kapasitas yang lebih kecil yaitu Kampung mandiri pangan.
Pulau Sumba
Begitupun dengan keberadaan Pulau sumba, dengan julukan bumi marapu. Pulau ini seolah miniaturnya Indonesia dalam hal kebutuhan pangan. Hampir sebagian  besar didatangkan dari luar.
Ironis memang, padahal tanah tanah subur belum dimanfaatkan dengan maksimal untuk kebutuhan pangan daerah.
Sebetulnya bantuan dari pemerintah pusat dana tidaklah sedikit, mengingat sasaran di lapangan kurang tepat,program yang bergulir selalu gagal. jadi seberapa besarpun dana yang dikucurkan tetap saja tidak kelihatan hasilnya.
Terkadang jika melihat berita di televisi tiap tahun selalu saja pangan kurang, bahkan yang lebih ngeri lagi adanya kecurangan –kecurangan yang mementingkan kelompok dan beberapa gelintir orang saja. Ujung-ujungnya karena mealkukan korupsi dijebloskan ke teralis besi.
Solusinya Dengan Organik
Untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah yang diharapkan, jalan yang terbaik adalah dengan menerapkan sistim pertanian organik, selain ramah lingkungan juga bisa berkelanjutan.
Dengan pola ini bahan yang dibutuhkan sudah tersedia di alam sekitar. Kelebihannya murah dan  mudah didapat oleh para petani lokal dan sangat menyehatkan. Ketimbang petani selalu dijadikan obyek dengan pupuk bebahan kimia sintetis, yang diiming-imingi subsidi yang menyesatkan.
Dampaknya petani dibuat ketergantungan dan tidak akan mandiri selamanya hingga Negara ini kelaparan/rawan pangan.
  Dengan system pertanian organi yang memiliki kearifan lokal, petani dikenalkan melalui sekolah lapang (SL) agar ke depannya petani mampu menjadi pemandu bagi petani yang lainnya, tentu saja dengan syarat bahasa yang disampaikan adalah bahasanya petani, bukan bahasa akademisi atau bahasanya sekedar menjalankan SPJ saja dari kantor,sebab yang dihadapi dari latar belakang yang berbeda.

Seperti missal Kabupataen Sumba Timur, semestinya sayuran ekslusif tidak perlu dikirim dari luar pulau. Jika petani diberdayakan  dengan pendekatan bahasanya petani, tentu daerah ini akan mandiri dengan sendirinya dalam hal bidang pangan.
Pemberdayaan petani sangatlah dibutuhkan, untuk menggenjot kebutuhan pangan daerah. Selain akan membuka lapangan kerja yang tidak terbatas , juga akan menambah pendapatan daerah pula.
Semoga saja  ke depan keberadaan pangan di Bumi Marapu ini mampu beranjak naik sejajar dengan daerah-daerah lain. Pangan terletak pada pundak petani, namun jika masyarakat petani tidak dibekali sumber daya manusianya,SDM. Sama saja jalan di tempat.
Ini adalah tugas semua pihak…..!
(Radita. Waingapu,21/5/13)











1 komentar:

  1. Bangun terus kerukunan tanim kerukunan penanaman, kerukunan ..., dan kerukunan pengolahan. Semoga Sumba berswasembada bahkan menjadi "pengekspor" kepulao-pulau sekitar yang membutuhkan. Selamat, anda diberkati untuk menjadi berkat. Lanjutkan dengan berKOPERASI ... dan terus mengembangkan diri.

    BalasHapus