Kebutuhan
pangan adalah yang utama, apalagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang semakin
bertambah ,otomatis pangan harus diutamakan.
Berkaitan
dengan kebituhan pangan diatas ujung tombaknya adalah para petani, jika para
petani tidak diberdayakan dampaknya akan kekurangan pangan atau harus dikirim dari luar . inilah
yang akan mengganggu ketahanan pangan, baik daerah maupun tingkat nasional .sungguh
ironis memang. Padahal yang namanya Indonesia adalah Negara agraris.
Keberadaan
pangan diproduksi di pedesaan kemudian dikirim ke kota – kota besar yang
mayoritas penduduknya adalah pegawai dan pedagang.
Seharusnya
pemerintah menggerakan lumbung pangan,Bank Benih untuk bibit pangan lokal di daerah –daerah , dengan dasar adanya
desa mandiri pangan atau kapasitas yang lebih kecil yaitu Kampung mandiri
pangan.
Pulau Sumba
Begitupun
dengan keberadaan Pulau sumba, dengan julukan bumi marapu. Pulau ini seolah miniaturnya Indonesia dalam hal
kebutuhan pangan. Hampir sebagian besar
didatangkan dari luar.
Ironis memang,
padahal tanah tanah subur belum dimanfaatkan dengan maksimal untuk kebutuhan
pangan daerah.
Sebetulnya
bantuan dari pemerintah pusat dana tidaklah sedikit, mengingat sasaran di
lapangan kurang tepat,program yang bergulir selalu gagal. jadi seberapa besarpun
dana yang dikucurkan tetap saja tidak kelihatan hasilnya.
Terkadang
jika melihat berita di televisi tiap tahun selalu saja pangan kurang, bahkan
yang lebih ngeri lagi adanya kecurangan –kecurangan yang mementingkan kelompok
dan beberapa gelintir orang saja. Ujung-ujungnya karena mealkukan korupsi
dijebloskan ke teralis besi.
Solusinya Dengan Organik
Untuk
memenuhi kebutuhan pangan daerah yang diharapkan, jalan yang terbaik adalah
dengan menerapkan sistim pertanian organik, selain ramah lingkungan juga bisa
berkelanjutan.
Dengan pola
ini bahan yang dibutuhkan sudah tersedia di alam sekitar. Kelebihannya murah
dan mudah didapat oleh para petani lokal
dan sangat menyehatkan. Ketimbang petani selalu dijadikan obyek dengan pupuk
bebahan kimia sintetis, yang diiming-imingi subsidi yang menyesatkan.
Dampaknya
petani dibuat ketergantungan dan tidak akan mandiri selamanya hingga Negara ini
kelaparan/rawan pangan.
Dengan
system pertanian organi yang memiliki kearifan lokal, petani dikenalkan melalui
sekolah lapang (SL) agar ke depannya petani mampu menjadi pemandu bagi petani yang
lainnya, tentu saja dengan syarat bahasa yang disampaikan adalah bahasanya
petani, bukan bahasa akademisi atau bahasanya sekedar menjalankan SPJ saja dari kantor,sebab yang dihadapi dari latar belakang yang berbeda.
Seperti
missal Kabupataen Sumba Timur, semestinya sayuran ekslusif tidak perlu dikirim
dari luar pulau. Jika petani diberdayakan
dengan pendekatan bahasanya petani, tentu daerah ini akan mandiri dengan
sendirinya dalam hal bidang pangan.
Pemberdayaan
petani sangatlah dibutuhkan, untuk menggenjot kebutuhan pangan daerah. Selain
akan membuka lapangan kerja yang tidak terbatas , juga akan menambah pendapatan
daerah pula.
Semoga
saja ke depan keberadaan pangan di Bumi
Marapu ini mampu beranjak naik sejajar dengan daerah-daerah lain. Pangan
terletak pada pundak petani, namun jika masyarakat petani tidak dibekali sumber
daya manusianya,SDM. Sama saja jalan di tempat.
Ini adalah
tugas semua pihak…..!
(Radita.
Waingapu,21/5/13)
Bangun terus kerukunan tanim kerukunan penanaman, kerukunan ..., dan kerukunan pengolahan. Semoga Sumba berswasembada bahkan menjadi "pengekspor" kepulao-pulau sekitar yang membutuhkan. Selamat, anda diberkati untuk menjadi berkat. Lanjutkan dengan berKOPERASI ... dan terus mengembangkan diri.
BalasHapus