Daerah Wunga Haharu, Kabupaten Sumba Timur terkenal
degan sulit airnya. Jika masyarakat membutuhkan air harus ditempuh dengan jarak
yang cukup jauh, sekitar tiga kilometer. Sedangkan posisi air berada di
kedalaman tebing yang curam kurang lebih
120 meter dengan kemiringan 90 derajat, Lindi namnya.
“Dari kecil
hingga sekarang kami sudah terbiasa berangkat pagi buta ngambil air ke Lindi
untuk kebutuhan di rumah, sekalian membersihkan badan.” Jelas Mariana, 45
tahun penduduk Desa Wunga.
Posisi Desa
Wunga dari kecamatan Haharu jaraknya
sekitar 10 kilo meter, sejak dari dahulu memang sudah terkenal sulit
air, namun kesulitan ini tidak menjadikan halangan bagi masyarakat di sana
sekalipun harus mengambil air yang jauh.
Baru-baru
ini, pada tanggal 21 April 2013 di
daerah tersebut seolah ada suasana baru. Bupati sumba Timur, Drs Gideon Mbilyora besrta jajarannya Meresmikan pemakaian sumur untuk masyarakat
wunga.
“masih segar
dalam ingatan waktu mencari titik air
pada bulan juni 2012 saat kemarau terik, antara optimis dan pesimis.” Kata Heinrick
Dengi yang memprakarsai pencarian
air di Wunga.
“ Begitu
dapat kabar tengah malam air sudah keluar dengan kedalaman 20 meter, kami sujud
syukur dan Tuhan telah memberkati perjuangan kami untuk warga Wumga.” Kenang Heinrick
dengan mata berkaca-kaca
“Ini merupakan
keajaiban Tuhan bagi masyarakat di sini, sejak adanya sumur ini Kami tidak
perlu jauh-jauh lagi ngambil air.” Jelas Matius ,warga yang memiliki lokasi
sumur.
Dii lokasi dekat Sumur
terdapat beberapa jenis tanaman sayuran, sepeti sayur putih, tomat , paria,
kol, dan jenis sayuran lainnya tampak menghijau dan siap panen.
Menurut
Pendeta Iskandar Saher, teman Heinrick Dengi yang ikut menggagas penggalian sumur ini.” Tadinya kami hanya
membuatkan sumur saja bagi warga di
sini, namun setelah ngobrol-ngobrol
tentang budidaya sayuran masyarakat di sini tertarik juga.” Katanya
“Ahirnya
kami kontak pak Rahmat dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu
Indonesia, IPPHTI.Beliau juga mau berbagi , dan ternyata hasilnya sangat luar
biasa, mungkin karena tanah di sini subur serta mau bekerja keras.” Tambah Pendeta Iskandar Saher dengan gembira
“Kami diajarkan
dari yang paling dasar oleh pak Rahmat mengenai budidaya sayuran, dari
mulai persemaian sayur, membuat bedengan , membuat pupuk organik serta pembuatan pestisida nabati untuk pengendalian
hama tanaman, meski tinggal di tanah gersang kami merasa bersyukur dengan
adanya pelatihan ini.” Jelas Matius
Turanjanji, ketua kelompok tani
Wunga Timur
Wunga , itulah kini menjadikan sebuah
daerah harapan dengan adanya air. Serta masyarakat pun mulai bergairah dengan
belajar budidaya sayuran yang selama ini belum pernah mereka lakukan
sebelumnya.
Warga Wunga kini diarahkan untuk menghargai
betapa pentingnya air untuk kehidupan. Selain pemanfaatan untuk kebutuhan rumah
tangga air pun dimanfaatkan untuk penyiraman sayuran agar kebutuhan gijinya
terpenuhi.
“Waktu
peresmian sumur orang-orang merasa aneh
dan berkata, dulu orang wunga belanja sayur dari waingapu sekarang orang
waingapu bawa sayur dari wunga, termasuk istri wakil bupati sumba timur dan bapak
Lapu Moekoe, mantan bupati sumba timur, saat berkunjung ke sini belanja juga.”
Matius Turanjanji menjelaskan.
Manusia
sebagai kholifah atau pemimpin di dunia
ini, tanah merupakan tempat berpijak sekaligus sebagai rahim bumi dan air yang
mewarnai kehidupan ini, jika disatukan pemanfaatannya akan dahsyiat bagi
kemaslahatan umat manusia di muka bumi . Namun jika sesuatu hal hanya melihat
dari sisi kendala atau negatifnya saja, maka kesengsaraan dan keterpurukan yang
akan dialami.(Radita)
Ket: tulisan
ini untuk warga Wunga, kecamatan Haharu, Sumba Timur ,NTT.
"Warga Wunga menunjukan Pupuk organik berbahan Urine Manusia"
Tulisannya luar biasa Om...saya utk lbih mengenal tentang pertanian...
BalasHapusterimakasih sudah membaca karya petani dari pedalaman hehehe, selamat beraktivitas....
Hapus