Jumat, 17 Mei 2013

Bertani Di Lahan Gersang Padang Savana Haharu















Daerah  Wunga  Haharu, Kabupaten Sumba Timur terkenal degan sulit airnya. Jika masyarakat membutuhkan air harus ditempuh dengan jarak yang cukup jauh, sekitar  tiga  kilometer. Sedangkan posisi air berada di kedalaman tebing yang curam  kurang lebih 120 meter dengan kemiringan 90 derajat, Lindi namnya.
“Dari kecil hingga sekarang kami sudah terbiasa berangkat pagi buta ngambil air ke Lindi untuk kebutuhan di rumah,  sekalian membersihkan badan.” Jelas Mariana, 45 tahun penduduk Desa Wunga.
Posisi Desa Wunga dari kecamatan Haharu jaraknya  sekitar 10 kilo meter, sejak dari dahulu memang sudah terkenal sulit air, namun kesulitan ini tidak menjadikan halangan bagi masyarakat di sana sekalipun harus mengambil air yang jauh.
Baru-baru ini, pada tanggal 21 April 2013  di daerah tersebut seolah ada suasana baru. Bupati sumba Timur, Drs Gideon  Mbilyora  besrta jajarannya  Meresmikan pemakaian sumur untuk masyarakat wunga.
“masih segar dalam ingatan waktu  mencari titik air pada bulan juni 2012 saat kemarau terik, antara optimis dan pesimis.” Kata  Heinrick Dengi  yang memprakarsai pencarian air di Wunga.


“ Begitu dapat kabar tengah malam air sudah keluar dengan kedalaman 20 meter, kami sujud syukur dan Tuhan telah memberkati perjuangan kami untuk warga Wumga.” Kenang Heinrick dengan mata berkaca-kaca
“Ini merupakan keajaiban Tuhan bagi masyarakat di sini, sejak adanya sumur ini Kami tidak perlu jauh-jauh lagi ngambil air.” Jelas Matius ,warga yang memiliki lokasi sumur.
Dii lokasi  dekat Sumur  terdapat beberapa jenis tanaman sayuran, sepeti sayur putih, tomat , paria, kol, dan jenis sayuran lainnya tampak menghijau dan siap panen.
Menurut Pendeta Iskandar Saher, teman Heinrick Dengi yang ikut  menggagas penggalian sumur ini.” Tadinya kami hanya membuatkan sumur saja bagi  warga di sini, namun setelah  ngobrol-ngobrol tentang budidaya sayuran masyarakat di sini tertarik juga.” Katanya
“Ahirnya kami kontak pak Rahmat dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI.Beliau juga mau berbagi , dan ternyata hasilnya sangat luar biasa, mungkin karena tanah di sini subur serta mau bekerja keras.” Tambah Pendeta Iskandar Saher  dengan gembira
“Kami diajarkan dari yang paling dasar oleh  pak Rahmat mengenai budidaya sayuran, dari mulai persemaian sayur, membuat bedengan , membuat pupuk organik serta  pembuatan pestisida nabati untuk pengendalian hama tanaman, meski tinggal di tanah gersang kami merasa bersyukur dengan adanya pelatihan ini.” Jelas Matius Turanjanji, ketua kelompok tani Wunga Timur
Wunga , itulah kini menjadikan sebuah daerah harapan dengan adanya air. Serta masyarakat pun mulai bergairah dengan belajar budidaya sayuran yang selama ini belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Warga Wunga kini diarahkan untuk menghargai betapa pentingnya air untuk kehidupan. Selain pemanfaatan untuk kebutuhan rumah tangga air pun dimanfaatkan untuk penyiraman sayuran agar kebutuhan gijinya terpenuhi.
“Waktu peresmian sumur orang-orang merasa  aneh dan berkata, dulu orang wunga belanja sayur dari waingapu sekarang orang waingapu bawa sayur dari wunga, termasuk istri wakil bupati sumba timur dan bapak Lapu Moekoe, mantan bupati sumba timur, saat berkunjung ke sini belanja juga.” Matius Turanjanji menjelaskan.
Manusia sebagai kholifah  atau pemimpin di dunia ini, tanah merupakan tempat berpijak sekaligus sebagai rahim bumi dan air yang mewarnai kehidupan ini, jika disatukan pemanfaatannya akan dahsyiat bagi kemaslahatan umat manusia di muka bumi . Namun jika sesuatu hal hanya melihat dari sisi kendala atau negatifnya saja, maka kesengsaraan dan keterpurukan yang akan dialami.(Radita)

Ket: tulisan ini untuk warga Wunga, kecamatan Haharu, Sumba Timur ,NTT.
                     "Warga Wunga menunjukan Pupuk organik berbahan Urine Manusia"

2 komentar:

  1. Tulisannya luar biasa Om...saya utk lbih mengenal tentang pertanian...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah membaca karya petani dari pedalaman hehehe, selamat beraktivitas....

      Hapus