Tanam padi
pola SRI (System Rice Of Intensification) Telah usai pada 6 bulan
pertama.Kemudian berlanjut, memasuki pada program semester ke dua masih tahun 2012 Yaitu
budidaya hortikultura, bersama Sekolah Lapang Pertanian Organik,SLPO
Makamenggit,kecamatan NGGOA,kabupaten Sumba Timur,NTT,waktu itu.
Diskusi
berikut rancangan kegiatan dibicarakan di sebuah Gereja tua yang sudah tidak
digunakan sebagai sarana ibadah warga Makamenggit.Banyak ajuan yang disampaikan
oleh anggota SLPO Makamenggit seputar rencana budidaya Hortikultura,saat itu.Mulai dari
kebutuhan dan varietas jenis bibit yang akan dibudidayakan di lahan
percontohan.
Biji Bawang Merah Siap Semai |
Dalam
pertemuan dengan anggota SLPO
Makamenggit dijelakan,bahwa para petani
harus menguasai cara pemilihan varietas bibit yang sesuai dengan iklim daerah
setempat.Dari mulai iklim panas ,sejuk dan dingin serta kondisi geografisnya.Apakah
ada di dataran rendah,menengah dan dataran tinggi.Seringkali petani saat tanam
sayuran tidak memperhatikan kondisi tersebut.Seperti jenis kol misalnya,mereka
pikir jenis bibit kol semua sama,padahal ada kol hanya bisa ditanam di daerah
dataran rendah hingga menengah,juga jenis kol yang khusus untuk dataran tinggi
saja.Namun kenyataannya petani asal tanam saja,hingga hasilnya kurang maksimal
saat sudah cukup umur untuk dipanen.
Hamparan bawang merah tanamnya dari biji Kecamatan Pahungalodu (Gambar:YDT) |
Pertemuanpun
makin ramai,sebab dengan rencana
budidaya sayuran di lahan percontohan akan banyak sekali jenisnya,secara
otomatis jenis serangan hama dan penyakitpun akan berimbang disesuaikan dengan
jenis tanaman yang dibudidayakan.Namun ,saat itu suasana mendadak sepi seketika,ketika ditawarkan
rencana tanam bawang merah dari bijinya selain budidaya sayuran.”Ah..Tau Jawa ini anga-anga saja,mana ada
bawang merah ditanam dari biinya koh?.” Ucap seorang peserta SLPO Makamenggit
setengah bertanya ,tanda tidak percaya.
Tanaman bawang sedang berbunga siap menghasilkan bijinya |
“Saya
ini,usia hampir 60 tahun belum pernah lihat yang tanam bawang merah dari bijinya,selalu
dari umbi.” Sambung anggota SLPO Makamenggit.yang duduknya paling belakang.
Begitu
diperlihatkan biji bawang dalam bentuk kemasan kemudian dibuka,barulah semua
anggota merasa heran campur kaget.”Cara tanamnya..?” Tanya mereka serempak
seolah dikomando.
Masuknya Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI Ke Sumba Timur,NTT tahun 2012. Membawa misi sebuah program,yaitu
program pemberdayaan terhadap para petani.Sudah barang tentu bahwa dalam
program harus mengenalkan hal –hal baru demi meneingkatkan pengetahuan
petaninya,begitupun dengan cara tanam bawang merah dari bijinya.
Yulius Dondu Tay,panen bawang merah tanam dengan biji kecamatan Pahungalodu,Sumba Timur |
Sejujurnya waaktu itu
tahun 2012,petani di Indonesia pun masih sangat sedikit mengetahui tanam bawang
dari bijinya,berbeda dengan situasi sekarang makin tambah marak, serta menjadi
tren tersendiri.
Mari kita
bandingkan tanam bawang dari umbi dengan tanam dari bijinya.Kebutuhan
bibit perhektar dari umbi kisaran 1.500
kg (1,5 ton) dengan harga bibit bawang merah Rp 30.000/kg,artinya 1.500 kg X
Rp.30.000 =Rp45.000.000,-(Empat pluh lima juta)Belanja bibit untuk kebutuhan setiap hektar.
Hasil panen Kecamatan Pahungalodu,Sumba Timur |
Sedangkan
jika petani tanam dari bijinya,kebutuhan bibit hanya 4 kg X Rp.2.000.000
=Rp.8.000.000,-(Delapan juta Rupiah)belanja bibit untuk kebutuhan setiap hektarnya.Secara
potensi hasilpun tidak jauh berbeda ,bila dibandingkan dengan tanam dari
umbinya ,yaitu kisaran 25 ton hingga 30 ton hasil panen dari setiap
hektar.Tentu saja hal ini tergantung dari perawatan yang dilakukan.
Tanam bawang
merah dari biji,Di kabupaten Sumba Timur sejak mulai dikenalkan oleh
IPPHTI pada tahun 2012 lewat SLPO
Makamenggit,seiring berjalannya waktu, kini masyarakat petani dan
lembaga lokalpun mulai menerapkannya.
Petani binaan Yayasan Radio Max Foundation Waingapu, sedang mengisi biji bawang merah ke bekong atau koker dari daun pisang. di Yubuwai,Sumba Timur |
Lembaga lokal semisal,
Yayasan radio Max Foundation Waingapu,Sumba Timur mulai menerapkan tanam bawang
merah dari biji terhadap kelompok petani binaaannya.Seperti kelompok tani Organik kalu,,Kelompok Yubuwai
Organik,Kelompok Waikudu Organik,Kelompok Lamenggit Organik.Kemudian Yayasan
KOPPESDA,di desa Rakawatu,desa Palanggay,desa Tamma,desa Tarimbang.Selanjutnya
Yayasan MARADA Dan MASSTER,di desa Bidihunga,desa Praihambuli,desaTanarara
,di wilayah kabupaten Sumba Timur.
Memberdayakan
petani melalui Sekolah Lapang adalah solusi untuk menghargai kemampuan serta menggali potensi
petani ,dengan praktek langsung di lapangan.(Rahmat Adinata,Bandung-16 Oktober
2017).
Bersambung.....
Catatan kaki:
-Tau Jawa (bhs Sumba)= orang Jawa
-Anga-anga saja (bhs Sumba)=Ada-ada saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar