Senin, 16 Oktober 2017

Jejak :IPPHTI:" Tanam Bawang Merah Dari Biji.?”Ah..Tau Jawa Ini Anga-anga Saja Koh..” (Bag.3)



Tanam padi pola SRI (System Rice Of Intensification) Telah usai pada 6 bulan pertama.Kemudian berlanjut, memasuki pada program semester ke dua masih tahun 2012 Yaitu budidaya hortikultura, bersama  Sekolah Lapang Pertanian Organik,SLPO Makamenggit,kecamatan NGGOA,kabupaten Sumba Timur,NTT,waktu itu.

Diskusi berikut rancangan kegiatan dibicarakan di sebuah Gereja tua yang sudah tidak digunakan sebagai sarana ibadah warga Makamenggit.Banyak ajuan yang disampaikan oleh anggota SLPO Makamenggit seputar rencana budidaya Hortikultura,saat itu.Mulai dari kebutuhan dan varietas jenis bibit yang akan dibudidayakan di lahan percontohan.

Biji Bawang Merah Siap Semai
Dalam pertemuan dengan anggota  SLPO Makamenggit  dijelakan,bahwa para petani harus menguasai cara pemilihan varietas bibit yang sesuai dengan iklim daerah setempat.Dari mulai iklim panas ,sejuk dan dingin serta kondisi geografisnya.Apakah ada di dataran rendah,menengah dan dataran tinggi.Seringkali petani saat tanam sayuran tidak memperhatikan kondisi tersebut.Seperti jenis kol misalnya,mereka pikir jenis bibit kol semua sama,padahal ada kol hanya bisa ditanam di daerah dataran rendah hingga menengah,juga  jenis kol yang khusus untuk dataran tinggi saja.Namun kenyataannya petani asal tanam saja,hingga hasilnya kurang maksimal saat sudah cukup umur untuk dipanen.

Hamparan bawang merah
tanamnya dari biji
Kecamatan Pahungalodu (Gambar:YDT)
Pertemuanpun  makin ramai,sebab dengan rencana budidaya sayuran di lahan percontohan akan banyak sekali jenisnya,secara otomatis jenis serangan hama dan penyakitpun akan berimbang disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan.Namun ,saat itu suasana  mendadak sepi seketika,ketika ditawarkan rencana tanam bawang merah dari bijinya selain budidaya sayuran.”Ah..Tau Jawa ini anga-anga saja,mana ada bawang merah ditanam dari biinya koh?.” Ucap seorang peserta SLPO Makamenggit setengah bertanya ,tanda tidak percaya.

Tanaman bawang sedang berbunga
siap menghasilkan bijinya
“Saya ini,usia hampir 60 tahun belum pernah lihat yang tanam bawang merah dari bijinya,selalu dari umbi.” Sambung anggota SLPO Makamenggit.yang duduknya paling belakang.

Begitu diperlihatkan biji bawang dalam bentuk kemasan kemudian dibuka,barulah semua anggota merasa heran campur kaget.”Cara tanamnya..?” Tanya mereka serempak seolah dikomando.

Gubernur NTT,Frans Lebur Raya dan Bupati Sumba Timur,
Gideon Mbily Yora
ikut panen bawang merah yang ditanam dengan bijinya.
Pada Hari Pangan Sedunia,di Kelompok Tano Organik Kalu,
Waingapu Sumba Timur,2013.(Gambar:Heinrich Dengi.)
Masuknya Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI Ke Sumba Timur,NTT  tahun 2012. Membawa misi sebuah program,yaitu program pemberdayaan terhadap para petani.Sudah barang tentu bahwa dalam program harus mengenalkan hal –hal baru demi meneingkatkan pengetahuan petaninya,begitupun dengan cara tanam bawang merah dari bijinya.

Yulius Dondu Tay,panen bawang merah tanam dengan biji
kecamatan Pahungalodu,Sumba Timur
Sejujurnya waaktu itu tahun 2012,petani di Indonesia pun masih sangat sedikit mengetahui tanam bawang dari bijinya,berbeda dengan situasi sekarang makin tambah marak, serta menjadi tren tersendiri.

Mari kita bandingkan tanam bawang dari umbi dengan tanam dari bijinya.Kebutuhan bibit  perhektar dari umbi kisaran 1.500 kg (1,5 ton) dengan harga bibit bawang merah Rp 30.000/kg,artinya 1.500 kg X Rp.30.000 =Rp45.000.000,-(Empat pluh lima juta)Belanja bibit untuk kebutuhan setiap hektar.

Hasil panen
Kecamatan Pahungalodu,Sumba Timur
Sedangkan jika petani tanam dari bijinya,kebutuhan bibit hanya 4 kg X Rp.2.000.000 =Rp.8.000.000,-(Delapan juta Rupiah)belanja bibit untuk kebutuhan setiap hektarnya.Secara potensi hasilpun tidak jauh berbeda ,bila dibandingkan dengan tanam dari umbinya ,yaitu kisaran 25 ton hingga 30 ton hasil panen dari setiap hektar.Tentu saja hal ini tergantung dari perawatan yang dilakukan.

Tanam bawang merah dari biji,Di kabupaten Sumba Timur sejak mulai dikenalkan oleh IPPHTI  pada tahun 2012 lewat SLPO Makamenggit,seiring berjalannya waktu, kini masyarakat petani  dan lembaga lokalpun mulai menerapkannya.
Petani binaan Yayasan Radio Max Foundation Waingapu,
sedang mengisi biji bawang merah
 ke bekong atau koker dari daun pisang.
di Yubuwai,Sumba Timur

Lembaga lokal semisal, Yayasan radio Max Foundation Waingapu,Sumba Timur mulai menerapkan tanam bawang merah dari biji terhadap kelompok petani binaaannya.Seperti kelompok tani  Organik kalu,,Kelompok Yubuwai Organik,Kelompok Waikudu Organik,Kelompok Lamenggit Organik.Kemudian Yayasan KOPPESDA,di desa Rakawatu,desa Palanggay,desa Tamma,desa Tarimbang.Selanjutnya Yayasan MARADA Dan MASSTER,di desa Bidihunga,desa Praihambuli,desaTanarara ,di wilayah kabupaten Sumba Timur.


Memberdayakan petani melalui Sekolah Lapang adalah solusi untuk  menghargai kemampuan serta menggali potensi petani ,dengan praktek langsung di lapangan.(Rahmat Adinata,Bandung-16 Oktober 2017).
Bersambung.....

Catatan kaki:
-Tau Jawa (bhs Sumba)= orang Jawa
-Anga-anga saja (bhs Sumba)=Ada-ada saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar