Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia |
.”Bagaimana
mungkin ini bisa berhasil lihat saja padinya “handuka eti” begitu.jangan
–jangan kita ini ditipu,sudah tertimpa
bencana kelaparan kena tipu lagi.” Kata seorang anggota SLPO,setengah
bersungut-sungut.Ketika melihat usia padi baru berumur 7 hari
setelah tanam.
. Tahun 2011
kabupaten Sumba Timur dilanda rawan
pangan akibat kemarau panjang,disebab kan oleh perubahan iklim badai
El-Nino hingga para petani gagal panen,hal ini tentu saja menjadi berita nasional.Sekitar 151 desa di
kabupaten Sumba Timur kekurangan pangan akibat perubahan iklim tersebut (pos
kupang,29/10/ 2011) Bantuan panganpun berdatangan waktu itu mulai dari pemerintah,swasta hingga lembaga-lembaga
(NGO) dari luar negeri.
Tanam Padi Pola SRI |
Ikatan
Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI hadir di tengah-tengah petani
Desa Makamenggit,kecamatan NGGOA Sumba Timur tahun 2012, bekerja sama dengan
DKH Jerman dan Greja Kristen Sumba.
Tanggal 12
Januari 2012,masyarakat desa Makamenggit berkumpul di sebuah bangunan Gereja
tua,kebetulan hari itu ada pembagian sembako dari NGO luar Negeri.”Kepada bapak
–bapak dan ibu sekalian hari ini kita kedatangan tamu yang akan menjadi saudara
kita,mereka dari IPPHTI dan DKH Jerman.Saudara kita ini tidak membawa bantuan
seperti halnya lembaga lain berupa bahan pangan,namun lebih dari itu,IPPHTI
akan menugaskan satu orang di sini yang akan membimbing bapak dan ibu dalam hal
pertanian organik selama satu tahun.” Ujar Ketua umum Gereja Kristen Sumba,Pendeta
Naftali Joru.Saat memberikan sambutan pada pertemuan pertama dengan masyarakat
Makamenggit.
Persemaian Padi pola SRI |
“saya pikir
ini akan lebih bagus sebab yang namanya ilmu akan bermanfaat bagi masyarakat
desa Makamenggit secara khusus dan umumnya kabupaten Sumba Timur jadi mohon
dalam mengikuti Sekolah Lapang dengan
sungguh-sungguh.” Tambah ketua umum
Menurutnya
lagi.”Bisa jadi ini sebagai SLPO pertama
di Pulau Sumba bahkan mungkin di propinsi Nusa Tenggara Timur,semoga dengan
adanya SLPO ini akan mampu merubah pola pikir petani,minimal untuk wilayah
Sumba Timur ke depan.” Tuturnya.
Program Sekolah
Lapang Pertanian Organik di bagi dalam dua tahap atau semester.Untuk semester
pertama tentang cara tanam padi pola SRI (6 Bulan),kemudian semester ke dua
belajar budidaya hortikultura.(6 Bulan).Selain itu anggota SLPO Makamenggit
dalam semester pertama belajar cara membuat pakan ternak organik ,setiap
anggota diberi satu ekor anak Babi.Sesuai dengan jumlah anggota SLPO,yaitu 30
orang.
Anggota SLPO Makamenggit Melakukan pengamatan lapangan |
Materi
Sekolah Lapang yang diberikan pada semester awal ,meliputi; Seleksi benih padi
sehat pola SRI,cara semai padi ,cara tanam padi pola Sri,analisa agro
ekosistem,herbarium,pembuatan pupuk padat dan cair organik,pembuatan pestisida
organik.
Awal mula
tanam padi, para anggota petani SLPO makamenggit 100 persen tidak percaya
dengan penerapan pola SRI tersebut.Bagaimanapun, biasanya mereka lakukan selama
ini tanam 5 sampai 7 anakan padi dalam satu tancapan,sedangkan sekarang harus
satu anakan saja.Kemudian biasanya mereka menyemai padi biasa satu bulan
,dengan pola SRI hanya 10 hari.
Herbarium Anggota SLPO Makamenggit |
Bukan
perkara mudah sebetulnya merubah pola pikir petani dalam waktu singkat,namun melalui
Sekolah Lapang adalah solusi yang paling
efisien.Sebab yang dihadapi oleh petani adalah praktek langsung di
lapangan.Melalui demo plot yang mereka lakukan,setiap minggu para anggota SLPO
Makamenggit harus melakukan Analisa Agro ekosistem ,dimana petani belajar
memahami serta memperdalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.Dari mulai
panjang akar,tinggi tanaman,jumlah anakan,rata-rata anakan padi,kondisi tanah,kondisi
air,kondisi cuaca,kondisi gulma,serangan hama,serangan penyakit dan predator
sebagai musuh alami.Kemudian setelah melakukan Analisa agro ekosstem, anggota
SLPO makamenggit berkumpul ke sebuah
ruangan yang belokasi di sebuah Gereja Tua untuk mendiskusikan hasil pengamatan
lapangannya.
Hasil Analisa Agoekosistem SLPO Makamenggit |
Dari hasil
pengamatan Analisa agro ekosistem lapangan,masing masing kelompok ,mengadakan herbarium padi ,anakan padi setiap minggunya ditempelkan pada kertas
maniala karton di dinding, lalu diberi catatan hasil dari pengamatan tersebut.Intinya
petani tahu betul perkembangan padi yang dijadikan sebagai demo plotnya.Herbarium
ini sangat bermanfaat bagi petani,walaupun padinya sudah dipanen namun hasil
pengamatannya masih tetap ada, dan bisa dijadikan acuan untuk masa tanam
selanjutnya.
Memasuki
minggu ke 7, anakannya sudah mencapai 37
anakan padi,padahal tanamnya hanya satu.”Sewaktu awal tanam kami semua
berprasangka buruk,namun dengan melihat hasilnya sekarang kami merasa
puas.Apalagi kita masih menunggu perkembangan padi hinga 14 minggu,artinya
masih 7 minggu lagi semoga dengan adanya pola tersebut ada angin segar bagi
kami.” Ujar Marthin Jami,Peserta paling tua di SLPO Makamenggit
Kegiatan SLPO Makamenggit (Foto:Putri Ara) |
Untuk
semester awal, petani belajar tanam padi
pola SRI,mebuat pakan ternak organik, membuat pupuk organik padat dan cair
serta belajar membuat pestisida organik.” Setelah mengikuti SLPO Kami baru
sadar ternyata bahan –bahan yang dibutuhkan sudah tersedia di alam sekitar,jadi
tidak perlu beli apalagi harus didatangkan dari luar.”Tambah Markus
Dendungara,kawan Marthin sesama anggota SLPO Makamenggit.
Yang paling
menarik dari Sekolah Lapang adalah di saat
semua anggota berdiskusi dan mempresentasikan hasil pengamatannya masing-masing
dari lapangan.Mereka harus mempertahankan serta mempertanggung jawabkan hasil
pengamatannya,dengan dibimbing oleh pemandu dari IPPHTI.
Rahmat Adinata(tengah),Pemandu petani dari IPPHTI memberikan arahan tentang Analisa agroekosistem |
Dari hasil
pengamatan kemudian dipresentasikan lalu didiskusikan,maka akan muncul sebuah
kesimpulan bersama dalam menghadapi rencana tindakan selanjutnya .Sebab hanya
dari prakteklah petani akan mampu mengambil sebuah kesimpulan.
Melalui SLPO
Makamenggit,Tanam padi dengan kebutuhan benih hanya 8 kg per hektar :tanam
satu,dengan bibit muda,tidak ada biaya cabut benih dan bisa irit biaya.Sebetulnya
dengan pola SRI akan menjawab kerawanan pangan di Sumba Timur yang selalu menjadi langganan tiap
tahun akibat kemarau panjang,itupun seandainya semua pihak mampu
menanggapinya.Bayangkan biasanya tebar benih 70 hinggga 100 kg perhektar,bila
dikonversikan ke harga benih Rp 15.000/kg.Artinya petani harus mengeluarkan
biaya untuk belanja benih saja sekitar Rp.1.050.000 – Rp 1.500.000,-/hektar.Sedangkan
dengan pola SRI Rp.15.000 X 8 kg =Rp.120.000/hektar.Sungguh sangat jauh
berbeda.
Panen padi pola SRI SLPO Makamenggit Sumba Timur |
Dari hasil
demo plot SLPO Makamenggit waktu itu,rata-rata anakan padi pada mingguu ke 13
mencapai 72 anakan padi,dengan hasil panen mencapai 6,8 ton gabah basah/hektar,ini
untuk tanam tahap awal.sedangkan dengan sistem konvensional di sumba Timur
hanya menghasilkan 2,8 ton , tertinggi 3,5 ton dari setiap hektarnya.
Anggota SLPO Makamenggit Fhoto bersama dengan isteri Bupati dan wakil Bupati Kabpaten Sumba Timur (Agustus 2012) |
Sejak
diterapkannya tanam padi pola SRI lewat SLPO Makamenggit tahun 2012,hingga saat
ini di beberapa wilayah Sumba sudah
mulai ada yang menerepkan,sekalipun masih tahap perorangan,seperti daerah
Kandara Waingapu ,Kecamatan Praipaha,kemudian daerah Makatul Sumba
Tengah,Karuni dan Wejewa Timur kabupaten Sumba Barat Daya.
Sedangkan
lembaga lokal yang pernah membimbing warga binaannya dengan pola SRI adalah
KOPPESDA Sumba Timur,melalui progran UNDP. Pada tahun 2015/2016 meliputi desa
Rakawatu,kecamatan Lewa,Desa Palanggay,Desa Tamma kecamatan Pahungalodu,Desa
Praimadita Kecamatan Karera,Desa Katikuwai kecamatan Matawai Lapawu di Sumba
Timur.
Ini
hanyalah sekilas seputar pertanian organik dengan tanam padi pola SRI di Pulau Sumba,utamanya di Kabupaten Sumba Timur.Andaikan semua pihak
menanggapi dengan pola ini ,barang kali ketahanan pangan daerah secara bertahap akan terwujud,utamanya
di kabupaten Sumba Timur.Sehingga rawan pangan akibat kemarau bisa
teratasi,dampaknya tidak menjadi langganan berita nasional tiap tahun,saat
rawan pangan melanda....!!!(Rahmat Adinata,Bandung 15 Oktober 2017)
Bersambung......
Catatan:
Handuka Eti (Bahasa Sumba): Sedih hati,merana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar