“Awalnya
kami tidak yakin dengan pola ini saat disampaikan pertama kali pada pertemuan anggota
kelompok tani Karuni.’ kata Charles Geli
sebagai ketua Kelompok SLPO Karuni,Desa Karuni Kecamatan Loura ,Kabupaten Sumba
Barat Daya.NTT
Pernyataan
tersebut dikemukakan ketika kelompok tani mengadakan temu lapang petani tanggal
11 Nopember 2013 di Desa Karuni.
“Sebagai
petugas lapangan kami merasa perlu ikut program ini untuk menjawab tantangan
yang dihadapi oleh petani binaan.” Ujar Lhusiana
Gunu, sebagai petugas penyuluh pertanian dari Kecamatan Loura.
Program
pertanian organik yang dibimbing oleh IPPHTI di Kabupaten Sumba Barat Daya baru
tahap awal pada komoditas padi saja selama satu musim tanam. Mungkin ke depan akan berlanjut pada
budidaya sayuran organic saat menghadapi musim penghujan.
“Secara umum para petani di pulau Sumba tanam sayur saat musim hujan
masih dibilang tabu,alasannya karena banyak hama dan penyakit pada tanaman, dan
sampai sekarang belum mampu untuk mengendalikannya.” Kata ibu pelicia, petugas
penyuluh pertanian dari Desa Ramma Dana.
Menurut Kustiwa Adinata sebagai
Koordinator IPPHTI Nasional.” Sumber daya alam di Pulau Sumba sangat
mendukung untuk pengembangan pertanian yang berkelanjutan yang berbasis pada
kearifan lokal. Petani hanya butuh sentuhan sedikit saja dampaknya kan
dahsyiat.” tandasnya
"Ini hasil yang sangat luar biasa dan perlu dikembangkan dengan pola SRI ,dari tanam satu ada anakan 47 dalam satu rumpun ." ujar Ir. Yakobus Bulu MMa. sebagai Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Barat Daya,NTT.
Keraguan
yang menyelimuti, ketidak yakinan yang menghinggapi akan sirna dengan melakukan
praktek langsung di lapangan. Inilah sebuah bentuk yang dibutuhkan oleh
masyarakat petani kita. Bagaimanapun dari sebuah praktek akan mampu diambil
satu kesimpulan.
Bangunlah Jiwanya..........
Bangunlah Badannya......
Untuk Indonesia Raya...........
(Radita,Waitabula 12 Nopember 2013)
@Tulisan ini untuk para petani di Sumba Pulau Organik....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar