Sabtu, 13 Oktober 2012

REFLEKSI KEHIDUPAN DI SUMBA-NTT



Alam, beserta isinya harus dipergunakan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.  Sebomgkah kutipan kalimat ini, kini hanya sebagai hiasan kitab undang-undang negri ini. Kita sudah lupa atau sengaja melupakannya?
Alam adalah anugrah dari Maha Pencipta, yang terkandung di dalamnya dengan berbagai rangkaian  rantai kehidupan yang saling berkaitan, baik perumpamaan nyata maupun perumpamaan yang tersembunyi sebagai tanda-tanda alam itu sendiri.
Manusia awalnya diciptakan  dari sari pati tanah, kemudian ditampung dalam sebuah wadah yang kokohnya maha dahsyiat. Namanya Rahim Ibu,setelah mengalami proses yang menguras keringat dan darah. Maka lahirlah ke dunia ini.
Sedangkan Tanah merupakan Rahim Bumi, sebagai media tempat tumbuhnya tanaman dan mahluk-mahluk yang berjuang hidup di muka bumi ini. Lalu mahluk-mahluk itu akan melalui sebuah perulangan(sejarah). Lahir kemudian kembali lagi ke tanah, begitulah seterusnya. Hingga dunia ini cape menampungnya, seperti rahim ibu, ada batas waktunya.
Dari perumpamaan-perumpamaan nyata di atas,  sering kali kita lupa untuk menyadarinya bahkan tidak menghargainya, sehingga mengakibatkan  kerusakan lingkungan yang mengancam  ketenangan, ketentraman mahluk  di muka bumi ini.Bencana yang datang seolah kemurkaan alam semata. Padahal itu hasil yang ditimbulkan oleh tangan-tangan serakah, hanya ingin menguasai serta menjajah sesama yang di komando oleh egonya (iblis).
Bencana kelaparan akibat dilanda kekeringan kemarau panjang yang datang menimpa, kita hanya menyerah tak mau berjuang untuk keluar dari kesulitan yang ada, bahkan menyesali hidup serta menyumpahi diri. Padahal dari sisi susunan mahluk di muka bumi ini, manusialah yang paling sempurna. Sebab diberikan akal dan pikiran, namun hanya pikiran saja yang dipakai. Akalnya…? Bagai minyak dengan air selalu tidak menyatu.
Kondisi alam Sumba Timur 
Pulau Sumba atau lebih dikenal dengan pulau Arwah atau Bumi Marapu, sebagian besar arealnya merupakan padang rumput yang dihiasi oleh bukit bebatuan, sekawanan ternak berlarian di padang savana, berburu makanan. Apabila nampak dari atas bagaikan sebuah titik-titik yang bergerak.
Populasi penduduk sumba timur  semakin bertambah seperti halnya daerah-daerah lain, namun kondisinya tidak diimbangi dengan sumber daya manusia dan alam yang ada, memang sebagian besar daratannya adalah padang bebatuan yang ditumbuhi rumput, namun tidak dipungkiri banyak lahan –lahan subur yang belum di oftimalkan untuk kepentingan hidup orang banyak. Lahan irigasi yang belum digarap secara profesional saat kemarau tiba. Masyarakat petani masih minim dengan wawasan bertaninya di lahan persawahan, masih miskinnya cara bertani dimusim hujan, sehingga sayuran harganya setinggi langit. Yang jadi pertanyaan, dimanakah dinas pertanian selama ini? Sampai masyarakatnya minim dalam bertani? Apakah selama ini Dinas pernah studi banding Ke pulau jawa? Kenapa..? mengapa..? di mana…?.
Pertanyaan sebanyak apapun percuma saja, jika pihak pihak yang terkait masih mementingkan dirinya dan kelompoknya. Ujung-ujungnya masyarakat kecil juga yang jadi korban. Alam selalu dijadikan kambing hitam jika terjadi bencana kelaparan, bahkan petanipun jadi korbannya.
Alam merupakan anugrah yang tak terhingga sebagai tempat berpijak, sudah seharusnya kita sebagai pemimpin di dunia ini untuk merawat dan menjaganya, agar lingkungan tetap terjaga.semoga Kabupaten Sumba Timur ke depan tidak terkena bencana kelaparan lagi,seperti tahun 2011 kemarin. Sebagai gambaran , cukup lapar terahir di Makamenggit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar