Rabu, 17 Oktober 2012

Petani Sumba Timur : Rasanya Beda Ya...






Cuaca sangat terik, mengingat kondisi alam sedang kemarau panjang. Ini tidak mengurangi keceriaan para petani, Sekolah Lapang Pertanian Organik, SLPO Makamenggit,  Desa Makamenggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur ,NTT
Sejak dilanda bencana rawan pangan pada 2011 lalu. Kemudian masuk, Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI. Dalam program Pemberdayaan Pertanian Organik untuk mengatasi rawan pangan, bekerja sama dengan DKH dan Sinode Gereja Kristen Sumba,GKS Sumba Timur.
Semangat , keceriaan seolah menghiasi keseharian masyarakat petani di Desa Makamenggit ahir-ahir ini. Segumpal harapan dan setumpuk rencana untuk melakukan perubahan demi tidak terulangnya bencana yang menimpa tahun lalu. Telah memenuhi benak mereka, para petani.
Panas tengah hari semakin tak kompromi, sekelompok petani peserta program berkumpul di bawah pohon besar samping sungai dekat lahan belajar untuk berteduh dan berdiskusi. Sambil sesekali ada teriakan Kakalak yang menandakan kesukacitaan mereka , sebab para anggota SLPO Makamenggit hari ini  rabu,17-Oktober-2012 ,Panen Perdana Tomat.  ini panen untuk kesekian kalinya dari varietas hortikultura yang berbeda, sebab sebelumnya petani sudah panen Timun dan Bunga Kol serta Petcay atau sawi krop.
Biasa namanya juga masyarakat Sumba kalau kumpul pasti harus ada pahapa, dan ini merupakan budaya yang tak bisa dipisahkan dari hidup mereka. Pahapa harga mati, Katanya.Terkadang jika kumpul sering ada lontaran-lontaran yang bikin geli perut, apalagi yang datang terlambat sering diolok-olok karena tidak kebagian Pahapa.
“Hari ini kami panen tomat perdana, kami bangga karena sudah melewati proses.” Cerita Daud Turaamah anggota SLPO Makamenggit “ ternyata dengan pola budidaya seperti ini sangat membantu, seperti cara merawat, cara memanen dan kami belum pernah melakukan sebelumnya sebab tidak ada yang membibing, ini akan menjadi bekal kami nanti.” Tambahnya puas.
Pendapat Amos Pariwana lain lagi.” Ini sejarah bagi Desa Makamenggit, mungkin Sumba Timur tanam tomat dan sayuran lain sampai ratusan. Disini tanam baru 50 pohon saja sudah hebat.” Ujarnya menambahkan.
“Rasanya sangat berbeda sekali Sayuran  organik dengan sayuran pakai pupuk dan obat-obatan kimia, kalau yang kimia ada getar di lidah, terus ada rasa pahit. Ini saya ada pesanan sms dari Mertua di Lewa sabantar sore harus diantar ke sana.Gara-garanya dulu panen sawi dikirim sedikit” Cerita Daud Duka selaku ketua kelompok. Sambil menunjukan pesanan singkat dari mertuannya dengan bangga.
“Wah dapat duit gede nih, jangan lupa pahapa…” celetuk Markus Dendungara menggoda ketuanya. Sambil ditimpali oleh anggota yang lain dengan teriakan Kakalak
kami merasa beruntung ada bimbingan petani dari IPPHTI.” Kata Rehabiam Kilimandu, seraya memperagakan tarian kandingang. Tentu saja teriakan-teriakan Kakalak pun menggemuruh, memekakkan telinga.
sekelumit obrolan di atas mungkin tak berarti apa-apa bagi yang tidak perduli dengan nasib petani, namun yang perlu dicatat adalah perjuangan, semangat mereka sebagai petani yang ingin  melakukan suatu perubahan dalam hidupnya. Karena hanya dengan jasa para petanilah kita bisa makan, dari jerih payah keringat mereka.
“Bangunlah Jiwanya…
Bangunlah Badannya..
Untuk Indonesia Raya….

Catatan  :  Pahapa  = sirih pinang yang dimakan (kunyah), budaya orang sumba
                 -Kakalak   = teriakan saat  panen ( sekarang sudah punah?)
                 - Kandingang  = sebutan untuk tarian khas Sumba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar