Selasa, 23 Oktober 2012

Di Pulau Arwah : Seolah ada " Kutukan Budaya”






Sekelompok masyarakat La Menggit, Kelurahan Matawai, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur. Dari mulai anak-anak yang masih sekolah SMP sampai orang dewasa, Dalam menghadapi kemarau ini sibuk kerja bersama-sama, mengolah lahan di sekitar bantaran sungai payeti.
Lahan sekitar 2000 are mereka cangkul . meski tanah keras , berdebu. Mereka seolah tak perduli. Sebagian mencangkul, disusul sebagian membuat bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi bedengan 30 cm                                                          .“ini semuanya ada 26 bedengan dengan panjang  27 meter.”kata Matius Wohangara ketua kelompoknya
“Kami rencana mau tanam sayuran.”  Reymon menimpali sebagai anggotanya Matius
Secara umum lahan –lahan di sumba timur di sekitar bantaran sungai Payeti,  kota Waingapu .jika menghadapi kemarau panjang tidak diberdayakan, lahan dipakai hanya ketika musim hujan saja, dan yang ditanampun tidak beragam, hanya jagung.
Matius Wohangara sebgai ketua penggeraknya memaparkan. Awalnya sering mendengarkan Radio Max Fm Waingapu, dari diskusi anggota peserta program SLPO Makamenggit berbagi ilmu di udara. Kemudian September lalu dia berkunjung ke Stand pameran SLPO Makamenggit dan IPPHTI, di Taman Hiburan Rakyat,THR Waingapu. Beliau berkonsultasi seputar dunia pertanian dengan segala masalahnya. Setelah merasa puas mendapat penjelasan dari Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia, IPPHTI. Besoknya mengumpulkan masyarakat sekitar rumahnya. Maka didapat kesepakatan untuk menggarap lahan sekitar bantaran sungai payeti tersebut. Menurutnya lagi. Jika sudah panen nanti sudah disepakati dua puluh persen akan dipersembahkan buat Gereja.
“Selama ini tanah nganggur tidak dimanfaatkan, karena tidak tahu bagaimana cara mengolahnya. Hampir semua lahan dekat sungai ini tidak digarap jika kemarau,padahal air dekat. Hanya musim hujan saja, masyarakat di sumba ini jika musim hujan tidak berani tanam sayur. Takut busuk batang dan ulat.” Jelas Djois Ndahawali, anggota kelompok mewakili ibu-ibu yang lain
“Namanya kelompok Lata Luri artinya jalan kehidupan, anggotanya ada 20 orang.” Kata Matius
“Tanam sayur dimusim hujan di Sumba Timur seperti ada “Kutukan Budya” seolah-olah pantangan.” Kata Reimond lagi.
“ Makanya sayuran di sini bisa dua kali lipat harganya kalau musim hujan , karena susah.” Seorang ibu yang ada di samping Reimond menambahkan.
Terlihat bedengan  dengan bentangan panjang di lahan kelompok Lata Luri La Menggit, baru berberapa komoditas sayuran yang ditanam, seperti tomat, kol, petcay, semangka dan  tanaman letus.
Orang tua dan anak –anak secara bersama sama sibuk ada yang memasang lanjaran tomat. Timun, nyiram semangka.
“sebelumnya tidak ada yang membimbing kami pengolahan  tanah dan budi daya seperti ini, makanya kami semangat mengerjakannya, buat bekal nanti. Ilmu kan tidak berat dibawa kemanapun.”  Ujar yoga yang masih duduk di bangku SMA.
“Setelah keluar sekolah Belum tentu saya lanjut ke perguruan tinggi, karena kondisi ekonomi keluarga di kampung. Jadi kalau harus pulang kampung sudah ada bekal sedikit tentang bercocok tanam sayuran.” Ujarnya lagi semangat.Ternyata  Yoga berasal dariDesa Mbatapuhu  Kecamatan Haharu.Adalah contoh baru buat generasi seperti Yoga yang mau belajar tentang hal ini.
“Setelah mendapat penjelasan dan pemahaman mengenai cara-caranya kami baru sadar dan tak perlu takut, tanam sayuran di musim hujan. Ternyata ini bukan kutukan atau pantangan, hanya kebodohan kami saja.” Seorang bapak mengutarakan kekesalannya.
"karena sebelumnya tidak ada yang membimbing kami ,ini modal dan bekal untuk menghadapi musim hujan nanti." tambahnya.
“silahkan hujan turun , kami sudah tanam sayuran , bedengan sudah tinggi di kasih tahu si akaaaaaannggg…! Teriak Jourdan teman Yoga mengagetkan orang-orang disekitarnya.



Kekalutan yang menggulung jadi kabut dalam kalbu harus disibakkan, kekesalan yang menggumpal mesti dicairkan.
Kutukan atau pantangan tanpa alasan, membuat masyarakat terpepejara dalam kemiskinan, seberkas  cahaya harus dipantulkan, ditembuskan ke  dalam relung hatinya.
"Bangunlah Jiwanya
"Bangunlah Badannya
"Untuk Indonesia Raya.....
Umbu, Rambu semangat….!!!











Tidak ada komentar:

Posting Komentar