Minggu, 21 Oktober 2012

Di Pulau Arwah : "Rambu Menjawab"







Alam adalah anugrah, dengan segala isinya untuk kepentingan hidup seluruh mahluk di muka bumi ini. Namun terkadang kita tidak menyadarinya. Matahari dengan setia dan tepat waktu hadir menyinari dari pagi hingga menjelang malam, tak penah ingkar janji atau datang terlambat, apalagi mengeluh.
Tanah sebagai rahim bumi bagi tumbuhnya tanaman, sekaligus tempat berpijak berbagai  ciptaaNya.Dan kita sebagai mahluk yang paling sempurna acap kali merusak tanpa memikirkan untuk generasi selanjutnya.Harus malu pada Matahari, Gunung, Lautan, pepohonan tanpa ada rasa keluh sedikitpun.Inilah tanda –tanda alam bagi manusia yang mau berpikir.
Seperti kita ketahui memasuki bulan ke sebelas tahun 2012 di Pulau Sumba ini kemarau seolah tak berujung, hujan seringkali digambarkan sebagai tetesan” Doa” untk menyiram lapisan bumi,  semakin menjauh diterjang angin ke tengah samudra lautan lepas.
Tanah-tanah retak, pepohonan meranggas, daun daun kering berjatuhan ditiup angin kencang. Bumi kerontang, itukah gambaran hati atau batin kita yang tak pernah bersyukur atas nikmatnya…?
Kondisi alam demikian ternyata tak mengurangi perempuan-perempuan  “perkasa” Pulau Sumba atau dikenal dengan Pulau Arwah. sekelompok ibu-ibu di Kalu, Kelurahan Prailiu,Kecamatan Kambera,Kabupaten Sumba Timur. Sedang berjibaku berjuang tak menyerah pada alam. Mereka sedang menggarap lahan yang kering, keras  dan berdebu  hendak bertani  sayuran, untuk memenuhi kebutuhan serta menyambung hidup.tak perduli dengan panas, tak dihiraukan kulit legam.Melakukan satu perubahan pada dirinya dan tanah kelahirannya.
“Satu kali dalam setahun jika ada hujan itupun hanya ditanami jagung” kata Novianti dari Kelompok Tani Kawara Pandulang, daerah Kalu.
“Hasilnya juga Tidak seberapa, padahal lahan lumayan luas. Mau coba tanam sayuran semoga hujan cepat turun.” Tambahnya berharap.
“selama ini menyiram tanaman mengandalkan air dari sumur anggota kelompok, baru  ditanami  mentimun, kami pertama kali mencoba tanam sayuran, mungkin sejarah..” timpal Marselina anggota Kawara Pandulang.
“ Besok Kami mencari kayu untuk lanjaran timun, sebelumnya tidak  tahu pola budidayanya seperti ini, kami tahu caranya dengar dari Radio Max fm Waingapu, acara “Ayo Bertani Organik” kami harus memulainya” . Deborah menambahkan dengan semangat.
Novianti sebagai ketua kelompok Kawara Pandulang menceritakan. Jika sore hari ibu-ibu sering berkumpul depan halaman rumahnya. Sekedar ngobrol sambil mendengarkan Radio Max Fm Waingapu. Kemudian timbul inspirasi untuk menggarap lahan dekat rumahnya, karena selama ini tidak pernah digunakan selama kemarau panjang. Mereka berdiskusi sesama ibu-ibu , kesepakatan pun lahir dengan tujuan menggarap lahan tersebut, serta membentuk kelompok dengan nama “Kawara Pandulang” yang beranggotakan 8 orang.
Setelah itu ibu-ibu mengutus perwakilan sekedar memohon bantuan bimbingan ke acara “Ayo bertani Organik” dari Radio Max Fm, yang di dukung oleh Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia,IPPHTI.
“saya tak mengira akan kedatangan ibu-ibu ke sini (studio Radio). Ternyata ada manfaatnya bagi  mereka awalnya sekedar mendengar acara  dari Radio Max.untuk melakukan satu perubahan untuk  keluarganya, ini satu terobosan bagi daerah ini (Sumba Timur) “ kata Heinrich Dengi sebagai pemilik Radio Max, gembira.
“saya mengucapkan terimakasih kepada IPPHTI , sudah mau berbagi dengan  saudara-saudara Kami lewat Radio di Kabupaten Sumba Timur.semoga ini terus berlanjut” Kata Heinrich  lagi.
"kami mencangkul lahan saat menjelng malam, sebab siang hari sangat panas." ujar Novianti yang diamini oleh kawan-kawannya.
Semoga perjuangan perempuan perempuan Perkasa Kawara Pandulang , Kalu. Kelurahan Prailiu ada dampak positif bagi masyarakat lain di Sumba Timur ini, sebagai suatu perubahan.  
Angin bertiup dengan kencang seolah memompa semangat ibu-ibu di atas. Menerbangkan debu, menggoyang pepohonan. Panas terik matahari semakin tak mau kompromi. Menyinari, menembus kekalutan yang diselimuti kabut. Kabut teramat tebal dalam kalbunya. Rambu selamat berjuang... ! (Radita)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar